Ditinggalkan di hari pernikahan membuat Abigail, gadis yang memiliki berat badan berlebih memutuskan untuk berubah. Dibantu seorang teman lama yang sudah menyukainya sejak lama, Abigail mewujudkan keinginannya untuk memiliki tubuh ideal tapi sahabat yang dia anggap sebagai sahabat baik, berusaha menghalangi langkahnya. Disaat keinginan itu sudah terwujud, Abigail berubah menjadi gadis cantik dan pada saat itu sang mantan kembali dan ingin memperbaiki hubungan mereka. Akankah Abigail menerima ajakan sang mantan sedangkan secara diam-diam, ada seorang pria yang begitu tulus mencintai dirinya. Antara cinta lama dan cinta baru, yang mana akan dipilih oleh Abigail?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 14
Sarah sudah pergi, itu karena dia harus bekerja. Walau dia ingin lebih lama berada di sana tapi dia tidak bisa meninggalkan pekerjaannya begitu saja. Bagaimanapun mencari pekerjaan tidaklah mudah di kota besar seperti New York, jangan sampai dia menjadi pengangguran seperti Abi.
Di restoran itu, Abi masih bersama dengan Justin. Mereka berdua masih berbincang sampai makanan mereka habis. Bagaimanapun banyak yang mereka bicarakan apalagi mereka sudah lama tidak bertemu.
"Abi, aku rasa kau harus tegas menolak apa yang diberikan Sarah untukmu," ucap Justin.
"Aku sudah menolak, tapi Sarah selalu memaksa. Mungkin kami sudah terbiasa seperti ini," jawab Abi.
"Walau dia memaksa, tapi kau harus bisa menolak. Belajarlah untuk tegas, sebagai seorang sahabat tidak seharusnya Sarah memaksakan kehendaknya padamu. Aku perhatikan, kau selalu melakukan apa yang dia mau. Walau dia sahabat baikmu, tapi kau harus bersikap tegas padanya."
"Terima kasih atas nasehatnya, Justin. Sahabat baik satu-satunya yang aku punya hanya Sarah, dia yang paling mengerti tentang aku. Aku tidak mau membuatnya tersinggung dan membuatnya marah, bagaimanapun aku takut Sarah meninggalkan aku seperti yang Harold lakukan."
Justin memandanginya, apa Abi jadi trauma dan takut ditinggalkan? Mungkin saja hal itu terjadi, bagaimanapun ditinggalkan bukanlah hal yang menyenangkan. Mungkin karena kejadian itu membuat sebuah luka di hati Abi.
"Baiklah, tapi jangan biarkan dia semena-mena terhadap dirimu Abi. Bukankah sudah aku katakan, semua harus dimulai dari dirimu sendiri. Jika kau ingin berubah maka kau harus keluar dari zona aman, semua itu harus dimulai dari dirimu sendiri. Jika Sarah memang sahabat baikmu, seharusnya dia mengerti dengan penolakan yang kau lakukan dan tidak akan marah. Percayalah, kau tidak akan bisa berubah jika kau sendiri tidak mau berubah. Kau bisa menolaknya dengan pelan agar Sarah tidak tersinggung, bicarakan baik-baik dengannya, dia pasti akan mengerti."
"Thanks, kau memang benar," Abi tersenyum, yang dikatakan oleh Justin memang sangat benar. Sudah saatnya dia menolak apa yang Sarah berikan. Dia harap Sarah mau mengerti dan tidak membencinya.
Dia memang tidak menaruh curiga sama sekali tapi ada masanya nanti, dia akan kecewa dengan persahabatan yang dia jalin dengan Sarah bahkan matanya akan terbuka lebar sehingga dia tahu, siapa sahabat yang dianggap sebagai sahabat baiknya itu.
"Bagaimana jika kita kembali? Aku akan mengantarmu pulang," ucap Justin. Ini kesempatan baginya untuk tahu di mana Abi tinggal.
"Tidak perlu Justin, aku bisa pulang sendiri," tolak Abi.
"Ayolah, jangan menolak. Aku akan meminjam mobil bosku untuk mengantarmu."
"Tapi aku tidak mau merepotkan dirimu."
"Tidak apa-apa, ayo!"
Justin meraih tangan Abi dan mengajaknya keluar dari restoran. Abi jadi malu karena Justin sedang menggenggam tangannya yang besar dan dipenuhi lemak. Entah kenapa dia jadi ingin tahu, apa Justin tidak jijik dengannya seperti Harold?
Dia tampak tidak nyaman, apalagi pengunjung restoran melihat ke arah mereka. Jangan sampai Justin malu hanya karena berjalan bersama dengannya.
"Ju-Justin, tanganku," ucap Abi gugup. Dia tampak berusaha menarik tangannya agar terlepas dari genggaman tangan Justin.
"Oh, sorry," Justin melepaskan tangan Abi, mereka berdua jadi terlihat canggung.
"Maaf Justin," ucap Abi sambil menunduk.
"For what?" Justin melihatnya dengan heran.
"kau jadi pusat perhatian karena aku," jawab Abi tidak enak hati.
Justin melihat sekeliling, di mana orang-orang melihat ke arah mereka. Sepertinya Abi terlalu berlebihan, itu pasti karena dia tidak percaya diri.
"Ck, tidak perlu memikirkan hal yang tidak penting! Mereka punya mata jadi biarkan saja mereka melihat, percaya dirilah Abi, mereka pasti hanya iri padamu," ucapnya.
"Iri, untuk apa?" tanya Abi heran.
"Hm, mungkin karena kau cantik," jawab Justin seraya melangkah pergi.
"Apa?" Abi memandangi punggung Justin dengan tatapan heran. Dia cantik? Apa Justin tidak salah bicara? Jangan-jangan Justin terlalu banyak makan udang sehingga dia berbicara seperti itu tapi apa hubungannya dengan udang?
Mungkin Justin hanya ingin menghiburnya, ya, pasti seperti itu. Pria tampan seperti Justin tidak mungkin tidak punya pacar sama sekali. Abi mempercepat langkahnya, mengejar Justin. Mereka berjalan sambil berbincang sampai mereka tiba di tempat fitnes.
Mereka masuk ke tempat itu dan tentunya, Ben menghampiri mereka dan berdiri di depan mereka sambil berkacak pinggang. Sekarang saatnya memainkan perannya.
"Dari mana?" tanyanya dengan nada galak.
Abi jadi takut, apa Justin akan di marahi oleh bosnya?
"Pergi tanpa ijin saat jam kerja, gajimu dipotong lima puluh persen selama dua bulan dan jika lain kali kau melakukan hal ini lagi maka kau akan dikirim ke Afrika!" Ben masih memainkan perannya. Kapan lagi bisa menggoda sahabatnya itu?
"Jus-Justin, bagaimana ini?" Abi jadi tidak enak hati karena Justin dimarahi.
Justin hanya diam, matanya menatap Ben dengan tajam. Ben jadi salah tingkah, padahal dia hanya ingin menggoda Justin saja tapi kenapa justru dia yang jadi takut?
"A-Afrika, besok kalian akan jalan-jalan ke sana!" ucapnya sambil tertawa canggung.
Ben melangkah pergi dengan terburu-buru, kabur adalah cara terbaik. Sangat berbahaya menggoda pria itu. Jangan sampai besok dia sudah terbangun di Afrika tanpa dia ketahui.
"Justin, bagaimana ini?" tanya Abi lagi.
"Tidak apa-apa, bosku suka bercanda."
"Sebaiknya aku pulang sendiri saja, jangan sampai kau dikirim ke Afrika," ucap Abi. Bagaimanapun dia tidak mau menyusahkan Justin.
"Tidak perlu khawatir, jika ada yang berani maka besok orang itu akan terbangun di antara kumpulan Hiena yang ada di Afrika!" ucap Justin dengan suara keras.
Ben menelan ludah, sial. Jangan sampai besok dia benar-benar terbangun di antara kumpulan Hiena seperti yang Justin katakan.
Abi sangat heran, untuk apa Justin berkata seperti itu?
"Tunggu di sini," pinta Justin.
Abi hanya mengangguk, sejujurnya dia tidak mau menyusahkan Justin. Bagaimana jika Justin dipecat gara-gara dirinya? Jangan sampai hal itu terjadi karena mencari pekerjaan tidaklah mudah.
Justin kembali menghampiri Abi setelah mengambil kunci mobilnya.
"Ayo aku antar," ajaknya.
"Tapi bosmu," Abi melihat ke arah Ben.
"Tidak apa-apa, aku sudah minta ijin," dusta Justin.
Ben melambaikan tangan, sebagai isyarat mereka boleh pergi. Malam ini dia tidak mau tidur, jangan sampai begitu dia bangun dia sudah berada di Afrika.
Walau tidak enak hati, Abi mengikuti langkah Justin menuju sebuah mobil yang terparkir. Jika saat itu ada Sarah, dia pasti akan sangat senang dan semakin curiga jika Justin benar-benar pengusaha sukses tapi untungnya dia tidak ada sehingga dia tidak bisa mengganggu kebersamaan Abi dan Justin.
Tidak memakan waktu lama, mereka sudah tiba di rumah Abi. Gadis itu benar-benar tidak enak hati sudah merepotkan Justin.
"Terima kasih, padahal kau tidak perlu mengantarku," ucap Abi seraya membuka sabuk pengamannya.
"Tidak apa-apa, aku senang melakukannya."
"Thanks," Abi tersenyum dan hendak membuka pintu.
"Abi, kau pasti bisa. Percaya dirilah, aku percaya kau bisa berubah," ucap Justin.
Abi tersenyum, entah kenapa Justin begitu baik padanya.
"Thanks Justin, aku akan menguruskan badanku dengan sungguh-sungguh."
"Bagus, aku senang mendengarnya. Ada aku, jadi kau tidak perlu khawatir."
"Thanks, see you tommorow," Abi membuka pintu mobil dan turun.
Justin masih memandangi Abi melangkah menuju rumahnya, dia benar-benar tidak menyangka akan bertemu dengan gadis itu lagi. Sekarang dia akan melakukan apa yang harus dia lakukan, membantu Abi menurunkan berat badan adalah tujuan awalnya. Dia tidak akan membiarkan Sarah mempengaruhi Abi, dia juga akan selalu memberi Abi semangat karena dia yang akan merubah Abigail.
klara