NovelToon NovelToon
Friendzone Tapi Menikah

Friendzone Tapi Menikah

Status: sedang berlangsung
Genre:Persahabatan / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama / Nikah Kontrak
Popularitas:819
Nilai: 5
Nama Author: B-Blue

Menikahi sahabat sendiri seharusnya sederhana. Tetapi, tidak untuk Avellyne.
Pernikahan dengan Ryos hanyalah jalan keluar dari tekanan keadaan, bukan karena pilihan hati.

Dihantui trauma masa lalu, Avellyne membangun dinding setinggi langit, membuat rumah tangga mereka membeku tanpa sentuhan, tanpa kehangatan, tanpa arah. Setiap langkah Ryos mendekat, dia mundur. Setiap tatapannya melembut, Avellyne justru semakin takut.

Ryos mencintainya dalam diam, menanggung luka yang tidak pernah dia tunjukkan. Dia rela menjadi sahabat, suami, atau bahkan bayangan… asal Avellyne tidak pergi. Tetapi, seberapa lama sebuah hati mampu bertahan di tengah dinginnya seseorang yang terus menolak untuk disembuhkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon B-Blue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

Seperti malam-malam biasanya, tidur Avellyne selalu tergganggu. Dia terbangun karena mimpi buruk.

Wanita itu mengedarkan pandangan dan melihat tempat yang asing sampai dia sadar kalau sore tadi berniat istirahat sebentar di rumah Chalista.

Avellyne menarik napas berat, dia memeriksa ponsel untuk melihat jam dan ternyata waktu menunjukkan pukul sebelas malam.

"Malah ketiduran," gumam Avellyne. Ternyata dia cukup lama tertidur, mungkin karena terlalu jarang bisa merasakan tidur senyaman ini.

Avellyne memijit pelan pelipisnya, kalau sudah terbangun begini akan sulit baginya untuk tertidur kembali.

Mau pulang pun tidak mungkin karena hari sudah terlalu malam. Dia tidak mungkin membangunkan Chalista. Dia sudah cukup merepotkan sahabatnya itu sore tadi.

Avellyne bangun dan menyalakan tabletnya lalu membuka aplikasi drawing. Dia selalu melakukan hal yang sama setiap kali terbangun di tengah malam seperti ini untuk mengusir rasa bosan dan juga  hal-hal negatif yang mengganggu pikirannya.

Bermenit-menit sudah berlangsung, tidak ada lagi rasa kantuk, tangannya dengan lincah menggerakkan stylus pen pada permukaan layar tablet dan ketika sketsa terbentuk sempurna, Avellyne bergeming.

Dia memperhatikan hasil menggambarnya. Sepuluh detik berlalu, akhirnya dia bereaksi.

Avellyne tersenyum getir.

Awalnya Avellyne hanya ingin membuat sketsa gaun. Namun, otak dan hati tidak selalu sejalan. Satu jam fokus dengan menggambar, ternyata hasilnya adalah wajah Ryos.

"Menyebalkan." Avellyne menggerutu, dia langsung menghapus hasil karyanya dan melempar stylus pen miliknya dengan asal. Padahal stylus pen tersebut memiliki harga yang cukup mahal.

Wanita itu menghela napas berat sambil merebahkan dirinya. Dia melihat langit-langit kamar, pikirannya kosong, begitu pun dengan tatapannya.

Dari luar, Avellyne terlihat tangguh, mandiri dan hidup bergelimang harta. Namun, di dalam hati ada sesuatu yang selalu mengusik. Ada celah besar di dalam dirinya dan sampai detik ini dia belum bisa menemukan sesuatu yang bisa mengisi kekosongan tersebut.

***

Sepanjang malam, Avellyne benar-benar terjaga, menyebabkan wajahnya terlihat kusut meskipun dia sudah mandi dan mengenakan make up.

Niatnya ingin langsung pulang ke rumah harus diurungkan karena Chalista sudah menjemputnya ke kamar dan mengajak untuk sarapan bersama.

"Lemas banget, Vel," ucap Hanan yang langsung menyadari tidak ada semangat pada Avellyne.

"Enggak bisa tidur." Avellyne menjawab singkat.

"Kenapa tadi malam loe enggak bangunin gue, Cha?" Avellyne menatap sinis sahabatnya–Chalista.

"Aku sudah masuk ke kamar terus liat tidur kamu nyenyak banget. Emang kebangun jam berapa?"

"Jam sebelas dan keterusan enggak bisa tidur lagi sampe shubuh."

"Tante ngapain begadang, main hp terus, ya? Kata Bunda dan Ayah enggak bagus loh kalau main hp sampai tengah malam." Mendengar perkataan anak pertama Chalista membuat Avellyne tersenyum. Tidak salah juga, sepanjang malam dia memang tidak berhenti memegang ponselnya.

"Abang lupa ya, pesan dari Bunda dan Ayah? Kalau ada orang tua yang berbicara jangan menyela." Chalista berbicara dengan suara lembut untuk memberi pengertian kepada anak sulungnya yang bernama Elnathan.

"Maaf, Bunda." Si sulung tertunduk karena merasa bersalah.

"Lucu banget, sih. Wajah cemberutnya bikin gemas." Avellyne tersenyum lebar sambil mencubit pipi Elnathan.

"Chalista juga gitu. Dia sering kebangun tengah malam. Kakak baru mengetahuinya setelah kami menikah. Kamu mau tau apa yang membuat Caca bisa tidur normal?"

Avellyne tidak memberikan respon, tidak ada tindakan ekspresif, seperti mengangguk ataupun menggeleng. Dia hanya menatap Hanan dengan lekat dan sorot matanya yang seolah bertanya.

"Setiap malam Kakak mengecup keningnya, memeluk Caca lalu berkata kalau semuanya akan baik-baik saja dan dia tidak hidup sendiri."

Chalista memerhatikan suaminya yang tengah berbicara dengan Avellyne. Dia tersenyum tanpa sadar, merasa bersyukur karena Tuhan telah memberikannya seseorang seperti Hanan.

"Intinya?" tanya Avellyne, "Apa gue boleh pinjam pelukan Kakak kalau tidak bisa tidur?" Avellyne melanjutkan.

"Ya, enggak gitu juga, Avel!" Tiba-tiba senyum Chalista menghilang dan matanya melotot melihat sahabatnya itu. Sementara Hanan hanya tersenyum tipis.

"Intinya, nanti kalau sudah menikah dengan Ryos, kamu minta peluk dia. Percaya deh, tidur sambil dipeluk orang terkasih itu adalah terapi terbaik."

"Boleh Abang menyela?" Elnathan mengangkat tangannya pelan dan bertanya dengan hati-hati.

"Abang mau ngomong apa?" tanya Avellyne.

"Apa yang dibilang Ayah beneran, Tante. Kalau Abang ketakutan dan enggak bisa tidur, pasti minta peluk Bunda atau Ayah, habis itu Abang jadi tidur nyenyak. Apa nanti malam Tante nginap di sini lagi? Kalau Tante takut tidur sendiri, Abang dan Adek Chanan bisa temani Tante."

Chanan–anak perempuan Chalista mengangguk antusias sambil tersenyum lebar. "Adek juga bisa bacain dongeng untuk Tante Avel atau Tante mau dengarin Adek nyanyi sebelum tidur?"

Avellyne selalu tersenyum dan merasa sedikit lebih tenang kalau sudah bersama anak-anak Chalista atau anak dari sahabatnya yang lain. Melihat anak-anak polos tersebut membuatnya sedikit nyaman.

"Lain kali kalian jangan membahas masalah orang dewasa di depan anak-anak," ucap Avellyne melihat Chalista dan Hanan bergantian.

"Kita lanjut makan," ucap Avellyne lagi dan yang lainnya pun mengikuti.

Untuk sesaat mereka lupa bahwa ada si kembar yang ikut sarapan bersama.

...

Selesai sarapan, Avellyne mengajukan diri untuk mengantar kedua anak Chalista ke sekolah karena kebetulan satu arah, di mana Avellyne akan pulang untuk mengganti pakaian sebelum pergi ke butik untuk bekerja.

Sepanjang perjalanan, Avellyne sempat melupakan kegundahan hatinya sebab melihat tingkah sepasang anak kembar Chalista. Usia mereka berdua memang masih terlihat menggemaskan.

...

Sesampainya di rumah dia langsung dihadang sang mama. Sebenarnya seharian Cintya menunggu putri semata wayangnya itu.

"Kenapa enggak bilang kalau nginap di rumah Chalista," ucap Cintya, wanita paruh baya itu mengetahuinya setelah menghubungi Ryos sedangkan Ryos sendiri tahu setelah dikabari oleh Chalista.

Setelah pertemuan dengan Jardin kemarin, Avellyne memang tidak bisa dihubungi.

"Avel ketiduran di sana. Mama mau bahas apa?" Suara Avellyne terdengar pelan, raut wajahnya masih terlihat lesu dikarenakan dia tidak tidur semalaman.

"Mama mau undang teman-teman Mama di pesta pernikahan kamu. Ini list-nya jangan lupa kamu cetak nama-nama yang sudah Mama tulis."

Avellyne menerima selembar kertas dari Mamanya dan melihat deretan nama di sana, cukup banyak sehingga membuatnya menghela napas dan kepalanya kembali terasa pusing.

"Jatah Mama cuma lima orang." Avellyne mengembalikan selembar kertas tersebut kepada Mamanya, "Mama pilih tamu yang penting aja. Avel dan Ryos sudah sepakat tidak mengundang banyak orang. Kira-kira hanya dua ratus saja," ucap Avellyne melanjutkan.

"Dua ratus orang! Kamu bercanda, Vel? Kamu anak satu-satunya Mama, anak perempuan Mama. Masa cuma ngundang dua ratus doang. Kolega Mama banyak, Ryos pengusaha dan dia perlu mengundang partner bisnisnya. Biar Mama yang berbicara ke Ryos. Pesta pernikahan kalian harus dibuat semegah mungkin."

"Ma! Yang mau menikah Avel dan Ryos. Kami sudah sepakat cuma melakukan pesta pernikahan sederhana. Dari pihak Ryos pun sudah setuju–"

"Tidak bisa begitu, Avel." Nada bicara Cintya sudah berubah. Terdengar sedikit meninggi, mimik wajah yang ditunjukkan pun seperti menahan marah.

"Mama kenapa jadi begini, sih? Kenapa sekarang suka maksa. Yang mau menikah Avel, kalau Mama rasa tidak sesuai dengan keinginan Mama, kenapa enggak Mama saja yang menikah." Suara Avellyne tidak mau kalah, vokalnya pun terdengar lantang menolak keinginan mamanya.

"Atau gini aja... enggak usah ada pernikahan sekalian. Avel sudah cukup bersabar menghadapi Mama. Mama benar-benar berubah."

"Avel! Avel!" Cintya memanggil putrinya yang buru-buru menaiki anak tangga.

Avellyne sengaja memilih pergi begitu saja karena tidak ingin berdebat dengan mamanya.

"Ryos!" Cintya terkejut sebab melihat Ryos begitu dia berbalik badan.

Ryos terkejut melihat sikap tidak biasa dari wanita yang dia cintainya itu. Selama mengenal Avellyne, baru kali ini dia melihat wanita itu begitu marah kepada Cintya sampai-sampai nada bicaranya meninggi.

Sama seperti perkiraan Chalista dan Hanan yang menganggap Avellyne berubah jauh, Ryos pun merasakan hal yang sama.

1
edu2820
Kepincut sama tokohnya. 😉
B-Blue: terimakasih sudah mampir 😊
total 1 replies
✿ O T A K U ✿ᴳᴵᴿᴸ࿐
Ceritanya bikin saya ketagihan, gak sabar mau baca kelanjutannya😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!