Tentang Jena, wanita malang yang lahir dari hasil perselingkuhan. Dulu, ayahnya berselingkuh dengan seorang pelayan dan lahirlah Jena.
Setelah ibunya meninggal, ayahnya membawanya ke rumah istri sah ayahnya dan dari situlah penderitaan Jena di mulai karena dia di benci oleh istri ayahnya dan juga Kaka tirinya.
selama ini, Jena selalu merasa sendiri. Tapi, ketika dia kuliah dia bertemu dengan Gueen, dan mereka pun bersahabat dan lagi-lagi petaka baru di mulai, di mana tanpa sengaja dia tidur dengan Kaka Joseph yang tak lain kakanya. Hingga pada akhirnya Jena mengandung.
Dan ketika dia mengandung, Josep tidak mau bertanggung jawab karena dia akan menikah dengan wanita lain. Dan kemalangan menimpa Jena lagi di mana dokter mengatakan bahwa bayi yang di kandungnya mengandung down sydrome.
Dan ketika mengetahui Jena hamil, Joseph menyuruh Jena untuk mengugurkan anak mereka, tapi Jena menolak dan lebih memilih pergi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 15
Gengs maafin ya aku up satu bab dulu, besok aku up banyak ya. Aku lagi ga enak badan, yok komen yang banyak yok biar besok semangat
''Cari dia ke seluruh bandara!" titah Chaterine pada anak buahnya ketika masuk kedalam bandara. Hingga para anak buah Chatrine dan Alan pun langsung bergerak, mencari keberadaan Jena.
Setelah para anak buahnya pergi, Chatrine dan Alan memutuskan untuk berkeliling bandara seraya mencari Jena. Namun tentu saja mereka mencari dengan santai, Alan yang berdiri di samping Catherine tersenyum, karena untuk pertama kalinya setelah mereka berkonflik dan setelah kehadiran Jena Alan bisa berjalan bersama istrinya, karena biasanya Chatrine akan selalu menghindar darinya.
Dia sama sekali tidak memperdulikan Jena, dan dia sama sekali tidak ingin melarang Chatrine melakukan apapun pada Putri bungsunya, sepertinya hati Alan dan Chatrine benar-benar tertutup, mereka terbutakan oleh amarah dan dendam yang seharusnya tidak dilimpahkan pada Jena.
Jena dan Soraya berjalan ke arah pintu terminal keberangkatan, saat mereka akan berbelok, tiba-tiba Jena menghentikan langkahnya.
“So-Soraya!" Panggil Jena, dia langsung menoleh ke arah Soraya, hingga Soraya juga menoleh ke arah Jena.
“Kenapa?” tanya Soraya
“Lihat itu, itu Ayah dan Ibu tiriku," ucap Jena yang melihat Alan dan Chatrine
“So-Soraya, sepertinya mereka mengincarku," sambungnya lagi, ketika melihat beberapa orang berjas dan Jena mengenal salah satu salah satu pria berjas yang sering datang ke rumah kedua orang tuanya. “Soraya, Bagaimana ini?" Tanya Jena dengan panik.
“Tenang-tenang, jangan panik," ucap Soraya, dia memberikan topi dan maskernya pada Jena, hingga Jena langsung memakaikan topi dan masker tersebut.
“Kau berjalan di belakangku, aku akan berjalan terlebih dahulu,” ucap Soraya, hingga Jena mengangguk. Soraya pun langsung berjalan terlebih dahulu, disusul Jena yang juga ikut berjalan di belakang Soraya.
Saat berjalan, Jena berpura-pura memainkan ponselnya, jantung Jena berdetak dua kali lebih cepat ketika salah satu anak buah ayahnya melintas di hadapannya, tapi dia berusaha tenang dan pada akhirnya anak buah ayahnya tidak menyadari kehadirannya.
Dan tak lama, Soraya menghentikan langkahnya. Jika tadi Jena yang terkejut, sekarang giliran Soraya yang terkejut di mana dia melihat kakaknya masuk kembali ke dalam bandara dan sepertinya kakaknya sedang mencarinya.
“Sial! Aku harus bagaimana." Soraya berusaha tenang, dia langsung memeluk Haura menyembunyikan wajahnya di dekat leher Haura agar tidak terlihat, hingga pada akhirnya ketegangan Jena dan Soraya berakhir, di mana mereka berhasil masuk ke dalam ruang keberangkatan, tanpa diketahui kalindra yang tak lain Kakak Soraya dan juga oleh anak buah Alan dan Catherine, hingga sekarang mereka sudah naik ke dalam pesawat.
“Jena kau tidak apa-apa?” tanya Soraya ketika tangan Jena gemetar bahkan wajah Jana sudah memucat.
“So-soraya, aku takut," lirih Jena. Dia melihat ke arah Haura yang sedang tertidur, tak bisa di bayangkan bagaimana jika tadi dia terpergok oleh kedua orang tuanya.
“Sudah kita aman skrang, tidak akan ada yang tau kita pergi kemana," ucap Soraya, dia mengelus punggung Jena agar Jena tenang..
Setelah Jena tenang, Soraya menyenderkan tubuhnya ke belakang, rasanya begitu sedih meninggalkan negara ini, dan dia yakin dia 1
tidak akan kembali lagi ke sini.
“Kak, terimakasih selama tiga bulan ini kaka sudah mau dekat denganku, aku hanya bisa mendoakan kaka dan Gueen agar kalian bahagia selalu, mungkin kita tidak akan bertemu lagi." Soraya membatin, menahan sesak di dada kala mengingat dia tidak akan kembali lagi ke negara ini dan bertemu lagi dengan kakaknya.
Awalnya, Soraya tidak ingin mengambil keputusan ini, dan dia akan pergi ke negara yang sudah di sepakati dengan kakanya. Tapi, Helmia yang tak lain ibu Joseph dan juga ibu angkatnya menemuinya dan mengatakan hal yang sangat menyakitkan, Di mana Helmia menuduhnya ingin menggoda zico, suaminya yang juga ayah angkat Soraya.
Rupanya sebelum pergi, Sorya pernah makan bersama ayah angkatnya itu pun tidak sengaja, dan dia menitipkan hadiah perpisahan untuk Helmia pada Zico, dan sepertinya ada yang melaporkan pertemuan Soraya dan Zico pada Helmia hingga helmia salah paham dan berujung Helmia yan langsung mendatangi Sorya dan memfitnah anak angkatnya.
Bukan hanya menuduh saja, Helmia juga melontarkan kata kata yang sangat pedas pada Soraya. jangan di tanyakan betapa sakitnya Soraya saat itu, dia merasa sesak ketika di tuduh seperti itu, dan pada akhirnya Soraya mengatakan pada Helmia bahwa dia akan pergi dan tidak akan kembali lagi, apalagi Helmia menyebutnya benalu, tapi sepedas apa pun ucapan Helmia, Soraya sama sekali tidak membenci ibu angkatnya, sekarang dia pergi tanpa dendam.
****
"Bagaimana mungkin kalian tidak becus menemukan dia!" teriak Alan pada anak buahnya, dia menatap anak buahnya dengan tatapan murka, ini sudah 3 jam berlalu anak buahnya mencari Jena dan sema tiga jam ini tidak ada satupun anak buahnya yang menemukan keberadaan putrinya.
"Maafkan kami, Tuan." Hanya itu yang bisa anak buah Alan katakan.
''Sudahlah, kalian pergi saja," ucap Chatrine, dia juga sangat kesal pada anak buahnya yang tidak bisa menemukan Jena. Padahal, tadi dia sungguh ingin melihat Jena menangis dan meraung. Tapi, sekarang anak tirinya malah tidak di temukan di mana pun.
“Maafkan aku, aku pastikan akan segera menangkapnya," ucap Alan, hingga Cathrine menoleh. Dia menatap Alan dengan malas.
“Cari anak itu sampai keluar negri, atau cari kemana pun, aku ingin dia merasakan bagaimana sakitnya seperti aku dulu." Setelah mengatakan itu, Cathrine pun keluar dari ruangan kerja Alan, membuat Alan mengusap wajah kasar. Dia pasti akan berusaha untuk menemukan Putrinya.
***
“Jadi, maksud bibi, bibi gagal menemukan dia?” Kayra terpekik ketika mendengar kegagalan penangkapan Jena, padahal mereka sudah mempunyai rencana jika Jena tertangkap mereka akan mengurung Jena dan akan membuang Haura ke tempat yang jauh, tapi ternyata penangkapan Jena malah gagal. Dan sekarang tanpa mereka sadari, Jena dan Soraya benar-benar pergi ke tempat yang jauh, tempat yang tidak akan mereka duga, karena Soraya sudah merencanakan semuanya secara detail.
“Hmm, jangan khawatir, bibi akan menelusuri jejaknya.”
“Bibi, kita harus menemukan dia dengan cepat. Jena dan anaknya, harus tertangkap dan juga ...."
Kayra menghentikan ucapannya ketika mendengar suara pintu terbuka, dan dia yakin Joseph yang masuk.
***