Mempunyai paras cantik dambaan semua wanita tak membuat kisah percintaan Rania mulus.
Rania mendapati sebuah penghianatan besar dalam hidupnya, yang dilakukan oleh calon suaminya sendiri.
Terlebih lagi Rania juga harus menerima kenyataan jika dirinya disebut - sebut sebagai perawan tua oleh sebagian masyarakat yang masih mempercayai mitos.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kiyarakey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi ke villa
"pagi Oma,,," sapa Kevin saat Oma tengah mengoles mengoles roti tawarnya dengan selai kacang.
"dari mana kamu jam segini baru pulang???" hardik Oma.
"habis mabuk ya,,, matamu merah begitu???"
"tidak Oma,," bohong Kevin.
"tidak usah bohong,,, Oma sudah tahu,,," tambah Oma.
"aku ke kamar dulu Oma,,,"
"nanti siang ada rapat penting bersama para pemegang saham, kamu harus datang,,,"
"baik Oma,,,,"
Kevin pun berlalu menaiki anak tangga dan menuju kamarnya untuk membersihkan diri.
Tak ingin mengecewakan sang Oma, meski malas dia harus tetap pergi ke kantor, menghadiri rapat tersebut.
Meski Oma sudah tua, tapi Oma masih sering ke kantor untuk menggurus beberapa hal yang Kevin belum mampu melakukannya.
Sejak kepergian ayah Kevin untuk selama - lamanya, Omanyalah yang turun tangan menggurus perusahaan konstruksi dan desain interior itu.
Baru - baru ini, perusahaan mereka mengembangkan sayap usaha di bidang perhotelan, yang kini tengah di banguj di sebuah daerah bersuhu udara dingin itu.
Pukul 10 Kevin pun sudah siap untuk berangkat ke kantor, dia baru ingat jika mobilnya tertinggal di club, hingga ia harus memakai mobilnya yang lain.
Kevin tak pernah khawatir dengan keadaan mobilnya, karena Reno pasti sudah menggurusnya.
Sebelum jam 12 mobil itu pasti sudah terparkir rapi di garasi luas rumah itu.
Kevin menghadiri meeting tersebut dengan mood yang sangat buruk, namun ia tetap menjalankan tugas dari Oma.
"oma,,, aku akan pergi ke desa itu, untuk menggurus hotel,,," ucap Kevin saat memasuki ruang kerja Omanya.
"kamu yakin???"
"iya Oma,,, aku akan belajar banyak jika menggurus pembangunan hotel disana,,,"
"baik,,, kamu berangkatlah bersama Pak Hamid,, villa sudah siap kamu tempati, bersikaplah yang baik, disana kamu akan berada di lingkugan perkampungan yang penuh dengan adatb istiadat,,,"
"jangan bikin Oma malu,,," pesan Oma.
***
Seminggu kemudian Kevin bersama Pak Hamid tukang kebun merangkap sopir di rumah itu menemani Kevin tinggal semetara di villa.
Pak Hamid sudah cukup untuk menggurus keperluan Kevin, dia pandai memasak dan menggurus rumah, jadi Oma tak perlu mengkhawatirkan makanan Kevin.
Memasuki pedesaan mata Kevin dimanjakan oleh pemandangan yang menyejukkan mata, pemandangan yang tak pernah ia temukan saat di kota.
"Mas Kevin bakalan betah tinggal disini,,, tempatnya nyaman, udaranya juga sejuk ,,," ucap Pak Hamid saat mereka telah sampai di villa.
"iya pak,,,, udaranya segar sekali" jawab Kevin sambil menghirup nafas dan membuangnya lewat mulut.
"dulu pas saya anter nyonya cari lahan disini,, saya aja sudah merasa nyaman dengan suasananya,,," ucapnya, sambil menurunkan beberapa koper dari dalam bagasi mobil.
"nanti bapak ke dealler beli motor ya,,, kayaknya enak naik motor disini,,," pinta Kevin.
"siap mas,,,"
***
Gubraaakkkk,,,, suara sesuatu terjatuh terdengar saat Kevin dan Pak Hamid menikmati kopi pagi mereka di teras rumah.
Mereka berdua pun kompak berlari menuju jalan di depan rumah mereka.
"ada orang jatuh pak?" ucap Kevin sambil berlari mendekati orang tersebut.
Begitu juga Pak Hamid yang juga langsung menolong.
Kevin pun memapah seorang tersebut, yang ia ketahui setelahnya adalah seorang gadis yang sangat cantik, membawanya ke duduk ke bangku panjang di pinggir jalan.
"makasih mas sudah menolong saya,,," ucapnya pelan, sambil mengibaskan pasir yang menempel di celananya.
"ini mbak di minum dulu,, agar shocknya hilang ,,," tawar Pak Hamid sambil memberinya sebotol air mineral kemasan.
"apa ada yang sakit???" tanya Kevin saat melihat gadis itu nampak meringgis menahan perih,
"tidak,,,, tidak apa - apa, hanya kaget saja,,," ucapnya dengan pelan,
"tapi lenganmu lecet itu,," ucap Kevin saat melihat ada beberapa luka lecet akibat goresan di aspal.
"biar aku bantu obati,,, pak Hamid tolong ambilkan kotak P3K,,," kevin meminta Pak Hamid, yang langsung di tanggapi dengan menggambil kotak berwarna putih itu.
"tidak usah repot - repot mas,,, saya ndak papa, saya harus berangkat kerja,,," tolak gadis itu dengan lembut, suaranya sangat manis yang membuat Kevin terpesona.
Meski telah di tolak namun tetap dilakukan oleh Kevin, ia menempelkan kapas yang telah di tetesi obat merah, dengan hati - hati, lalu membalut lukanya dengan plaster agar tidak terkena kuman dan bakteri.
"terima kasih mas atas bantuannya ,,, saya permisi dulu harus kerja,,," ucapnya gadis itu lagi sambil berdiri dan menggendong tas ranselnya.
"motornya tidak rusak, bisa di pakai lagi mbak,,," ucap Pak Hamid setelah mencoba menyalakan motor itu, dan menggecek keadaanya.
"terima kasih banyak pak,,, saya permisi dulu" ucap gadis itu dengan senyumnya yang indah, dengan cepat pula, ia pergi menghilang dari pandangannya menaiki motor matic tersebut.
Kevin pun masih memandangi jalanan tempat ia menolong gadis cantik dengan senyuman menawan itu.
"kenapa mas??? Cantik ya gadis desa itu???" tanya Pak Hamid.
"ah,,, biasa aja pak,,, di kota juga banyak gadis - gadis yang bodinya kayak gitar spanyol" jawab Kevin dengan santai, tak ingin diketahui Pak Hamid jika dirinya mengagumi gadis desa itu.
"yang di kota kan lain mas,,, biasanya udah ngak segel,,, kalau gadis desa ya jaminan mutu,, " kelakar Pak Hamid seraya meninggalkan Kevin yang masih duduk di bangku panjang itu.
Kevin pun mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya, ia melihat ponselnya tak ada notifikasi pesan dari siapapun.
Biasanya Laura akan menelponnya merenggek meminta uang atau pun meminta di belikan sesuatu yang maha.
Sudah tak terhitung lagi berapa banyak uang yang telah ia gelontorkan untuk memenuhi kebutuhan hidup Laura yang glamour selama 2 tahun terakhir ini.
Sampai Kevin pun membeli sebuah unit apartement untuk Laura.
Namun hanya balasan yang menyakitkan yang Kevin dapatkan, saat ia berusaha mencari restu Oma.
Uang bulanan pun tak lupa Kevin transfer untuk Laura, bahkan jika sedang ulang tahun ataupun moment bahagia, Kevin pun memberi barang - barang branded untuk kekasihnya.
Soal uang Kevin tak perlu memikirkannya, sebab kevin adalah pewaris tunggal kekayaan keluarga Atmaja.
Sesaat kemudian Kevin mengingat telah meninggalkan tas berharga 20 juta yang dipesan Laura saat Kevin pergi ke Jerman.
Kevin pun mendekati mobilnya, untuk mencari tas tersebut. Ia tak melihat tas tersebut di bagasi.
Setelah ia cari lebih teliti ternyata tas yang masih rapi berada dalam box, di sebuah paper bag berlogo terkenal itu, teronggok di bawah kursi penumpang di bagian belakang.
Kevin pun mengambilnya dan segera menyimpannya di dalam kamar tidurnya.
"mas,,,, sarapannya sudah siap,,, silahkan makan dulu" ucap Pak Hamid sesaat setelah Kevin menaruh paper bag tersebut di bawah meja rias kamarnya.
"iya Pak,,," balas Kevin.
Pak Hamid adalah pekerja di rumah Kevin sejak dirinya belum lahir, sehingga Oma dan Kevin sudah menganggap Pak Hamid adalah keluargnya sendiri.
Tak ayal Kevin memghormati Pak Hamid, dan selalu memanggil dengan panggilan yang baik pula.