Syahira Nazira gadis berusia 21 tahun dijodohkan dengan anak pemilik pondok tempat dia menuntut ilmu agama tanpa sepengetahuan darinya.
Namun, dia tetap menjalankan perjodohan tersebut karena tidak mau durhaka dengan orang tuanya. Syahira yang berniat menikah dengan orang yang dia cintai harus menguburkan harapan itu dan mencoba menerima apa yang orang tuanya pilihkan untuknya.
Zaidan pria berusia 28 tahun, juga ikut berkorban untuk bisa melihat orang tuanya bahagia. Zaidan yang baru kembali dari Mesir harus mengorbankan perasaannya sendiri dan menerima permintaan kedua orangtuanya.
Menikah tanpa ada rasa cinta sama sekali bahkan tidak saling kenal satu sama lain. Bagaimana sikap keduanya setelah menikah?.
Ikuti terus!!!
Dukung terus karya remahan author.
berupa! Like, komen, vote, gift, and start. sebagai motivasi dan juga dukungan dari kalian semua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umul khaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 14
Keesokan paginya, Syahira bangun lebih awal dari Zaidan. Syahira bangun perlahan dari tempat tidur agar tidak membangunkan Zaidan yang masih di alam mimpinya. Syahira masuk ke dalam kamar mandi, menyegarkan tubuhnya. Karena belum bisa shalat, Syahira keluar dari kamar melihat situasi di rumah Zaidan yang ada hanya ummi Aminah yang sedang berada di dapur.
" Ummi" panggil Syahira menghampiri ummi Aminah.
" Sayang, udah bangun?" Tanya ummi Aminah.
" Iya ummi, ummi lagi apa?" Tanya Syahira berdiri di samping ummi Aminah yang sedang minum.
" Ummi haus tadi, kenapa ke sini? Zaidan udah bangun?" Tanya ummi Aminah.
" Abi masih tidur ummi, oh iya ummi semalam Syahira bilang sama Alana kalau Syahira di mintai ummi untuk bertemu dan sekarang Syahira nggak tau harus gimana!" Ucap Syahira meminta masukan pada ummi Aminah.
Meskipun, Ia sudah ada niatan memberitahukan kepada sang sahabat tentang hubungannya dan Zaidan tapi ia harus bisa menunggu waktu karena akan sangat mengejutkan bagi sahabatnya.
" Kenapa Syahira nggak jujur aja sama Alana, kita juga bisa mengumumkan pernikahan kalian" balas ummi Aminah berpendapat.
" Syahira dan abi udah sepakat setelah kejuaraan Syahira akan mengumumkan pernikahan ini" ucap Syahira.
" Yasudah terserah sama kalian saja, ummi ikut kalian aja. Masalah Alana sebaiknya kamu jujur saja sama dia, menurut ummi itu jauh lebih baik" ucap ummi Aminah memberikan nasehatnya pada Syahira.
" Ia ummi, rencananya hari ini Syahira akan jujur sama Alana." balas Syahira.
Hanya itu pilihan yang ia punya, tidak ada alasan lagi baginya untuk menyembunyikan dari sang sahabat. Lebih baik dia yang memberitahukan lebih awal padanya dari pada terus berbohong
" Kalau begitu ummi kembali ke kamar dulu, sebentar lagi azan subuh, Syahira shalat di rumah apa di pondok?" Tanya ummi Aminah ada Syahira.
" Syahira lagi nggak bisa ummi, tapi Syahira akan menemui Alana" balas Syahira sopan.
Setelah ummi Aminah kembali ke kamar, Syahira juga meninggalkan dapur pergi ke kamarnya.
Ceklek!
Syahira membuka pintu tapi, ia tidak mendapati Zaidan lagi di atas tempat tidur yang sudah rapi, Syahira masuk ke dalam dan mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi. Syahira berjalan ke arah lemari menyiapkan baju yang akan dikenakan sang suami.
Meskipun tidak tau bagaimana yang diinginkan Zaidan, tapi Syahira pikir suaminya akan pergi ke mesjid menjalankan shalat subuh di sana.
Syahira berjalan ke tempat ponselnya di meja di samping tempat tidurnya. Saat Syahira lagi sibuk dengan ponsel mendengar ceramah dari salah satu ustadz favoritnya, Ia sempat mengambil ponsel yang ada di rumah waktu pulang ke rumah, Syahira bukan orang yang terlalu memikirkan tentang media sosial hanya saja sebagai untuk mendapatkan informasi dunia luar saja dan mendengarkan ceramah-ceramah dari ustadz favoritnya.
Tidak lama Zaidan keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk yang terlilit di pinggangnya, Syahira yang masih fokus mendengarkan ceramah di ponsel belum sadar kalau Zaidan sudah ada di hadapannya saat ini.
" Serius banget!" Ucap Zaidan berdiri di depan sang istri yang tengah fokus pada ponselnya.
Zaidan sendiri bisa mendengar apa yang sedang dilihat oleh Syahira karena suara dari ustadz tersebut.
" Abi, udah selesa aaaa...!" pekik Syahira terkejut dengan pemandangan yang ada di hadapannya.
Zaidan menutup mulut Syahira cepat supaya tidak terdengar oleh orang tuanya bisa-bisa mereka akan ditertawakan.
Syahira memberontak karena Zaidan yang mendekap mulutnya menggunakan tangan tapi Zaidan belum mau melepaskan karena takut Syahira kembali berteriak.
" Saya lepaskan tapi kamu harus janji untuk tidak teriak" ucap Zaidan, Syahira yang sudah mulai kehabisan nafas menganggukkan kepalanya.
" Kenapa abi nggak pakai baju!" Cerca Syahira memalingkan wajahnya ke arah lain, karena takut matanya ternoda dengan pemandangan yabg begitu indah yang tidak bisa dinikmati oleh setiap orang hanya dirinya saja.
" Saya habis mandi jadi saya belum pakai baju, lagian juga kita ini suami istri lebih dari ini juga boleh. Kalau mau lihat yabg lain, abi perlihatkan!" Goda Zaidan tidak menyaring apa yang dibicarakan.
" Dasar ustadz mesum!" Ucap Syahira kesal dengan suaminya yang bicara seenaknya saja tanpa pikir terlebih dahulu.
" Mesum sama istri sendiri dapat pahala, kalau saja istri abi sedang tidak halangan mungkin abi lebih mesum dari ini" balas Zaidan memakai baju yang ada di samping Syahira cepat.
" Udah cepat pergi shalat sana kalau masih di sini bisa-bisa abi semakin menjadi" usir Syahira bangun dari duduknya mendorong Zaidan yang sudah rapi keluar dari kamar.
Setelah Zaidan sudah berada di luar kamar, ingin kembali ke kamar tapi Zaidan mencegahnya mengatakan ingin diantar Syahira sampai ke pintu depan.
Sebagai istri yang baik dan solehah Syahira mengantar Zaidan sampai di depan pintu, di sana juga ada ummi Aminah yang baru saja lepaskan kepergian kiyai Ahmad ke mesjid.
Tidak lupa Syahira mencium tangan Zaidan sebelum Zaidan pergi ke mesjid, ummi Aminah sudah lengkap dengan mukenanya sedangkan Syahira yang lagi free masih menggunakan pakaian yang sama ketika bertemu sebelum waktu subuh tadi.
Kedua perempuan tersebut masuk ke dalam kamar mereka masing-masing karena Syahira yang lagi free, jadi ia melanjutkan nonton ceramah yang ada di ponselnya sambil menunggu ummi Aminah shalat subuh. Setelah itu, mereka akan membuat sarapan kepada laki-laki yang ada di rumah tersebut siapa lagi kalau bukan Zaidan dan kiyai Ahmad.
Tidak lama, Syahira mendengar ketukan pintu dari luar kamar. Syahira menyimpan ponselnya di tempat semula memakai cadarnya lalu keluar dari kamar. Di depan pintu sudah ada ummi Aminah yang menunggunya.
Kedua perempuan beda generasi itu saling melempar senyum dan saling merangkul satu sama lain. Keduanya turun ke bawah untuk membuat sarapan, menu simple yang mereka buat pagi ini, yaitu nasi goreng, ayam goreng dan telur goreng yang di buat dadar.
Karena menunya tidak memakan waktu yang lama, mereka menyelesaikannya lebih cepat lantaran mereka mengerjakan berdua. Makanan sudah tersaji di atas meja hanya menunggu para lelaki pulang dari mesjid. Sambilan menunggu, Syahira menanyakan banyak hal pada ummi Aminah termasuk juga tentang kejuaraan yang akan ia ikuti minggu depan dan juga tentang suaminya.
Syahira ingin tau banyak hal tentang Zaidan yang selama ia belajar di pondok tidak pernah sekalipun melihatnya, hanya dia pernah mendengar namanya saja dari santriwati yang sering membicarakan Zaidan dan dari beberapa ustazah.
Ketika keduanya sibuk bercerita kedua pria beda generasi yang memiliki sifat dan wajah yang hampir sama mengucapkan salam dari pintu depan.
Syahira pergi menyambut sang suami dan mengalami Zaidan dan sebagai suami yang baik Zaidan melakukan hal serupa tapi tidak sama pada sang istri tercinta, Ia mencium kening Syahira lembut.
Bukan hanya mereka yang sedang bermesraan di pagi hari melainkan juga kedua orang tua Zaidan yang melakukan hal yang sama seperti yang Zaidan lakukan.
"Kita sarapan dulu, sarapan hari ini dibuat oleh menantu kita" ucap ummi Aminah.
Para reader jangan lupa like,komen dan mampir juga di karya teman author.