NovelToon NovelToon
AMBISI SANG SELIR

AMBISI SANG SELIR

Status: sedang berlangsung
Genre:Harem / Fantasi Wanita / Konflik etika / Cinta Istana/Kuno / Romantis / Balas Dendam
Popularitas:32.2k
Nilai: 5
Nama Author: Dae_Hwa

“Jika aku berhasil menaiki takhta ... kau adalah orang pertama yang akan ku buat binasa!”

Dijual sebagai budak. Diangkat menjadi selir. Hidup Esma berubah seketika tatkala pesonanya menjerat hati Padishah Bey Murad, penguasa yang ditakuti sekaligus dipuja.

Namun, di balik kemewahan harem, Esma justru terjerat dalam pergulatan kuasa yang kejam. Iri hati dan dendam siap mengancam nyawanya. Intrik, fitnah, hingga ilmu hitam dikerahkan untuk menjatuhkannya.

Budak asal Ruthenia itu pun berambisi menguasai takhta demi keselamatannya, serta demi menuntaskan tujuannya. Akankah Esma mampu bertahan di tengah perebutan kekuasaan yang mengancam hidupnya, ataukah ia akan menjadi korban selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ASS6

“BAGINDA!” Teriak Yasmin murka.

Ia menerobos pintu Has Oda setelah mendapatkan kabar dari Safiye bahwa budak yang difitnah Fatma bernama Esma—dan Sultan Bey Murad telah mengundang gadis itu ke ranjangnya malam ini.

Dalam sekejap suasana mendadak sunyi. Hanya deru napas Yasmin yang terdengar menggebu-gebu.

PLAK!

Mansur Ağa lebih dulu ditampar hingga tersungkur. Kemudian, istri sah dari penguasa negeri itu melangkah cepat. Maniknya menatap lurus pada satu wanita, yakni Esma. Dirinya menarik kasar bahu gadis yang tengah berlutut di hadapan Bey Murad.

PLAK!

“BUDAK SUNDAL!”

“YASMIN HATUN!”

Suara Bey Murad menggelegar, mengejutkan jantung Yasmin yang sangat angkuh. Bahkan Mansur Ağa yang tadinya tersungkur di sisi pilar, kini berlutut sangking takutnya.

‘Ya Allah, dosa apa yang telah ku perbuat sehingga aku selalu berada di ambang maut seperti ini?!’ Ia memejamkan mata sambil menulikan telinga.

Bey Murad melirik sekilas pada pipi Esma yang memerah setelah Yasmin mendaratkan satu tamparan keras. Lalu, ia kembali menatap tajam Yasmin.

“Keluarlah,” titahnya. Rahangnya mengeras.

“Keluar? Baginda—”

“PENGAWAL!” teriak Bey Murad murka.

Dua pengawal yang berjaga di depan pintu lekas masuk ke ruangan dengan langkah terburu-buru. Wajah mereka pias.

“BAWA YASMIN HATUN KELUAR! JIKA SEKALI LAGI ADA YANG BERANI MASUK KE RUANGAN INI TANPA SEIZIN KU, KALIAN LAH YANG AKAN MENANGGUNG AKIBATNYA!”

Dua pengawal mengangguk patuh, mereka lekas mencekal pergelangan tangan wanita berbadan dua itu.

Yasmin mendelik tak percaya, “Baginda? Demi budak rendah—”

“Yasmin Hatun,” potong Bey Murad cepat. “Jangan sekali-kali engkau lupakan, di istana ini akulah penguasanya,” desisnya penuh penekanan.

Yasmin tak menyangka jika Bey Murad sanggup berkata demikian. Ia mendengus, menepis kasar tangan para pengawal yang mencoba menyeretnya.

“Jangan sentuh aku! Aku bisa pergi sendiri!” serunya lantang.

Dengan dagu terangkat, putri perdana menteri itu berbalik. Langkahnya angkuh, seolah istana itu mutlak miliknya seorang.

‘Akhirnya ... manusia angkuh itu pergi juga,’ batin Esma lega.

Sejak tadi ia mati-matian menahan diri untuk tidak terpancing. Selain sadar posisinya belum sekuat Yasmin, ia juga ingin mengambil hati Baginda dengan menunjukkan kesabaran dan sikap yang lebih baik.

Setelah kepergian Yasmin, Bey Murad segera membantu Esma berdiri tegak.

“Apakah kau terluka?” tanya Bey Murad khawatir, matanya memeriksa setiap inci tubuh Esma.

Gadis berambut ikal itu menggeleng pelan seraya tersenyum tipis. “Hamba tidak apa-apa, Baginda. Hanya sedikit terkejut. Terima kasih telah mengkhawatirkan diri ini.”

“Mansur Ağa,” panggil Bey Murad.

Kasim yang tengah berlutut itu lekas menoleh, bangkit lalu menghampiri.

“Ya, Tuanku?” sahut Mansur Ağa sambil menunduk.

“Perketat penjagaan di depan Has Oda. Aku ingin kau gandakan jumlah pengawal yang berjaga. Tidak seorang pun boleh masuk ... apa pun alasannya, hingga esok pagi,” titah Bey Murad dengan nada tegas.

Mansur Ağa mengangguk paham, “Baik, Tuanku. Perintah dilaksanakan. Apakah ada hal lain yang perlu saya ketahui?”

“Pastikan tidak ada celah sedikit pun. Aku tidak ingin ada gangguan malam ini,” jawab Bey Murad, matanya menyiratkan gelora yang berat.

Mansur mengulum senyum, ia pun mengangguk—lalu lekas melangkah mundur.

Sepeninggalan Mansur, mata elang itu menatap Esma dengan napas tertahan. Telapak tangan lebar itu membelai halus wajah gadis di hadapannya.

Dengan jantung yang berdegup kencang, Esma pun perlahan mulai menjalankan tugasnya. Ia menarik tali mungil yang mengekang buah dadanya hingga terlepas.

“Apa yang ingin kau lakukan?” Bey Murad mengangkat alisnya.

“Melayani Tuanku sebagaimana mestinya,” jawab Esma gugup, wajahnya memerah.

“Tidak perlu,” sahut Bey Murad menahan senyuman. “Aku hanya ingin kau menemani aku hingga pagi.”

Kening Esma berkerut. ‘Apa Baginda tidak tertarik padaku? Jika benar begitu, tamatlah riwayat ku. Wajah ini sudah ditandai oleh Yasmin Hatun,’ batinnya ribut.

“Asalmu dari Ruthenia?” Mata Bey Murad menelisik wajah Esma yang penuh cemas. “Siapa namamu?”

Esma mengangguk pelan. “Benar, Tuanku. Nama hamba Esma.”

Mendengar nama Esma disebut, punggung Bey Murad yang semula bersandar di singgasana mendadak tegak. Ada perubahan kentara dalam sorot matanya.

“Esma? Kau seorang merdeka?” Kening Bey Murad berkerut.

“Hamba seorang muslim, Baginda,” tutur Esma pelan.

Mendengar itu, Bey Murad langsung berdiri. “Muslim? Lalu, bagaimana bisa engkau dikirim sebagai budak?!”

Esma menunduk, menjaga pandangannya.

“Baginda ... ayah hamba dahulu seorang budak dari Ruthenia, yang kemudian dimerdekakan oleh almarhum Sultan Mehmed Han.”

Kening Bey Murad berkerut. “Sultan Mehmed Han? Maksudmu ... ayahku?”

Esma mengangguk pelan. “Setelah merdeka, ayah hamba lalu menikah dengan seorang perempuan dari Anatolia. Dan sejak itu beliau pun memeluk Islam, demi keselamatan keturunannya kelak—dari dunia perbudakan. Setelahnya, kedua orang tua hamba kembali ke Ruthenia, hidup sederhana sebagai penggembala.”

Ia menarik napas pelan, lalu melanjutkan dengan mata berkaca-kaca.

“Hamba lahir dan besar di tanah itu, Baginda. Namun politik yang licik telah menjerat. Karena kekurangan gadis untuk dijadikan upeti, mereka memalsukan dokumen dan menyeret diri ini seolah hamba seorang kafir yang sah diperbudak. Padahal, sejak lahir ... hamba seorang muslim.”

Bey Murad terdiam, napasnya menjadi berat. Dalam hukum kekhalifahan, seorang muslim tidak boleh diperbudak. Darah dan iman yang sama membuat kedudukannya berbeda dari tawanan perang atau upeti yang lazim dikirim dari negeri-negeri jauh.

Maka, kenyataan bahwa Esma seorang muslimah—berdiri di hadapannya sebagai budak, bukan hanya melukai nuraninya, tetapi juga menyinggung aturan yang dijunjung tinggi di bawah naungan kesultanan.

Dengan demikian, kedudukan Esma di harem sejatinya tidaklah sah, haram digauli. Ia tidak pernah layak disebut budak, sebab syariat dan hukum kerajaan sama sekali tidak mengizinkan seorang muslim diperjualbelikan apalagi dipersembahkan sebagai upeti. Kehadirannya di istana, dengan status yang dilekatkan secara paksa itu, lebih tampak sebagai noda dari sebuah tipu daya politik ketimbang aturan yang sebenarnya.

Bey Murad menatap Esma lekat-lekat. Sorot matanya bergejolak, bimbang antara nurani sebagai seorang pemimpin dan gejolak hatinya sebagai seorang lelaki. Ada semacam pergulatan sunyi yang terpancar jelas di wajahnya—antara hukum syariat, cinta, dan takdir.

Tangannya perlahan mengepal di sisi jubah. “Jika benar yang kau katakan, Esma ... maka kehadiranmu di sini sebuah kesalahan besar. Kau merupakan aib politik yang bisa mempermalukan harem dan juga istana. Kau tidak pernah layak disebut budak. Kau seorang muslimah, dan itu berarti engkau bebas.”

Kalimat itu diucapkan tegas, meskipun terdengar getaran halus di suaranya.

“Namun ...,” sambungnya lirih. “Jika aku membebaskan mu begitu saja ... hatiku ini akan merana. Aku ... telah jatuh hati padamu.”

Esma terkesiap, kepalanya lekas mendongak. Memberanikan diri menatap lekat mata hitam pekat Bey Murad.

Begitupun Bey Murad, sang penguasa itu membalas tatapan Esma. Namun, kali ini dengan tatapan lembut yang tidak pernah sekalipun ia perlihatkan pada orang lain.

“Esma ... aku tidak ingin mengekang mu dengan kebohongan. Maka aku bertanya padamu, dan berharap engkau menjawab jujur. Apakah engkau ingin tetap berada di dalam istana ini, mendampingi kehidupanku ... ataukah kau lebih memilih pergi, menjalani hidupmu sendiri di luar sana ... sebagai perempuan merdeka?”

Bey Murad terdiam setelahnya, hanya menunggu jawaban Esma dengan detak jantung yang bekerja berkali-kali lipat dari biasanya.

“Hamba ....”

*

*

*

1
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
makasih Esma ( Author tentunya🤭 ) sdh mmbrkn kebijakan yg akhrnya bnr2 judule menghukum yasmin wlpn ringan banget...watek angkuh g sdr diri dirinya siapa g d gantung udh untung
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
lah brti awakmu sing tengik tho yas kan kui klmbi kotor mu🤭
Patrish
anda keren sekali thor..tidak sekedar menulis tapi mendasari cerita dengan sejarah dan aturan kuno...bukti referensi anda cukup luas...proud of you👍🏻❤
Ayani Lombokutara
bagus kyknya thor
aku suka peran wanita yg gk menye menye 🤭🤭
gk suka yg drama indosiar dkit dikit meewekk
Sayur 💎
besok ku otw tor
Sayur 💎
tempeleng aja nep
Sayur 💎
inget gelar hormat mu dh di copot
sadr diri
Dae_Hwa💎: Mana sanggup dia mengingat.
total 1 replies
Sayur 💎
yasmin di rendahkan serendah2nya
Sayur 💎
tmn2 yuk kita jambak yasmin. bnci bgt aku tu
Sayur 💎
sifat aslinya mulai keluar laginwkwk
💕Bunda Iin💕
ayo🥰
💕Bunda Iin💕
pasti mampu dong🥰
💕Bunda Iin💕
siap thor💖
Dae_Hwa💎: /Heart/
total 1 replies
💕Bunda Iin💕
malam thor...Alhamdulillah sehat
💕Bunda Iin💕
masih dibilang penghinaan ckckckck yasmin yasmin...ga bisa berkata² lgi buat kau wanita laknatullah😡
💕Bunda Iin💕
ya lupa dia...wong isi otak nya emosi aja sama keangkuhan tingkat akut
Dae_Hwa💎: Parah, ya.
total 1 replies
💕Bunda Iin💕
mantap sekali hukuman nya...walaupun itu masih termasuk ringan...
💕Bunda Iin💕
yasmin ini enak nya di apain ya🤔ko ga sadar² jdi org malah mangkin menjdi²😡
☠ᵏᵋᶜᶟ Қiᷠnꙷaͣŋͥ❁︎⃞⃟ʂ⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔
wkwk sokor bener2 di miskinkan si Yasmin 🤣
Dae_Hwa💎: /Smirk/
total 1 replies
Yurina Listya
emang dasarnya si fatma iri dengki sma esma..kalo kata org jepang mah sulit ati belang bayah 😄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!