Terusan novel Muslimah Itu Milik Seorang Mafia.
Jika bingung dengan pemerannya, bisa baca novel di atas terlebih dahulu🥰
Cerita ini hanyalah fiksi.
Terlalu memandang derajat membuat Gamian Alvaro Morgan menjadi seorang laki-laki yang merasakan betapa pahitnya cinta bertepuk sebelah tangan. Wanita yang selalu ia hina sebagai "anak pungut" berhasil membuat ia merasakan apa itu cinta dan juga apa itu terluka.
Demi menenangkan pikirannya, laki-laki 22 tahun itu pergi ke desa untuk menemui paman dan bibinya. Berniat berlibur dan menenangkan diri malah menjadi sebuah masalah yang besar.
Laki-laki itu di tuduh melakukan pelecehan terhadap gadis polos.
Mampukah ia keluar dari masalah itu, atau malah masalah itu akan membuat ia terhanyut akan sensasi baru.
Penasaran?
Simak cerita lengkapnya di sini❤️
Baca juga kisah Gamian sebelumnya di Muslimah Itu Milik Seorang Mafia ❤️
jangan lupa like, komen, hadiah dan juga vote nya.
Jika tidak suka, silahkan tinggalkan tanpa jejak yah.
Note:
1. DILARANG MELAKUKAN TINDAKAN PLAGIAT! JIKA DI TEMUKAN KASUS PLAGIAT, SAYA AKAN MEMBAWA KE RANA HUKUM TANPA TOLERANSI!
2. COVER: Google search
Editing: Little rii.
3. DILARANG SPAM PROMOSI!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Little Rii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Si bodoh yang aneh
Beberapa hari kemudian. Persiapan resepsi pun sudah terlihat hampir sempurna, surat undangan pun sudah di sebar keseluruh pengusaha dan juga kerabat lainnya.
Awalnya Gamian mengatakan jangan ada resepsi, laki-laki itu masih tak yakin dengan pernikahan yang tak diinginkan nya ini. Bagaimana jika nanti mereka bercerai sedangkan resepsi sudah dilakukan. Di mana harga dirinya nanti.
Namun, keluarga nya tak membiarkan ia menolak akan acara resepsi pernikahan konyol ini. Ia pun hanya bisa mengikuti saja tanpa banyak bicara.
Pagi ini Gamian baru saja bangun dari tidurnya yang kurang nyenyak. Bagaimana bisa nyenyak, ia saja harus tidur dengan gadis yang bahkan tak bisa diam walau dalam keadaan tidur.
Dengan lusuh Gamian berjalan menuju kamar mandi, perutnya sudah lapar. Ia ingin pergi sarapan.
Setelah selesai mandi dan memakai pakaian, Gamian langsung turun ke bawah untuk makan. Orang-orang sudah selesai sarapan jadi hanya Gamian saja yang belum sarapan. Di dengarnya suara tawa dari halaman belakang membuat ia penasaran.
Rasa penasaran itulah yang membawa ia mengintip ke belakang. Suara tawa siapa yang sangat lepas itu di pagi hari.
Di lihatnya di sana, ada istrinya dan juga Alisa yang sedang berbincang-bincang. Mereka terlihat sangat akrab, padahal baru saja bertemu. Gamian pun mencoba menguping pembicaraan para wanita itu.
"Apa dia bisa bernafas?" tanya Lana penasaran. Mereka kini sedang membahas tentang anak yang ada di dalam kandungan Alisa. Pertanyaan-pertanyaan Lana yang konyol membuat wanita hamil itu tertawa lepas.
"Tentu, kalau tidak mana mungkin ia bisa tumbuh sebesar ini," jawab Alisa mengelus perutnya.
"Oh, kakak berharap bayi ini lahirnya seperti apa? Apa laki-laki atau perempuan?" tanya Lana.
"Apa saja tidak masalah, yang penting sehat."
"Kalau bukan laki-laki ataupun perempuan bagaimana?" tanya Lana kembali membuat Alisa tertawa.
"Memangnya ada yah jenis kelamin selain perempuan dan laki-laki?" tanya Alisa merasa heran dengan adik iparnya ini. Apa Lana tidak belajar tentang reproduksi.
"Ada, banci." Sekali lagi Alisa tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban Lana. Gadis yang ada di depannya itu benar-benar bodoh.
"Banci itu berjenis kelamin laki-laki, Lana. Mereka hanya mengubah ciptaan tuhan saja," jelas Alisa.
"Hm, entahlah. Aku tidak tahu, aku bukan orang pintar karena aku hanya sekolah sebatas SD saja," ucap Lana tersenyum tulus pada Alisa. Ia belum pernah sama sekali mendapatkan lawan bicara yang asyik.
Mendengar perkataan Lana sontak Alisa merasa bersalah karena tertawa di atas ketidaktahuan Lana. Ia merasa bersalah.
"Maaf," ucap Alisa memegang tangan Lana.
"Untuk apa?" tanya Lana bingung.
"Pokoknya aku minta maaf," ucap Alisa merasa tidak enak.
"Hahaha, iya-iya dimaafkan."
"Lana," panggil Gamian keluar dari persembunyiannya.
Gadis itu menoleh, " iya."
"Ayo kemari," pinta Gamian menggerakkan jarinya. Lana pun mengangguk lalu berdiri, namun sebelum Lana pergi Alisa membisikkan sesuatu di telinga Lana. Cukup lama Alisa membisikkan sesuatu di telinga Lana, gadis itu tampak mengangguk-angguk.
"Cepatlah!" ketus Gamian.
Lana pun akhirnya meninggalkan Alisa sendirian dan mengikuti Gamian ke dapur.
"Kau sudah sarapan?" tanya Gamian duduk di meja makan.
"Sudah," jawab Lana sembari mengangguk.
"Sarapan apa?"
"Nasi goreng," jawab Lana kembali mengangguk.
"Enak?"
"Iya, enak sekali."
"Apa kau pernah memakan nasi goreng seenak itu sebelumnya?" tanya Gamian.
"Sudah," jawab Lana.
"Kapan?" tanya Gamian menatap Lana dengan intens.
"Kemarin," jawab Lana membuat Gamian menyentil kening Lana.
"Bukan kemarin, bodoh. Aku bertanya sebelum kau datang ke rumah ku," ketus Gamian.
"Oh, belum pernah," jawab Lana sembari memegang keningnya yang berdenyut nyeri.
"Kau kan orang miskin, jadi makanan mu pasti sayur singkong, garam dan cabai kecil."
"Hah, bagaimana suamiku bisa tahu? Wah, hebat," puji Lana memberikan dua jempol pada Gamian.
"Kau gadis bodoh, bodoh, bodoh."
"Iya, aku memang bodoh, dulu aku tidak pernah dapat juara di sekolah SD ku. Aku bodoh," sahut Lana tertawa kecil.
"Baguslah kalau kau sadar," sinis Gamian.
"Suamiku," panggil Lana memegang lengan Gamian.
"Apa?" tanya Gamian ketus.
"Ayo buat anak," pinta Lana dengan antusias membuat Gamian tersedak makanan. Gamian mengambil air minum lalu meneguk rakus air itu.
"Kau sudah gila!" umpat Gamian.
"Kenapa? Kan tidak susah, seperti membuat kue," ucap Lana polos.
"Kau pikir anak itu kue bolu apa? Jangan terlalu bodoh, kau sangat bodoh sehingga kau mudah di bodohi orang lain." Gamian berdiri dari duduknya, ia sudah tak berselera lagi.
"Hm, memangnya ada yang salah yah dari ucapan ku?" tanya Lana menyusul Gamian yang naik ke lantai atas.
"Salah!"
"Oh, tapi kata kakak ipar begitu," ucap Lana membuat Gamian menghentikan langkahnya.
"Siapa yang mengajari mu meminta itu?" tanya Gamian mengepalkan tangannya.
"Kakak ipar," jawab Lana polos.
Gamian menghela nafas kasar, ia memegang kepala Lana dengan kedua tangannya.
"Lana, kau si gadis bodoh dan juga kampungan. Jika kau merasa bahwa kau itu bodoh, jangan perlihatkan pada orang lain. Kau tidak boleh mempercayai apapun yang dikatakan orang sebelum kau bertanya pada ku, bodoh. Kau hanya boleh memperlihatkan kebodohan dan ke gembelan mu pada ku saja. Ingat itu!"
"Iya," jawab Lana mengangguk.
"Sudah sana ke kamar," titah Gamian.
"Iya," jawab Lana.
Gamian pun berjalan menuju lantai bawah lagi.
"Mau kemana?" tanya Lana mengikuti Gamian dari belakang.
"Siapa yang menyuruhmu mengikuti ku? Aku menyuruhmu ke kamar!" ketus Gamian kesal.
"Mau kemana?" tanya Lana menggandeng tangan Gamian.
"Ke belakang," jawab Gamian.
"Ikut," pinta Lana.
"Jangan ikut-ikut. Pergi ke kamar sebelum aku menyeret mu," tegas Gamian.
"Baiklah, sampai jumpa lagi." Lana pun akhirnya naik kembali ke atas. Hal itu membuat Gamian menghela nafas panjang. Ia pun kembali melanjutkan perjalanan nya ke halaman belakang.
"Gamian," panggil Alisa yang masih duduk di kursi yang tadi ketika ia bersama Lana. "Lama tak berbicara," ucap Alisa tersenyum manis.
"Hm, Aku hanya ingin mengatakan satu hal pada mu." Tak ada senyum maupun nada yang ramah, hanya ada Gamian yang dulu membenci anak pungut.
"Apa itu?" tanya Alisa.
"Jangan pernah mengajari istriku hal-hal bodoh. Aku tahu kau wanita berpendidikan berbeda dengan istriku, jangan karena istriku hanya lulus SD kau dengan seenaknya mempengaruhinya dengan ide-ide gila mu. Aku hanya ingin mengatakan itu, aku harap kau mengerti." Setelah mengatakan itu, Gamian langsung meninggalkan Alisa yang terdiam. Ia kembali merasakan aura kebencian dari Gamian, sama seperti dulu.
Gamian berjalan menuju kamarnya, ia sangat kesal hari ini. Entah apa yang membuat ia kesal, ia tidak terlalu tahu. Pokoknya ia kesal.
Dengan kasar ia membuka pintu kamar dan masuk ke dalam kamar. Di sana ia melihat Lana duduk di samping boneka panda nya. Gadis itu tampak sedang asyik berbicara sembari memasang wajah cemberut dan sedih, namun sesekali ia tertawa. Gamian tersenyum melihat tingkah konyol istrinya yang aneh.
"Dia memang bodoh dan aneh."
_
_
_
_
_
_
_
Lanjut gak nih?
Kok sepi yah🥺🥺
Jangan lupa like komen dan juga vote nya. Biar author makin semangat up nya..
Typo bertebaran dimana-mana harap bijak dalam berkomentar yah
tbc.
sial ,aku ingat sudah ada satu dirumah 🙄
biar imajinasi ny smkin pas