Wulan Riyanti merebut suami adiknya lantaran dia diceraikan sang suami karena terlalu banyak menghamburkan uang perusahaan. Tia sebagai adik tidak tahu bahwa di balik sikap baik sang kakak ternyata ada niat buruk yaitu merebut suami Tia.
Tia tidak terima dan mengadukan semua pada kedua orangtuanya, akan tetapi alangkah terkejutnya Tia, karena dia bukan saudara seayah dengan Wulan. Orang tua Ita lebih membela Wulan dan mengijinkan Wulan menjadi istri kedua Ridho-suami Tia.
Rasa sakit dan kecewa Tia telan sendiri hingga akhirnya Tia memutuskan untuk bercerai dan hidup mandiri di luar kota. Suatu kebetulan dalam kesendiriannya Tia bertemu dengan sang mantan suami Wulan yang bernama Hans. Bagaimana kisah Cinta Tia dan Hans selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aryani Ningrum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Demi untuk masa depan rumah tangganya dan Wulan, Meri menutupi siapa ayah kandung dari janin yang dikandungnya sekarang ini, karena sebenarnya Meri sudah tahu kalau dia sedang hamil.
"Iya Mas, Aku merasakan hal yang sama saat hamil Wulan dulu. Tapi ini lebih parah, semoga anak kita sehat ya Mas," ucap Meri menutupi.
"Sebenarnya Mas juga belum siap jika harus diberi momongan lagi. Karena akan semakin repot hari-hari kita dan akan semakin banyak pengeluaran kita nanti," ucap Cahyo menunjukkan kalau dia belum siap memiliki anak lagi. Dia sudah menyuruh istrinya untuk ikut Keluarga Berencana tapi masih juga kebobolan.
"Ah Iya Mas. Tapi namanya sudah jadi takdir Allah jika kita diberi momongan lagi pertanda Allah percaya pada kita," jawab Meri sambil mengusap bibirnya dengan tisu.
Sedangkan Cahyo hanya melihat Meri dengan perasaan yang belum ikhlas menerima. Pasalnya memiliki Wulan saja dia sudah repot apalagi nanti tambah bayi lagi.
"Kamu masih menggunakan Pil Kontrasepsi kan dek? Kok bisa hamil?" cecar Cahyo.
"Iya Mas, tapi kan ada juga kebobolan atau gagalnya," elak Meri. Dia sebenarnya rutin meminum pil itu hanya pas malam itu dia lupa meminumnya. Akhirnya mereka pergi periksa ke bidan desa. Hari-hari Meri lalui dengan berat hati, hampir dia tidak mempedulikan kehamilannya. Waktunya banyak dia habiskan dengan merawat dan bermain bersama Wulan.
Tia yang lahir dengan wajah yang lebih mirip dengan Gunawan membuat Meri semakin membenci Tia. Tidak ada kasih sayang untuknya walau setiap hari Tia selalu mencari perhatian Meri. Hingga dewasa Meri tetap memperlakukan Tia sama sewaktu dia kecil.
***
Prok .. Prok ...
"Hebat sekali kalian ya? Teganya menyakiti hati Mbak Tia?" Aris datang dari arah pintu sambil bertepuk tangan. Anak ketiga Meri ini memang sedari kecil dekat dengan Tia. Sering Tialah yang mengurus dan merawat Aris yang ditinggal kerja Meri dan Cahyo sendirian. Sedangkan Wulan asyik dengan sekolah dan urusan dirinya sendiri.
Tepuk tangan Aris membuat Meri tersadar dari lamunannya. Meri terkejut karena tidak menyangka kalau Aris mendengar semuanya.
"Aris, Kami yang sopan di depan orang yang lebih tua dari Dek," sergah Tia memperingatkan Aris agar tidak membuat keributan.
"Mbak ... Mbak masih membela mereka yang sudah menyakiti dan mengkhianati Mbak Tia?" Aris menunjuk ke arah Ridho dan Wulan.
"Aris jaga bicaramu!" teriak Meri.
"Ma! Mama seharusnya menentang perselingkuhan mereka tapi Mama mengapa seolah merestui hubungan mereka, tolong jelaskan Ma!" timpal Aris tidak mau Ridho menikahi Wulan.
Mendengar cercaan anak bungsunya Meri merasa ini semua pengaruh buruk dari Tia.
Plak ...
Meri menampar Aris dengan tangan kirinya. Rasa perih dan panas Aris rasakan di pipinya. Aris menatap nanar sang mama.
"Cukup Aris! kamu anak kecil lebih baik diam." Meri membentak Aris dengan keras. Dia marah kalau Aris lebih membela Tia daripada Wulan.
Aris pergi meninggalkan rumah, dia sudah tidak kuat melihat semua memojokkan Tia.
"Dasar anak keras kepala!" omel Meri sembari menatap punggung Aris yang menghilang dibalik pintu.
"Ma, sudah Ma. Jaga kesehatan mama," hibur Wulan.
"Ma, Pa. Ijinkan Ridho menikahi Wulan, Ridho akan bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada Wulan. Insyaallah Ridho akan adil pada kedua istri Ridho," ujar Ridho di depan Cahyo papa Wulan.
"Baiklah, mama dan papa merestui kalian. Kami juga malu jika Wulan menjadi omongan tetangga." Cahyo menatap datar pada Ridho dan Wulan. Sebenarnya dia tidak suka jika Wulan menjadi istri Ridho. Cahyo ingin Wulan memiliki suami yang lebih kaya dari Ridho.
"Kapan kalian akan melangsungkan aqad nikah?" tanya Meri. Dia sudah tidak mempedulikan Tia yang masih berdiri terpaku melihat suaminya. Tia tidak pernah menyangka jika suaminya itu menanamkan benih di rahim kakaknya.
"Mas ... apa kau benar-benar bisa adil?" Tia menatap Ridho dengan tajam. Selama ini Ridho tidak pernah adil padanya. Semua waktu Ridho hanya untuk bekerja dan juga bertemu dengan Wulan.
Cahyo dan Tia boleh bersentuhan kerana merupakan Bapak Tiri Tia ,
Gunawan dan Sinta boleh bersetuhan , Seperti bersalaman ataupun sekadar cium kening , Kerana Sintia anak tiri Gunawan ,
Gunawan tidak boleh menjadi wali Sintia ketika menikah begitu jugak dengan Tia ,
Cahyo tidak boleh menjadi Wali Tia tetapi boleh menjadi Wulan kerana anak kandung Cahyo ,
Kalau tidak mahu bersalaman dengan Gunawan boleh tapi haruslah berlapik .
Berbeda sama Gunawan dan anaknya mereka tidak sedarah dengan Tia , Kerana Tia adalah yang lahir dari pemerkosaan atau pun lebih tepat anak tidak sah taraf ,
Tia bersentuh dengan Gunawan walaupun hanya sekadar bersalaman tanpa lapik itu tidak di benarkan dalam Islam kerana Gunawan bukanlah mahram dari Tia , Gunawan juga tidak pernah menikahi Ibu kandung Tia ,
Berbeda pula dengan Bapak Wulan kerana menjadi bapak tiri Tia kerana menikah Ibu Tia ,
Wulan , Tia dan adik lelakinya adalah saudara dari satu Ibu dan mereka tidak batal air sembahyang ketika bersentuhan .