NovelToon NovelToon
Lelaki Yang Kutemui Di Koridor Takdir

Lelaki Yang Kutemui Di Koridor Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Bad Boy / Dijodohkan Orang Tua / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Wanita Karir / Keluarga / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:335
Nilai: 5
Nama Author: chayra

zaira Kalya , gadis bercadar yang bernasib malang, seolah cobaan terus mendatanginya. Setelah Tantenya-tika Sofia-meninggal, ia terpaksa menerima perjodohan dengan albian Kalvin Rahardian-badboy kampus-yang begitu membencinya.

Kedua orang tua ziara telah meninggal dunia saat ia masih duduk dibangku sekolah menengah pertama, hingga ia pun harus hidup bersama tika selama ini. Tapi, tika, satu-satunya keluarga yang dimilikinya juga pergi meninggalkannya. tika tertabrak oleh salah satu motor yang tengah kebut-kebutan di jalan raya, dan yang menjadi terduga tersangkanya adalah albian.

Sebelum tika meninggal, ia sempat menitipkan ziara pada keluarga albian sehingga mereka berdua pun terpaksa dinikahkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chayra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 13

Albian menghela napas panjang melihat Brigita yang ternyata datang ke rumahnya. Padahal jantungnya sudah mau copot tadi karena takut ketahuan ada ziara di rumahnya kalau saja yang datang para sahabatnya.

“Gue bawain lo makanan banyak banget loh, bian. Ada banyak banget makanan kesukaan lo. Ternyata hari ini di rumah lo lagi masak sebanyak ini.” Gadis dengan rambut blonde sepanjang bahu itu menatap masakan buatan ziara yang ada di atas meja. “Siapa yang masak sebanyak ini?”

“Non Zivana yang masak,” sahut Bi Asih.

Brigita tersenyum tipis nyaris tak terlihat. Ia melirik ziara yang pakaiannya masih terlihat kotor terkena bumbu masakan tadi.

“Ya ampun... Terus gimana nih nasib makanan yang gue beliin buat lo, bian? Padahal gue tadi niat banget beliin makanan ini buat permintaan maaf gue sama lo karena udah bikin lo kesel seharian ini.”

Piring yang ada di tangan albian diletakkan di atas meja, lalu pemuda itu berjalan menghampiri Brigita yang berdiri beberapa langkah darinya. Pandangannya tertuju pada nama resto yang pada kantong plastik yang dibawa oleh Brigita.

“Lo beli apaan di Jordania Cafe?” tanya albian penasaran. Pemuda itu adalah pelanggan tetap di Resto itu sejak lama.

Senyuman Brigita mengembang sempurna. Ia membuka kantong plastik yang bertuliskan Jordania Cafe and Resto, lalu mendekatkannya pada albian.

“Gue beli bistik sapi mentega sama sapo tahu seafood kesukaan lo. Ada sushi juga loh, bian,” ucap Brigita heboh. “Gimana? Lo mau makan masakan ziara atau makanan yang gue beli ini?”

Brigitia melirik ke arah ziara sebelum albian memberikan keputusan. “Kalo masakannya ziara kan masih bisa dimakan nanti lagi. Besok juga lo bisa minta dia masak lagi. Kalo makanan dari Jordania Cafe kan gak bisa setiap saat lo makan. Apalagi tempatnya lumayan jauh dari sini,” sambungnya.

Mendengar ucapan Brigita tadi, Bi Asih yang melihat perjuangan ziara untuk memasak semua makanan itu jadi ikutan kesal. Wanita paruh baya yang sudah lama bekerja di sana dan sudah dianggap saudara sendiri oleh diana itu tak mau diam saja.

“Makanannya Non Gita juga bisa kok diangetin lagi nanti. Lagi pula Den albian tadi udah mau makan, masa gak dilanjutin sih? Masakan istri itu rasanya jauh lebih enak kalau dibandingkan sama makanan dari Restoran,” ucap Bi Asih membela ziara yang memilih bungkam.

Albian menoleh ke arah ziara yang tak mengeluarkan sepatah kata pun sejak tadi seolah pasrah kalau saja albian lebih memilih makanan yang dibawakan Brigita dari pada masakannya yang dibuat dengan susah payah.

Bukan albian kalau tidak menyimpan dendam setelah dibuat kecewa dan kesal.

Pemuda itu kembali teringat dengan kejadian di kampus saat ziara lebih memilih hoodie milik vino dibandingkan jaketnya.

“Ya udah deh. Gue makan ini aja kalo gitu. Enak banget nih pastinya,” ucap albian setelah mengambil alih kantong plastik dari tangan Brigita.

Senyuman Brigita mengembang dengan penuh kemenangan. Tak disangka ia datang disaat yang tepat. Bukan Cuma berbaikan dengan albian seperti rencana awalnya, tapi gadis itu juga berhasil membuat usaha keras ziara yang memasak untuk albian jadi sia-sia.

"Ayo makan di ruang keluarga aja, Git. Gue lagi mau bersantai hari ini mumpung Mama lagi gak ada di rumah," ajak albian yang berjalan lebih dulu menuju ruang keluarga. Ia meninggalkan piringnya tadi tergeletak begitu saja di meja makan.

"Iya, bian. Lo duluan aja. Gue ambilin piring dulu," balas Brigita.

Begitu albian berlalu pergi dari sana, Brigita berjalan mendekati ziara dengan senyuman angkuh.

"Sayang banget ya. Albian lebih milih makanan gue dari pada masakan lo, zia. Dia soalnya gak selera makan sama masakan rumahan. Apalagi kalo yang masak lo. Udah pasti gak enak lah. Makanan sampah!" ejek Brigita sambil menunjuk makanan yang ada di atas meja.

"Astaghfirullah, Gita. Semua makanan ini rezeki dari Allah. Kamu gak seharusnya bicara kayak gitu. Aku gak minta kamu makan masakan aku. Aku juga gak maksa albian untuk makan masakan buatan aku. Dia bebas milih mau makan apa. Lagi pula di sini banyak orang yang akan menghabiskan masakan ini nanti," balas ziara.

"Ya bagus deh kalo gitu. Lo ajak aja tuh semua pembantu, sopir sama tukang kebun ngumpul. Ajak mereka makan bareng. Kalo soal albian, biar gue yang nemenin dia."

Brigita mengambil dua piring yang ada di samping ziara, lalu berlalu pergi dari sana menyusul albian yang sudah lebih dulu menuju ruang keluarga.

Bi Asih geleng-geleng kepala melihat sikap Brigita pada ziara barusan. Wanita paruh baya itu mengusap bahu ziara untuk menenangkannya.

"Sabar ya, Non zia. Jangan terlalu diambil hati ucapannya tadi. Dia emang dari dulu begitu. Jahat banget sama semua ART di sini. Untung aja Den albian gak nikah sama dia," ucap Bi Asih.

Ziara tersenyum di balik cadarnya seraya menghadap Bi Asih yang berdiri di sampingnya. "Gapapa, Bi. Zia gak masukin hati ucapan Brigita tadi kok. Zia cuma bisa doakan dia agar hatinya bisa segera terbuka karena jadi jahat itu cuma dapet dosa aja," balas ziara.

"Biar aja, Non. Orang jahat kayak dia biar dibakar di api neraka nanti. Kesel banget Bibi ngeliatnya. Ya Allah," ucap Bi Asih emosi.

"Astaghfirullah, Bibi. Gak boleh gitu ngomongnya. Jangan doain orang lain jelek. Takut doanya berbalik ke kita, Bi," balas ziara sambil memegangi lengan Bi Asih dan membawanya duduk. "Kalo Bibi lagi kesal, mendingan duduk dulu biar kesalnya hilang. Setelah ini kita sholat maghrib barengan ya. Baru setelah sholat, kita makan malam."

***

Sejak pukul 03.00 ziara sudah terbangun dari tidurnya. Gadis itu melakukan sholat tahajud dan mengaji sambil menunggu adzan subuh berkumandang.

Bukan cuma kali ini saja ia bangun lebih awal untuk sholat tahajud, tapi setiap harinya saat masih tinggal bersama almarhumah Eva juga begitu.

Sesekali ziara menoleh ke samping kanannya yang kosong. Tak ada tika yang biasanya mengaji bersamanya hingga waktu subuh tiba. Matanya pun langsung berkaca-kaca setiap kali teringat dengan tantenya yang telah tiada. Tapi, buru-buru ia mendongakkan kepalanya agar air matanya tak sampai terjatuh.

Tak lama kemudian, suara adzan subuh pun berkumandang. Ziara segera membereskan al-quran miliknya. Lalu bangkit berdiri menghampiri albian yang masih tertidur pulas di atas ranjang.

“Pulas banget tidurnya,” ucap ziara menatap wajah albian yang damai. “Dua kali aku gagal bikin albian sholat subuh. Tapi kali ini aku harus berhasil,” sambungnya dengan tekad kuat.

Awalnya ziara hanya menepuk pelan bahu albian. Tapi, pemuda itu sama sekali tak memberikan respon. Malahan suara dengkurannya semakin kencang.

“Loh... kok malah ngorok,” seru ziara heran.

Akhirnya tak ada cara lain selain mengguncangkan tubuh albian sedikit kencang agar pemuda yang berstatus suaminya itu segera bangun.

“bian, ayo bangun! Udah waktunya sholat subuh nih,” ucap ziara sambil terus mengguncang tubuh albian.

Mata albian pun perlahan terbuka. Senyuman ziara pun mengembang melihat albian akhirnya membuka mata.

"Jam berapa nih? Gue kok masih ngantuk banget ya," ucap albian sambil merenggangkan tubuhnya.

"Ayo bangun, zian. Kita sholat subuh bareng yuk," ajak ziara.

Mata albian terbelalak mendengarnya. Ia kira hari sudah siang, makanya ziara membangunkannya. Albian yang tadinya sudah menyingkap selimutnya ke samping tiba-tiba menarik selimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnya.

1
shora_ryuuka shoyo
Wow, luar biasa!
Raquel Leal Sánchez
Membuat saya terharu
y0urdr3amb0y
Ayo thor, jangan bikin pembaca kecewa, update sekarang!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!