Menikah Dengan Janda

Semuanya memang terasa berat bagi Ilham menjalani kehidupan tanpa orang tua di sisinya. Ia harus mulai bisa mengontrol keinginan agar bisa makan sehari-hari. Ia harus menghemat uang hanya untuk keperluan yang memang tidak dibutuhkan.

Sebenarnya, Ia sungguh ingin berkumpul dengan teman-temanya dulu untuk mengunjungi club malam. Namun Ia harus bisa menahan diri. Bahkan Angga sampai menggoda dirinya, namun Ia tetap kokoh dengan pendirianya.

Apalagi, saat ini Ilham habis putus cinta dengan Natasha. Hari-harinya agak kelabu. Namun, Ilham bisa bangkit dari rasa sedih itu karena Natasha benar-benar sudah kelewatan dengan dirinya.

Ilham sudah tidak seperti dulu lagi yang setiap uangnya habis pasti langsung meminta kepada Mama dan Papanya. Ditambah uang di rekening banknya yang setiap bulan ditransfer oleh Papanya. Namun sekarang, sudah tidak lagi. Sekarang, Ia harus benar-benar bisa menghargai uang. Ia harus bisa menghargai jerih payah sendiri.

Selama tinggal di kontrakan Angga, Ilham sudah bilang kepadanya untuk dibagi dua saja pembayaran kontrakanya. Karena sepertinya Ia akan tinggal lebih lama lagi di kontrakan Angga. Awalnya Angga tidak mau, namun karena Ilham memaksa akhirnya Angga mau kalau pembayaran kontrakan dibagi dua.

Ilham sekarang sudah tidak kuliah lagi. Ia telah mengundurkan diri. Kegiatan waktu pagi dan siang Ia gunakan untuk menerima job sebagai fotografer sekaligus Ia merangkap ingin belajar Videografer.

Sesekali Ilham masih berkumpul dengan teman-temanya. Hanya berbincang di sebuah angkringan untuk melepas rindu bersama dengan teman-temanya dulu.

Saat ini, Ilham sedang mengendarai sepeda motornya dalam perjalanan pulang. Ia habis menerima job. Ia tidak menyangka bisa bertahan hidup dengan mandiri sampai sekarang ini.

....

Mira berani menolak seorang Efendi yang jelas-jelas mendekati kata sempurna. Bahkan, semua wanita terpesona dengan ketampanan Efendi.

Penolakan Mira membuat Efendi tidak habis pikir, kenapa Mira bisa menolak dirinya? Harga dirinya pun jatuh. Apalagi Efendi adalah Boss-nya, Efendi sudah terlalu percaya diri kalau Ia pasti akan diterima oleh Mira.

Namun, semuanya tidak berjalan sesuai dengan dugaanya. Di lubuk hatinya, Ia ingin menjalin hubungan dengan serius bersama Mira. Tidak seperti dengan gadis-gadis lainya. Yang hanya Ia perlakukan dengan bermain-main saja.

Lalu, kenapa Ia tidak bisa memikat hati seorang janda?

Efendi pun sedikit tersinggung, tidak menyangka sekali Ia akan mendapat perlakuan seperti ini. Ia tidak terima akan hal itu.

“ Wah! ” pandangan Efendi menatap ke sembarang arah, lalu menyeringai.

“ Aku benar-benar tak menyangka kau bisa menolaku, Mira! ” Lanjutnya dengan suara terdengar serius. Atmosfer ruangan itu menjadi lebih menegangkan saat ini.

“ Maafkan aku, Efendi. ” lirih Mira tanpa berani menatap Efendi.

“ Baiklah, aku akan mencoba mengerti, ” katanya sambil berdiri. “ Tapi, malam ini kau sungguh cantik sekali, Mir! Lihat tubuhmu masih bagus, bibirmu menggoda sekali. ” Efendi meneruskan.

“ Kalau kau menolaku, akan aku terima, ” katanya. “ Tapi biarkan aku melakukan ini padamu, Mir. Karena kau sungguh cantik sekali malam ini, aku sudah tidak tahan melakukanya padamu. ”

Efendi melepas dua kancing kemeja paling atas dan menggerak-gerakan tubuhnya. Efendi membusungkan dada dan bersamaan dengan itu bibirnya menyentuh bibir Mira dengan ganas. Tentu saja, Mira tersentak dengan perlakuan Efendi secara tiba-tiba itu. Ia terbelalak dengan apa yang sedang Efendi lakukan saat ini. Ia pun langsung mendorong tubuh Efendi dengan keras.

Efendi sepertinya sudah dibuat terpesona oleh kecantikan Mira malam ini. Ia tidak mempedulikan dorongan Mira barusan. Efendi kembali berjalan mendekat telah siap meneruskan aksinya.

“ Aku akan berteriak kalau kau berani menyentuhku!!! ” sergap Mira dengan jari telunjuk menunjuk muka Efendi.

“ Mir, kau jangan jual mahal seperti ini, itu malah akan membuatku semakin tergoda denganmu. ” Balas Efendi semakin menjadi-jadi. Tidak gentar dengan ancaman Mira.

“ Kau adalah janda, jadi, kau seharusnya beruntung bisa mendapatkan cintaku. Memangnya kau bisa memilih sekarang? Tidak bisa!!! ” Lanjut Efendi.

Pipi Mira sudah panas sekali, wajah yang tadi begitu cantik, sekarang berubah menjadi geram. Tanganya juga sudah mulai bergetar, dengan cepat sebuah tamparan keras mengenai pipi Efendi yang tepat ada di depanya.

Tamparan Mira ternyata tidak membuat Efendi kesakitan. Hal ini, justru membuat Efendi semakin menyeringai dengan yang dilakukan Mira terhadapnya.

“ Jaga ucapanmu, ya!!! ” kata Mira dengan membentak.

“ Seharusnya yang harus menjaga ucapan itu kau! aku, aku adalah bossmu. ” Balas Efendi lagi sambil terkekeh pelan.

Mira bangkit dari kursinya, menyampirkan tas di bahunya dengan sembarang. Lalu, melangkah hendak pergi. Sebuah cengkraman tangan mencegah lenganya untuk keluar. Efendi dengan tenang menahan Mira agar tidak keluar.

Efendi tampak menghela napas berat. “ Baik, kali ini aku dapat mengerti, ijinkan aku mengantarmu pulang. Kau tidak mungkin bisa pulang sendirian. ”

“ Tidak! Aku bisa pulang sendiri! ”

“ Ijinkan aku mengantarmu, aku mohon! ‘’ katanya. “ Aku berjanji, aku tidak akan menyentuhmu lagi. ” Efendi tampaknya sudah mulai menyadari sikapnya yang sungguh keterlaluan. Ia sedang dilanda nafsunya yang besar tadi.

Keduanya lalu melangkah keluar dari restoran. Mira menjaga jarak dengan Efendi. Ia berharap akan cepat sampai rumah dan melupakan kejadian barusan. Mira tidak menyangka Efendi akan berbuat kurang ajar terhadap dirinya.

Di dalam mobil, suasana semakin mencekam saja, mobil menembus jalanan yang mulai lengang.

“ Kau sungguh berbeda sekali, ya dengan sikapmu di kantor, aku kira kau seperti gadis-gadis lain. ” Kata Efendi memulai obrolan.

“ Apa maksudmu? ”

“ Aku serius kali ini denganmu, tetapi kau malah menolaku secara terang-terangan, padahal masih banyak gadis di luar sana yang mau denganku dan bahkan mereka rela sudah tidur denganku lebih dulu. ”

“ Kau hanya seorang janda, Mir, kau tidak harus bekerja seperti ini, anakmu juga akan hidup dengan baik kalau kau menikah denganku. ” Tambah Efendi meremehkan Mira. Karena janda itu telah menolaknya.

“ Berhenti! Turunkan aku sekarang!! ”

“ Apa? ”

“ Turunkan aku sekarang!! Apa kau tidak mendengar? ”

Seketika mobil berhenti secara mendadak, tubuh Mira sampai terdorong ke depan saking kerasnya. Wajah Efendi saat ini sudah merah padam, emosi sudah menguasai dirinya siap untuk ditumpahkan.

“ Baik!!! ” katanya dengan membentak. “ TURUNNN!!! ” gertaknya.

Tanpa menjawab gertakan Efendi, Mira sudah melepas belt mobil dan bergegas turun dari mobil. Efendi sudah kehabisan kesabaran sepertinya, mobil seketika itu melaju dengan tidak sabaran.

Mira berdiri di tepi jalan, apa yang dilakukan sekarang ini tentu saja bodoh. Namun, itu lebih baik daripada harus bersama laki-laki berengsek seperti Efendi. Mira bingung bagimana caranya untuk pulang? Menunggu taksi, memesan taksi online, ojek online atau menghubungi Wanda?

Ojek online saja biar cepat!

Mira segera menjulurkan tangan ke dalam tasnya dan mengeluarkan ponselnya dari sana. Tiba-tiba sebuah motor berhenti tepat di depanya, seorang Laki-laki turun sambil melepas helmnya.