Gisva dan Pandu adalah pasangan kekasih yang saling mencintai. Seiring berjalannya waktu, hubungan keduanya semakin merenggang setelah kehadiran seseorang dari masa lalu.
Hingga saatnya Pandu menyadari siapa yang benar-benar dia cintai, tapi semua itu telah terlambat, Gisva telah menikah dengan pria lain.
**
“Gisva maaf, aku harus ke rumah sakit sekarang juga, Kalila kecelakaan.”
Pandu hendak berbalik badan, tapi tangannya ditahan Gisva. “Tunggu mas.”
“Apalagi Gis, aku harus ke rumah sakit sekarang juga, Kalila kritis.”
“Hiks.. Hiks… Mas kamu tega, kamu mempermalukan aku mas di depan banyak orang.” Gisva menatap sekeliling yang tengah pada penasaran.
“GISVA! sudah aku bilang aku buru-buru. Hari pertunangan kita bisa diulang dihari lain.” Pandu melepaskan tangannya sekaligus membuat Gisva terhuyung dan terjatuh.
“Mass…” Panggil Gisva dengan suara bergetar.
Bagaimana kelanjutan kisah mereka berdua? baca di bab selanjutnya! 😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Athariz271, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bulan sabit
Di dalam kamar, suasana terasa lebih intim dan romantis. Lampu temaram memancarkan cahaya lembut, menciptakan bayangan yang menari-nari di dinding. Aroma lavender yang menenangkan memenuhi ruangan, bercampur dengan aroma parfum Naresh yang khas. Kelopak bunga mawar merah bertaburan di atas tempat tidur, membentuk sebuah hati yang besar.
"Mas..." bisik Gisva, kembali dia tak bisa berkata, ternyata kejutannya di ruang tamu tadi belum ada apa-apanya saat memasuki kamar ini.
Naresh tersenyum, lalu menutup pintu kamar. Ia mendekati Gisva, lalu menggenggam tangannya dengan lembut.
"Suka?" bisiknya tepat di telinga Gisva, membuat bulu kuduk Gisva meremang.
Gisva mengangguk malu-malu, satu persatu kejutan dari suaminya membuat debaran jantungnya tidak aman. Detak itu semakin nyaring saat Naresh memeluknya dari belakang.
“Mau lihat sekarang bulannya?”
“Memang ada bulan didalam kamar? Tanya Gisva celingak-celinguk.
Naresh terkekeh pelan, semakin mengeratkan pelukannya dari belakang. Tangan kanannya terulur ke depan, tepat di depan wajah Gisva dari sana menjuntai sebuah kalung dengan liontin berbentuk bulan sabit yang indah.
“Bulannya disini.” Bisik Naresh.
Mata Gisva berbinar-binar melihat kalung itu. Liontin bulan sabit itu tampak berkilauan terkena cahaya lampu, memancarkan keindahan yang memukau.
Gisva menoleh ke samping, tatapannya bertemu dengan tatapan dalam Naresh.
Jantung Gisva berdegup semakin kencang, merasakan getaran aneh yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Tatapan Naresh seolah menghipnotisnya, membuatnya tak bisa berpaling.
"Indah banget, Mas..." bisik Gisva, dengan suara yang nyaris tak terdengar.
Naresh tersenyum, lalu melepaskan sejenak pelukannya. Dengan lembut, Naresh memasangkan kalung itu ke leher Gisva.
“Cantik,” Bisiknya membalikan tubuh Gisva hingga menghadap sepenuhnya.
“Makasih mas, entah ada apa dengan hari ini tapi …” Gisva menggantungkan kalimatnya, bingung bagaimana mengungkap perasaannya.
Naresh menangkup wajah Gisva dengan kedua tangan, menatapnya dengan lembut. "Ada cinta, Sayang. Hari ini, Mas cuma pengen nunjukin betapa besarnya cinta yang Mas punya untuk kamu."
Gisva terharu mendengar ucapan Naresh, air matanya kembali menggenang di pelupuk mata. Ia merasa sangat beruntung memiliki Naresh dalam hidupnya.
"Mas..."
Naresh mencium kening Gisva dengan lembut. "Jangan nangis, Sayang. Mas nggak suka lihat kamu sedih." ucap Naresh, mengusap air mata yang menetes di pipi Gisva.
"Aku nggak sedih, Mas. Aku cuma terharu. Makasih untuk semuanya.”
Naresh mendekatkan wajahnya, hidungnya bersentuhan dengan hidung Gisva.
Gisva tersenyum, lalu memejamkan matanya. Ia merasakan kehangatan ciuman Naresh yang penuh cinta dan kerinduan.
“Mmmmhh, m-mass..”
Ciuman itu semakin dalam dan intens, membuat Gisva kehilangan kendali. Ia membalas setiap sentuhan Naresh, merasakan kehangatan dan cinta yang mengalir di antara mereka.
Tanpa Gisva sadari, Naresh menggiringnya ke tempat tidur. Ciuman panas itu masih berlanjut, hingga Gisva merebah diatas ranjang secara perlahan.
Naresh dengan cepat mengungkungnya tanpa harus melepaskan ciumannya, tangannya terus bergerilya menyibak rambut Gisva yang terurai. Tangan kekar itu menyusuri area leher jenjang dan sedikit menekannya memperdalam ciuman.
Gisva sampai terengah-engah, hampir saja gadis itu kehabisan nafas. Dengan cepat memukul-mukul dada bidang suaminya, sampai Naresh tersadar dan melepaskan ciumannya.
“Mas..” nafas Gisva masih tersengal.
“Maaf, maaf sayang. Kamu nafasnya pakai hidung jangan pakai mulut.” celetuk Naresh.
Pipi Gisva semakin memerah, kegiatan yang baru saja mereka lakukan hampir merenggut kesadarannya. Ciuman Naresh sungguh sangat memabukan dan membuatnya hilang kendali atas diri.
Namun satu yang mereka sadari, jeda siuman itu justru menuntut mereka ingin melakukan sesuatu yang lebih.
“Boleh?” Tanya Naresh dengan suara serak dan tatapan sayu.
Gisva tak tau harus menjawab apa, tapi dia tak menolak saat suaminya kembali beraksi. Naresh menyingkap bawahan dress yang Gisva kenakan, hingga terpampang lah paha mulus sang istri.
Dengan susah payah Naresh menelan ludah, baru kali ini ia melihat pemandangan indah secara nyata. Saat mereka mandi bareng memang Naresh sempat melihat lekuk tubuh sang istri, tapi kali ini begitu nyata dihadapannya.
Naresh menatap Gisva dengan tatapan memuja, membuat Gisva semakin salah tingkah. Ia tahu, Naresh sangat menginginkannya.
Naresh tersenyum, lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Gisva. "Boleh?" bisik Naresh, dengan suara serak yang membuat Gisva merinding.
Gisva tidak menjawab, ia hanya memejamkan matanya, memberikan izin kepada suaminya untuk melakukan apa pun yang diinginkannya.
Naresh tersenyum, lalu mulai menciumi leher Gisva dengan lembut. Ia memberikan kecupan-kecupan kecil di setiap inci kulit Gisva, membuat Gisva menggeliat kegelian.
Tangan Naresh terus bergerilya menyusuri tubuh Gisva, membuat Gisva semakin kehilangan kendali.
Naresh terus menjelajahi tubuh Gisva, sentuhan lembutnya membangkitkan gelombang kenikmatan yang belum pernah Gisva rasakan sebelumnya. Gisva menggeliat dalam dekapan Naresh, merasakan setiap sentuhan yang diberikan suaminya. Desahan kecil lolos dari bibirnya, menandakan betapa ia menikmati setiap momen ini.
Tangan Naresh semakin berani menjelajahi tubuh Gisva, membuka satu per satu kancing gaun yang dikenakan Gisva. Gisva hanya bisa pasrah, menikmati setiap sentuhan yang diberikan suaminya. Ia merasa seperti melayang di udara, terbuai dalam gelombang cinta yang tak berujung. Tiba-tiba terdengar suara yang membuat keduanya terperanjat.
Brukk…
Bersambung…
Sabar ya guys, nanti malam permainan inti🤣🤣 happy reading.. Jangan lupa bintang limanya. 🥰🥰🥰