Kisah dari seorang gadis yang tidak diinginkan kehadirannya oleh kedua orang tuanya. mampukah dia mencari kebahagiaannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Respati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PULANG DARI RUMAH SAKIT
Di Rumah sakit.
Kania yang sedang menunggu kedatangan Bara sudah nggak sabar lagi. Kalau bukan karena ancaman Bara mungkin dia sudah pulang.
"Ih..lama amat sich....lagian ngapain juga gue harus nunggu dia...." kata Kania sambil mondar - mandir di dalam kamar. Mungkin karena lelah dia membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Dia menatap langit - langit kamar.
"Kalau bukan karena dia tadi ngancem udah pergi gue naik taksi...Apa dia tahu ya kalau gue kerja di perusahaannya..." gumam Kania perlahan.
"Apa pak Dika juga tahu ya gue anak buah dia .." monolok Kania sendiri. Akhirnya dia bangun kembali dan berjalan ke sofa, dia duduk dan mengambil ponselnya di dalam tas kerjanya . namun baru saja dia membuka ponsel tiba- tiba ada yang mengetuk pintu .
Tok tok tok....
"Ya masuk...." seru Kania sambil menatap siapa yang datang.
Dan seraut wajah imut muncul di depan pintu.
"Kak Kania...." terlihat Kinan berlari menuju Kania.
"Sayang .." sambut Kania sambil merentangkan kedua tangannya. Kinan pun masuk dalam pelukan Kania.
"Kinan perlahan.... Kak Kania masih sakit sayang...." seru Bara berusaha menahan Kinan. Tapi sang putra lebih cepat berada dalam pelukan Kania.
Terlihat wajah Kania yang menahan rasa sakit.
"Nggak masalah tuan...." kata Kania sambil tersenyum manis pada Kinan. Bukannya Kinan yang bahagia menerima senyum manis sang kakak cantik , namun pria yang berada di belakang Kinan yang merasa jantungnya ber degub tak karuan. Bara bagai terhipnotis oleh senyum manis Kania. Sedangkan yang membuat Bara mabok tak merasa bersalah.
"Tuan.....tuan ada apa..." tanya Kania heran ketika Bara terlihat hanya diam menatap wajahnya.
"Tuan...." seru Kania agak keras . dan Bara pun segera sadar diri.
"Ah...nggak, nggak apa - apa..." jawab Bara datar. Walau dalam hati dia meruntuki dirinya yang hilang kendali.
"Ya udah apa kau sudah siap pulang..?" tanya Bara mengalihkan masalah.
"Sudah Tuan...." jawab Kania.
"Kalau begitu ayo kita pulang..." ajak Bara sambil mengambil tas Kania.
"Tuan ..biar saya sendiri yang bawa.." tolak Kania .
"Kau pegang saja Kinan yang lengket denganmu, tapi jangan kau Gendong..." ucap Bara memberi peringatan.
"Baiklah tuan..." kata Kania pelan.
"Sayang...kau bisa jalan...?" tanya Kania pada Kinan yang masih berada di pangkuannya.
"Bisa Kak...." jawab Kinan lalu turun dari pangkuan Kania.
"Pintar sekali jagoan Kakak..." kata Kania sambil membelai kepala Kinan dengan lembut . Bara yang melihat interaksi Kinan san Kania tersenyum sekilas.
"Ayo...." ajak Bara pada mereka berdua.
"Ayo sayang..." ajak Kania pada Kinan sambil menggandeng tangan Kinan. Mereka berdua bergandengan tangan mengikuti Bara keluar dari ruang inap Kania .
Setelah sampai di parkiran mobil Bara segera membukakan pintu mobil yang berada di sebelah pengemudi. Kania pun bingung menatap Bara.
"Ayo..." seru Bara pada Kania mengisaratkan Kania untuk segera masuk. Akhirnya dengan terpaksa Kania masuk kedalam mobil sport Bugatti Divo milik Bara. mobil sport berharga milyaran yang tak pernah Kania bayangkan bisa menaikinya. Setelah menutup pintu mobil Bara segera berjalan kearah pintu pengemudi.
"Di mana rumahmu..." tanya Bara sebelum menghidupkan mobilnya.
"Jalan A Yani dekat kampus XX tuan.." jawab Kania . Bara kaget mendengar alamat yang Kania katakan.
"Jalan A Yani..." tanya Bara tak Yakin.
"Iya tuan...." jawab Kania sambil menatap Bara. Dan kebetulan Barapun sedang menatapnya. Tak urung mata mereka berdua bertemu. Kania kaget saat mata mereka bertemu tiba- tiba dia merasakan getaran aneh melanda dadanya. Terasa detak jantung Kania yang bergetar cepat .
'Ya Tuhan....ada apa dengan jantungku.. Teriak Kania dalan hati.
Begitupun dengan Bara, Dia merasakan jantungnya bergetar bagai menaiki roolkoster cepat dan bergetar. Dan akhirnya Kania lah yang mengakhiri saling tatap itu.
"Sudah berapa tahun kamu tinggal di sana..?" tanya Bara sambil menjalankan mobilnya.
"Sudah lima tahun lebih tuan..." jawab Kania.
"Lima tahun lebih..." kata Bara pelan. dan aku tidak bisa menemukan mu lanjut Bara dalam hati.
"Benar tuan..." jawab Kania lagi.
"Sebelum itu kalian tinggal di mana.." tanya Bara meyakinkan.
"Di Kota B tuan..." jawab Kania .
" lalu selama kurun waktu lima tahun kau tinggal di sana apa saja yang kau lakukan..." tanya Bara penasaran.
"Saya kuliah sambil bekerja membantu paman dan bibik berjualan gado- gado keliling tuan..." jawab Kania santai
"Gado-gado keliling...."
"Iya..." jawab Kania sambil menatap Bara. Kok perasaan gue kayak di introgasi ya. .batin Kania .
"Apa selama berjualan gado- gado keliling kamu nggak pernah berjualan di sekitar perumahan..." tanya Bara lagi.
"Maksud tuan perumahan daerah rumah tuan....?" tanya Kania lagi kembali menatap wajah Bara , bertepatan saat itu Bara pun menatapnya. Dan dua mata bertemu membuat keduanya merasakan debar aneh dalam dada kembali mengusik mereka.
"Sering tuan...malah saat menolong Kinan kapan hari itu saya lagi jualan gado- gado.." jawab Kania sambil mengalihkan pandangan nya.
Kenapa selama lima tahun lebih aku kok nggak bisa menemukan dia ya...padahal dia berada di dekatku batin Bara heran.
"Apa sampai sekarang kamu masih sering berjualan gado- gado keliling...?" tanya Bara lagi.
"Iya tuan...tapi semenjak bekerja jarang- jarang tuan...paling hanya hari sabtu dan minggu.." jawab Kania sambil membelai rambut Kinan yang berada di atas pangkuannya. mereka terdiam menikmati waktu .
"Kania..." kata Bara perlahan memecah kesunyian.
"Ya tuan...." jawab Kania sambil nenatap Bara sekilas.
"Jangan panggil tuan ..." pinta Bara.
"Mana mungkin tuan..." jawab Kania.
"Ini perintah..! Aku tidak suka kau memanggilku tuan..." ucap Bara datar.
"Lalu saya harus panggil apa..?"jawab Kania bingung.
" Panggil dengan namaku saja..." Kata Bara lagi.
"Mana bisa tuan..." jawab Kania cepat.
mana mungkin gue manggil dia nama doang, bisa - bisa gue di pecat dong omel Kania dalan hati.
"Gimana kalau Kak Kania memanggil dengan sebutan Papa ..? Biar sama kayak Kinan kak..." ucap Kinan polos. Dia mendengarkan perdebatan sang Papa denga kak Kania tersayang.
"Nah betul kata Kinan..." seru Bara senang.
"Ya nggak mungkin lah tuan..sayang... Kan Papa Kinan bukan papanya kak Kania, nanti bisa -bisa kak Kania di marahin orang, hmm...gimana kalau kakak panggil papa Kinan dengan Bos besar....?" jawab Kania dengan riang.
"Bagus juga kak..." seru Kinan gembira.
tapi tidak bagi Bara, ada rasa kecewa ketika Kania menolak usulan Kinan. ( waa..sang papa kayaknya mau modus nich 😅 😄)
"Baiklah kau boleh memanggilku Bos kalau di depan orang lain, tapi kalau kita lagi bertiga kau panggil saja namaku .." kekeh Bara.
"Yee..kita nggak sedekat itu kali pak..." jawab Kania dengan wajah cemberut. Dan itu sukses membuat Bara semakin gemas melihat wajah imut Kania.
"Karena itu kita harus lebih mendekatkan diri..." kata Bara dengan tersenyum menggoda dan penuh makna. Yailah
tuan besar mengapa jadi begini ya...elo nggak jadi masalah , gue yang jadi masalah tahu..runtuk Kania dalam hati , dan dia terdiam tak bisa membalas perkataan Bara. Keterdiaman Kania membuat Bara tertawa senang dalam hati.
Tak terasa mobil Bara sudah sampai di depan Rumah makan Pak Asep .
"Pak Berhenti disini..." seru Kania .
"Rumahmu yang mana...?" tanya Bara menghentikan mobilnya di depan Rumah makan pak Asep.
"Ini pak..." jawab Kania sambil menunjuk pada rumah yang bersebelahan dengan rumah makan yang terlihat masih ramai.
"Bapak mau singga kerumah saya...?" tanya Kania ragu. Sebab mana mungkin tuan Bara Aris Dirgantara seorang CEO peeusahaan nomer satu di negara ini mau duduk di dalam rumah jelek milik Kania.
"Iya..."jawabnya dengan yakin.
"Haa..." Kania kaget mendengar perkataan Bara.
"Kenapa...?" tanya Bara melihat kekagetan Kania.
"Ah nggak...(gue pikir dia akan nolak batin Kania) kalau gitu masukkan aja mobil Big Bos di depan rumah kami.." kata kania menutupi kekagetannya.
Bara pun segera memasukkan mobilnya langsung kehalaman rumah pak Asep. Kontan saja ketika ada mobil sport mewah masuk kehalaman rumah pak Asep ,itu jadi perhatian orang yang lagi makan di warung pak Asep .
"Pak...siapa tu tamu bapak...?" tanya salah satu pembeli pada pak Asep.
"Entah jang ... bapak juga baru sekarang lihat mobil itu..." kata pak Aseb menjawab pertanyaan salah satu pembeli.
"Mungkin tamu neng Kania kali pak.." ucap salah satu dari mereka.
"Mungkin juga..." jawab pak Asep.
Tak lama terlihat Kania keluar dari dalam mobil bersama seorang anak kecil.
"Kania...." seru pak Asep kaget sebab sudah enam hari ini Kania tidak pulang .
"Bu...Kania datang..." teriak pak Asep sambil berjalan keluar mendekati Kania dan di susul oleh bik Monah .
"Nia...." seru mereka hampir bersamaan.
"Paman, Bibik...." Kaniapun segera memeluk mereka berdua . namun tak sengaja tangan bik Monah menekan luka Kania.
"Aauuu..." teriak Kania.
Teriakan Kania membuat Bara cemas.
"Nia...kau nggak apa- apa ..?" tanya Bara sambil menarik Kania dari dekapan kedua orang tua itu. dan memeriksa punggung Kania dengan cemas.
"Nggak apa - apa tuan...." jawab Kania sambil tersenyum menenangkan Bara.
"Ada apa ini Nia...." tanya bik Monah cemas.
"Nggak ada apa- apa bik ayo kita masuk dulu...mari tuan kita masuk..." ajak Kania. Terlihat wajah Bara yang masih terlihat cemas. Akhirnya semua masuk kedalam rumah . setelah sampai di dalam Kania mempersilahkan Bara duduk di sofa buntut mereka.
"Silahkan duduk Bos..." Kania mempersilahkan Bara duduk. Sedang dia duduk di sebelah Bara karena Kinan selalu menempel pada Kania.
"Benar punggungmu nggak masalah...?" tanya Bara lagi.
"Nggak masalah tuan...emang sedikit sakit.." jujur Kania.
"Nia...sebenarnya ada apa ini...?" tanya pak Asep khawatir. akhirnya Kania menceritakan masalah yang terjadi pada nya . pak Asep dan bik Monah kaget bukan kepalang.
"Ya Tuhan Nia..kenapa kamu nggak ngomong sama kami nak..." seru pak Asep sambil menatap Kania dengan cemas.
"Nia nggak ingin paman dan bibik khawatir paman...." jawab Kania.
"Kau ini Nia...selalu saja mementingkan perasaan orang lain nak..." kata buk Mona sambil menangis.
"Bibik...jangan nangis, bukankah Nia sekarang sudah sehat..." hibur Kania yang melihat sang bibik menangis.
"Benar kata Kania Bu...yang penting sekarang Kania udah sembuh..." kata pak Asep lagi.
"Dan maaf , kalau boleh tahu tuan ini siapa Nia..." tanya pak Asep sambil menatap Bara.
"Beliau orang tua Kinan yang Nia tolong paman, dan anak manis inilah yang Nia tolong...Kinan ayo salim sama Kakek Asep dan nenek Monah..." pinta Kania pada Kinan. Kinan pun menuruti perintah Kania. dia segera beranjak pergi kearah pak Asep dan bik Monah untuk memberi salam.setelah itu dia kembali duduk di pangkuan Kania. Barapun segera menjabat tangan pak Asep dan bik Monah. Baru saja Bara duduk tiba- tiba terdengar suara ponsel berbunyi. dan ternyata itu suara ponsel Bara. Bara pun segera mengambil ponselnya yang berada di dalam saku jas nya.
"Maaf aku menerima telfon dulu.." kata Bara sambil beranjak keluar. tak berapa lama Bara pun kembali.
"Kinan ..kita pulang dulu sayang..." kata Bara sambil mendekati Kinan.
"Papa..Kinan masih pingin sama kak Kania Pa...." rajuk Kinan.
"Sayang...besok kita kemari lagi...kasihan kak Kania biar istirahat dulu sayang...." kata Bara lembut.
"Baiklah ..kak Kinan pulang dulu ya... besok Kinan datang lagi boleh...?" tanya Kinan sambil menatap Kania dengan wajah imutnya.
"Boleh sayang...." jawab Kania sambil membelai lembut rambut Kinan.
"Baiklah kalau gitu saya dan Kinan mohon diri dulu, Asalamualaikum.."
"walaikum salam ..." jawab mereka bertiga. Bara dan Kinan pun segera meninggalkan rumah pak Asep.
Setelah kepergian Kinan dan Bara pak Asep dan bik Monah menyuruh Kania segera beristirahat. sedang Bara setelah membawa Kinan pulang dia segera kembali kekantor karena di sana sudah di tunggu Anton karena ada meeting mendadak .
****
Di kediaman Bara.
Jam delapan malam terlihat Bara , Dika dan Anton sedang berada di ruang kerja Bara. mereka sedang mendiskusikan tentang apa yang akan mereka lakukan terhadap Avanya.
"Ton besok kau cabut semua hubungan kerja sama kita dengan perusahaan Kadivan. .." kata Bara tegas . perusahaan Kadivan adalah perusahaan milik orang tua Avanya
"Baik Bar...." jawab Anton dengan muka tegas.
"Turunkan harga saham mereka... jatuhkan perusahaan mereka..." Lanjut Bara dengan nada dingin.
"Baik Bos...."jawab Anton kembali.
Dasar manusia bodoh... berani sekali mereka memprovokasi manusia seperti Bara Aris Dirgantara, monolok Anton dalam hati.
"Lalu gimana dengan si Avanya kak..." tanya Dika.
"Kita buat dia sengsara dan malu,..." jawab Bara dingin.
"Beraninya dia menginginkan kematian putraku dan menyakiti wanitaku.." gumam Bara perlahan. tapi perkataannya masih dapat di dengar oleh dua manusia yang berada bersamanya. mereka berdua saling pandang. Waaah....sepertinya bakalan ada kakak ipar nich...batin mereka berdua kegirangan.
"Apa akan kita biarkan si Avanya kak...?" tanya Dika lagi.
"Biarkan dulu dia melihat kejatuhan perusahaan keluarganya..biar dia merasakan akibat dari keberanian dia mengusik ketenangan Bara..." terlihat senyuman sinis di wajah tampan nan dingin milik Bara .
Dika dan Anton bergidik ngeri melihat senyuman itu.
"Ton...kau kirim dua atau tiga orang yang kuat untuk melindungi Kinan. juga satu orang bodyguard wanita untuk melindungi Kania tapi jangan sampai dia menyadari kalau dia bodyguard untuknya..." perintah Bara.
"Siapa Bos..." jawab Anton semangat.
"Dan kau Dika..jika Kania sudah masuk kerja perhatikan dia jangan sampai dia di beri pekerjaan yang berat , aku yakin besok dia pasti sudah mulai kerja. aku takut keadaan tubuhnya masih lemah.." perintah sang Bos pada Dika sang adik.
"Siap komandan..." jawab Dika dengan lagak bagai prajurit .
"Ya sudah kita akhiri percakapan ini. laksanakan tugas kalian dengan baik.. " lanjut Bara lalu segera keluar dari ruang kerjanya di ikuti Dika dan Anton.
****
Di rumah Kania terlihat dia masih tidur lelap setelah pulang dari rumah sakit. saat hari sudah semakin sore bik Monah segera membangunkannya.
tok tok tok
"Nia..bangun sayang....buka pintunya kau belum solat azhar lo..." seru bik Monah dari luar pintu. Kania yang sedang tidurpun segera terjaga.
Di kerjapkan matanya perlahan. diapun segera bangun.
"Iya bik sebentar..." jawab Kania. sambil beranjak dari tempat tidur. perlahan dia membuka pintu kamar.
"Sayang...udah sore kau belum solat kan...?" kata bik Monah dengan sayang.
"Iya bik..makasih ya..." ucap Kania sambil memeluk wanita yang selalu ada buatnya.
"Iih bauk ...sana mandi dulu..." kata bik Monah , walau sebenarnya tubuh Kania tak pernah berbau. entah kenapa sejak kecil bau tubuh Kania selalu harum buat bik Monah .
"he he Kania emang udah satu minggu belum mandi.." jawab Kania sambil tertawa. diapun segera melepas pelukannya setelah mencium kedua pipi bik Monah .
Melihat tingkah Kania bik Monah merasa terharu di dalam hatinya.. pak Asep dan bik Monah sudah menganggap Kania bagai cucunya sendiri. Karena cucu pak Asep dan bik Monah sepantaran dengan Kania malah lebih tua beberapa tahun dari Kania . begitu juga dengan kedua putra dan cucu- cucu pak Asep. mereka telah menganggap Kania bagai putri dan saudara mereka sendiri , apalagi di keluarga pak Asep tidak ada yang memiliki seorang putri. ke empat cucu pak Asep laki- laki semua. akhirnya Kania jadi tumpuhan kasih sayang keluarga pak Asep. setelah melihat kepergian Kania masuk kedalam kamar mandi bik Monah segera membersihkan kamar Kania.
"Biik....apa bibik masih di dalam kamar Kania...?" terdengar suara teriakan Kania dari kamar mandi.
"Iya sayang...ada apa...?" tanya bik Monah sambil berjalan kearah kamar mandi.
"Masuk aja bik, Nia mau minta tolong.." seru Kania kembali. bik Monah pun segera masuk kedalam. terlihat Kania yang sedang duduk di atas kloset sedang baju bawahnya masih dia pakai tapi baju atasan sudah terbuka hanya tinggal baju yang dia pakai untuk menutup dua gundukan di dadanya.
"Nia..ada apa...?" tanya bik Monah heran.
"Bik tolong basuhkan punggung Kania, soalnya Kania takut nanti luka di punggung Kania terkena air.." jawab Kania sambil membelakangi bik Monah.
"Astaga Nia....jadi kamu terluka tembakan di sini nak..." seru bik Monah dengan raut wajah cemas.
"Iya bik..." jawab Kania.
Bik Monah pun segera membasuh tubuh Kania perlahan. tiba- tiba Kania mendengar isak tangis bik Monah.
"Bik....bik Monah menangis...?" tanya Kania. bik Monah hanya diam dan melanjutkan mengusap punggung Kania.
Akhirnya Kania membalikkan badan.
"Bibik...kenapa bik Monah menangis..?" tanya Kania sambil mengusap pipi bik Monah.
"Nak...sampai kapan kau akan mengorbankan dirimu demi orang lain Nia ..?" tanya bik Monah perlahan.
"Bibik, karena itulah Kania tidak memberitahukan keadaan Kania pada kalian berdua, Kania tahu pasti kalian berdua akan merasa sedih seperti ini..
bik Monah tahu kan kalau Kania tidak bisa membiarkan orang tertindas.." kata Kania menghibur bik Monah.
"Itulah dirimu nak..." jawab bik Monah terharu.
"Ya udah sekarang lanjutin bibik memandikan Nia... jarang lo Kania di mandiin bibik he he he..🤣 " goda Kania.
"Dasar awe'we' nakal .." kata bik Monah sambil mencubit hidung kania yang mancung dengan sayang. Kania pun tertawa geli melihat bik Monah kembali ceriah .
cukup segini dulu ya sayang....lanjutin besok lagi. jangan lupa tu komen dan like nya 🤣🤣
Bersambung.