NovelToon NovelToon
DI UJUNG DOA DAN SALIB : RENDIFA

DI UJUNG DOA DAN SALIB : RENDIFA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Keluarga / Romansa / Office Romance
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Marsshella

“Sakitnya masih kerasa?”
“Sedikit. Tapi bisa ditahan.”
“Kalau kamu bilang ‘bisa ditahan’ sambil geser duduk tiga kali … itu artinya nggak bisa, Dhifa.”
“Kamu terlalu kasar tadi pagi,” batin Nadhifa.
***
Renzo Alverio dan Nadhifa Azzahra saling mencintai, tapi cinta mereka dibatasi banyak hal.
Renzo, CMO Alvera Corp yang setia pada gereja.
Nadhifa, CFO yang selalu membawa sajadah dan mukena ke mushola kantornya.
Hubungan mereka tak hanya ditolak karena beda keyakinan, tapi juga karena Nadhifa adalah anak simpanan kakek Renzo.
Nadhifa meski merasa itu salah, dia sangat menginginkan Renzo meski selalu berdoa agar dijauhkan dari pria itu jika bukan jodohnya
Sampai akhirnya suatu hari Renzo mualaf.
Apakah ada jalan agar mereka bisa bersatu?
*
*
*
SEKUEL BILLIORAIRE’S DEAL : ALUNALA, BISA DIBACA TERPISAH

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marsshella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13. MENCARI CARA MENIKAHINYA

Mobil hitam Renzo berhenti di depan gerbang besi tinggi kediaman Alverio II. Rumah megah yang dulu dipenuhi tawa dan intrik keluarga, kini hanya menyisakan kesunyian yang mencekam. 

Di usianya yang kini menginjak 37 tahun, Renzo bukan lagi pemuda 24 tahun yang bingung dengan perasaannya pada Alaric, atau pria 30 tahun yang mulai mengejar Nadhifa dengan segala keusilannya. 

Kini, dia adalah seorang lelaki yang telah menemukan ketenangan. Dia telah menjadi mualaf, meninggalkan kebiasaan lamanya—rokok, wine, dan malam-malam kelam di bar. Semua demi sebuah keyakinan baru dan seorang wanita yang telah memenuhi pikirannya. Nadhifa. Usianya yang semakin matang membuatnya tidak lagi tahan menunggu.

Dia ingin menikahinya.

Tapi mereka masih memiliki darah Ravenshire Alverio.

Dengan kunci yang masih dia simpan, dia membuka gerbang dan memasuki halaman yang gelap. Dia memarkir mobilnya di depan tembok pagar rumah yang tinggi. Jejak polisi masih membekas di beberapa titik, mengingatkan pada peristiwa kelam yang menimpa orang tuanya.

Begitu dia menyalakan lampu utama, ruang tamu yang luas terbuka. Semua perabot mewah tertutup kain putih, seperti hantu-hantu yang berjajar. Udara terasa pengap dan dingin. 

Mommy-nya, Adelina, masih berada di luar negeri untuk pemulihan, sementara Mama dan Papa mendekam di penjara.

Renzo berjalan pelan, matanya menyapu setiap sudut. Dia tidak yakin apa yang dia cari. Mungkin sebuah album foto lama, surat, atau apapun yang bisa memberinya petunjuk, keberanian, atau bahkan senjata untuk meyakinkan Nadhifa bahwa dia serius.

Dia menuju kamar tidur Vivianne, mamanya. Dorongan hatinya membawanya ke sana. Saat dia membuka pintu kamar yang gelap dan menyalakan lampu, sebuah sinar senter tiba-tiba menyorot langsung ke wajahnya, menyilaukannya.

“Siapa?!” teriak Renzo, refleks mengangkat tangan. Lalu dia menyorot wajah sosok itu.

“Alaric?” Renzo terkesiap, nafasnya tertahan. Dengan cepat dia berusaha tampak cool, menyenderkan bahu pada pintu. “Lo ngapain disini?”

Alaric mematikan senternya. Wajahnya tampak lelah tapi tajam. “Nyari kejahatan lain Vivianne. Biar dia nggak cuman mendekam sebentar di penjara.”

Renzo menghela nafas, lalu menyalakan lampu kamar utama. “Kalo gitu, nyalain lampunya. Nggak perlu pakai senter.”

Alaric mematikan senternya dan melemparkan pandangan pada Renzo. “Ngapain lo ke sini?”

“Gue … nyari sesuatu,” jawab Renzo samar, matanya menjelajahi kamar yang penuh dengan barang-barang mewah Vivianne.

Alaric mendecak kesal. “Selalu nggak jelas, Ren.”

Kali ini, Renzo tidak membalas. Dia mematikan lampu kamar dan berbalik keluar, diikuti Alaric. Saat mereka berjalan di koridor gelap, Renzo memecah kesunyian.

“Gimana Arshen sekarang?” tanyanya, menyebut nama putra Alaric.

“Dia kelas 6 SD,” jawab Alaric singkat.

“Dia anak yang pintar,” puji Renzo.

“Terlalu pintar. IQ-nya tinggi, jago coding. Bahkan pernah bobol sistem keamanan internal Alverio cuman untuk iseng,” ujar Alaric, ada nada bangga yang tersembunyi di suaranya.

Renzo mendengus. “Gue kalah dari lo yang jenius, sekarang kalah juga dari anak lo juga. Sedangkan gue … sampai sekarang bahkan belum menikah.”

Mereka sampai di ujung koridor.

Alaric berhenti dan menatap Renzo dengan tatapan tajam. “Kapan lo mau nikah, Ren? Masa nggak ada satu pun wanita yang menarik? Bahkan adik gue, Senara, udah tunangan.”

Renzo mengambil nafas dalam. Di kegelapan, suaranya terdengar jelas dan penuh keyakinan. “Gue cuman suka Nadhifa. Cuman dia.”

Diam sejenak. 

Lalu, Alaric, yang biasanya dingin dan penuh perhitungan, mengeluarkan kunci dari saku jasnya. “Apa yang sebenarnya lo cari, Renzo? Ngomong yang jelas.”

Renzo terdiam, ragu. Tapi melihat keteguhan di mata kakak sepupunya itu, dia akhirnya berkata, “gue butuh sesuatu … apa pun itu … yang bisa meyakinkan Nadhifa. Bukti bahwa gue serius. Bahwa keluarganya, masa lalu gue, nggak akan pernah mengganggunya.”

Alaric mengamatinya dalam-dalam. Lalu, dengan langkah pasti, dia berbalik dan berjalan menuju sebuah ruangan kecil di ujung koridor. Kamar rahasia Ravenshire yang hanya segelintir orang tahu. “Ikut gue.”

Renzo, dengan jantung berdebar, mengikuti dari belakang. Dia tidak menyangka bahwa di tengah niatnya untuk menyelidiki ibunya, Alaric justru akan membantunya.

Apa yang akan mereka temukan?

Dan apakah itu akan menjadi kunci yang membuka hati Nadhifa, atau justru membawa petaka baru?

...***...

Matahari siang menyinari jalanan kota saat Renzo menyetir mobilnya melintasi SD Alverio yang megah. Kebetulan, bel pulang sekolah baru saja berbunyi. Matanya menangkap sosok kecil dengan seragam yang sedang asyik berbincang dengan temannya. Arshen.

Renzo menepikan mobilnya dan membuka kaca jendela. “Arshen! Mau nebeng?”

Wajah bocah berusia 12 tahun itu berbinar. “Om Renzo!” Dengan lincah, Arshen berpamitan pada temannya dan membuka pintu mobil, melompat ke jok belakang, duduk santai bak seorang raja kecil.

“Lapar? Mau Om traktir?” tawar Renzo sambil menyetir.

Arshen menggeleng. “Nggak usah yang ribet-ribet, Om. Ke toserba aja, beli mie seduh. Itu aja udah enak banget.”

Renzo hanya bisa menghela nafas palsu. “Anak ini, seleranya memang nggak pernah berubah. Mie seduh lagi, mie seduh lagi.” Meski mengeluh, dia tetap mengarahkan mobil ke sebuah toserba dekat sekolah.

Mereka duduk di depan toserba. Di atas meja, dua cup mie kuah panas menguap. Arshen menyantapnya dengan lahap, sementara Renzo, dengan setelan kerjanya yang mahal, ikutan menikmati mie sederhana itu.

“Om Renzo,” ujar Arshen tiba-tiba di sela suapan, “kapan Om punya istri? Terus bikin adek bayi buat aku.”

Renzo hampir tersedak. Dia meletakkan sumpitnya dan menatap keponakannya yang polos itu. Dia tahu, Arshen memahami bahwa ibunya tidak bisa memberinya adik lagi, membuatnya menjadi anak tunggal yang kadang kesepian.

“Mungkin sebentar lagi,” jawab Renzo lembut, hatinya terenyuh. “Om akan berusaha punya anak, biar kamu punya saudara.”

Arshen mendongak, matanya berbinar penuh harap. “Serius? Calon istrinya cantik nggak, Om?”

Pertanyaan polos itu membuat Renzo tersedak sungguhan kali ini. Mie kuahnya masuk ke saluran nafas yang salah. Dia batuk-batuk, wajahnya memerah, dan buru-buru meneguk air mineral sampai tenggorokannya lega.

Setelah nafasnya kembali normal, Renzo tersenyum, matanya menerawang membayangi sosok Nadhifa. “Cantik ... cantik banget. Dan baik. Kalau nanti Om punya anak perempuan, kamu jangan sampai ketagihan main ke rumah Om, nanti kamu gak bisa lepas.”

Arshen menyeringai, senyum lebar mengembang di wajahnya yang cerdas. “Wih! Janji, Om! Aku mau punya adek perempuan yang cantik! Biar aku yang jagain!”

Renzo tertawa, mengacak-acak rambut Arshen yang rapi. Dalam hatinya, obrolan sederhana ini seperti menyulut semangatnya lagi. Keinginan untuk segera meminang Nadhifa, membangun keluarga, dan memberikan saudara untuk Arshen, semakin membara. Dia tidak boleh menunda lagi.

1
Esti Purwanti Sajidin
syemangat kaka,sdh aq vote👍
Marsshella: Makasi semangatnya Kaka, makasi udah mampir ya. Selamat datang di kisah Renzo dan Nadhifa 🥰
total 1 replies
kalea rizuky
najis bgt tau mual q thor/Puke/ kok bs alarik suka ma cwok pdhl dia bersistri apakah dia lavender marrige
Marsshella: di Alunala Alaric dia udah tobat kok dan punya anak kesayangan. Ini giliran ceritanya si Renzo 😭😭😭😭😭
total 1 replies
kalea rizuky
njirr kayak g ada perempuan aja lubang ta.... *** di sukain jijik bgt
kalea rizuky
gay kah
Wina Yuliani
tah ge ing ketahuan jg brp umur.mu nak
Marsshella: dah jadi pria matang ya 😭
total 1 replies
Wina Yuliani
emangnya mereeka beda berapa tahun ya thor?
Marsshella: seumuran mereka 😄. Kakeknya Renzo tuh punya simpanan muda dan itu Nadhifa anaknya Kakek Renzo ... ikutin terus ceritanya, ya, ada plot twist besar-besaran 🥰
total 1 replies
Wina Yuliani
ternyata ada kisah cinta terlarang yg nambahin kerumitan hidup nih
Marsshella: ada plot twist ntar 🔥
total 1 replies
Wina Yuliani
baru baca tapi udah seru, keren
Marsshella: Welcome to kisah Renzo dan Nadhifa, Kak. Ikutin terus ceritanya ya 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!