Agam menyusup ke dalam organisasi rahasia bernama Oscuro. Sebuah organisasi yang banyak menyimpan rahasia negara-negara dan juga memiliki bisnis perdagangan senjata.
Pria itu harus berpacu dengan waktu untuk menemukan senjata pemusnah masal yang membahayakan dunia. Apalagi salah satu target penyerangan adalah negaranya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sabotase
Suasana tenang meliputi Restoran La Premiere. Ortega ditemani Ayumi tengah duduk bersama dengan klien mereka, Raphael. Seorang pria kewarganegaraan Perancis. Raphael bermaksud menggunakan pengawalan dari tentara Oscuro untuk menjaganya selama kunjungan ke Semenanjung Arab. Dia memerlukan pengawalan karena negara yang akan dikunjunginya sedikit rawan.
“Kami akan mengirimkan tujuh orang tentara untuk mengawal kalian. Tentu saja dengan harga yang sudah disepakati sebelumnya.”
“Aku setuju.”
“Lalu bagaimana dengan senjata yang anda janjikan?”
“Setelah kunjungan ku selesai, aku akan mengenalkan mu pada orang yang bertanggung jawab atas pembuatan senjata tersebut.”
“Baiklah.”
Kegembiraan nampak di wajah Ortega dan Raphael. Kesepakatan yang mereka buat menguntungkan kedua belah pihak. Ayumi yang sedari tadi hanya sebagai penerjemah saja, tidak berkomentar apapun. Dia mengeluarkan perjanjian yang harus ditanda tangani kedua pihak. Setelah masing-masing menanda tangani perjanjian, seorang pelayan mendekat. Dia membawakan hidangan penutup untuk tamu restoran tersebut.
Dessert berupa es krim tersebut langsung dinikmati ketiga. Ortega melihat jam di pergelangan tangannya. Sepuluh menit lagi eksekusi terhadap Perdana Menteri Inggris akan dilakukan. Dia harus secepatnya keluar dari Manchester, sebelum keadaan menjadi kacau dan pemeriksaan besar-besaran terjadi.
Baru tiga suap es krim masuk ke mulut Raphael, wajah pria itu langsung memerah. Dia memegangi lehernya kemudian terjatuh dari kursinya. Tentu saja hal tersebut membuat Ortega dan Ayumi, bahkan semua tamu yang ada di restoran terkejut. Beberapa pegawai langsung mendekati Raphael.
Ayumi mendudukkan diri di samping Raphael, wanita itu memeriksa keadaannya. Nafas Raphael terdengar terputus-putus. Pria itu seperti sedang kesulitan bernafas.
“Mr. Raphael, apa kamu memiliki alergi?”
Kepala Raphael mengangguk mengiyakan pertanyaan yang diajukan Ayumi.
“Kamu alergi apa?”
“Soja,” jawab Raphael dengan susah payah.
“Apa dessert yang kalian berikan mengandung kedelai?” tanya Ayumi pada salah satu pegawai.
“Ya, kami menggunakan susu kedelai sebagai bahan pembuat es krim.”
Ortega segera menghubungi ambulans. Kalau sampai terjadi sesuatu pada Raphael, maka kesepakatannya akan batal dan dirinya akan menderita kerugian cukup banyak. Yang paling penting, dia akan gagal mendapatkan senjata yang digadang-gadang akan bisa mengguncang dunia.
“Apa anda membawa obat alergi?”
“Kembali Raphael mengangguk seraya menunjuk tasnya.”
Dengan cepat Ayumi mengambil tas milik Raphael lalu memeriksa isinya. Tak butuh waktu lama dia sudah menemukan sebuah auto injector di dalam tas. Tanpa ragu Ayumi segera menyuntikkan cairan anti alergi itu ke tubuh Raphael. Perlahan kondisi pria itu membaik.
Terlihat kelegaan di wajah semua orang yang mengerumuni Raphael. Seorang pria yang merupakan manajer restoran segera mendekat.
“Mr. Raphael, kami meminta maaf atas insiden yang terjadi.”
Ayumi langsung menerjemahkan apa yang dikatakan sang manajer. Raphael hanya menganggukkan kepalanya. Hal seperti ini memang pernah beberapa kali dialami olehnya. Salahnya tidak bertanya dulu kandungan es krim yang dimakannya karena terlalu fokus dengan Ortega.
Dua petugas medis masuk dengan membawa brankar. Ayumi langsung mengatakan apa yang terjadi pada Raphael dan apa yang dilakukannya. Kedua petugas medis itu segera membawa Raphael pergi ke rumah sakit. Ortega pun terpaksa ikut. Tidak mungkin dia meninggalkan Raphael begitu saja.
“Katakan pada Mario untuk menunggu ku di hotel. Aku akan ikut ke rumah sakit. Kamu juga ikut dengan ku.”
“Baiklah.”
Sambil berjalan, Ayumi mengirimkan pesan pada Agam. Dia memang sengaja memesan dessert dengan kandungan kedelai untuk memicu alergi Raphael. Ini dilakukan karena permintaan Agam yang memintanya mengulur waktu untuknya.
***
Kembali ke Hotel La Premiere, tepatnya di kamar 1503, Agam masih berada di belakang senapan runduknya. Matanya sesekali melihat ke layar ponsel. Setelah mengetahui lokasi penembakan yang dipilih Ilsa dan Jerry, Agam menerbangkan drone yang menyerupai kumbang. Drone ditempatkan tidak jauh dari tempat di mana kedua orang itu berada. Melalui itu, dia bisa mengetahui pergerakan mereka.
Pidato yang diberikan Perdana Menteri Inggris sudah berjalan selama lima menit. Dari layar ponselnya, Agam masih belum melihat pergerakan dari Ilsa. Jari wanita itu sudah berada di depan pelatuk, namun belum juga menariknya. Seolah ada yang ditunggu wanita itu.
Sementara Jerry nampak tak sabar. Sesekali dia mengarahkan senapannya pada Perdana Menteri dan Ilsa. Jika Ilsa tidak membunuh Perdana Menteri sampai pria itu turun dari mimbar, maka dia yang akan mengeksekusi sekaligus menghabisi Ilsa.
Waktu sepuluh menit yang diberikan pada sang Perdana Menteri untuk berpidato sudah usai. Pria itu mengakhiri pidatonya. Terdengar gemuruh tepuk tangan. Jari Ilsa sudah bersiap menarik pelatuk, begitu pula dengan Jerry. Namun belum sempat keduanya menarik pelatuk, lebih dulu Agam menarik pelatuknya.
Peluru yang ditembakkan meluncur cepat ke arah gedung Hotel Grand Luxury. Peluru mengenai mic yang tadi digunakan Perdana Menteri untuk berpidato. Kepanikan langsung terjadi di dalam ruangan. Para pengawal segera membuat barikade dan membawa Perdana Menteri keluar dari sana. Bukan hanya orang-orang di dalam ruangan, namun Jerry dan Ilsa pun dibuat terkejut. Mereka langsung mencari siapa yang telah menggagalkan aksi mereka.
Usai menembakkan peluru, Agam langsung menutup jendela kamar dan menarik gorden. Kemudian pria itu mengemasi senapan runduk yang dipakainya tadi. Setelah senapan dimasukkan ke dalam tas, dia segera keluar dari kamar.
Agam memilih turun ke bawah menggunakan tangga darurat. Sesampainya di lantai dasar, Agam keluar hotel melalui pintu belakang. Di lorong hotel yang sepi, seorang pria berpakaian serba hitam dan topi hitam berjalan ke arahnya. Tanpa mengatakan apapun Agam memindahkan tas yang dibawanya pada pria tadi.
Sambil menuju pintu keluar, Agam melepaskan kaos hitam yang dikenakannya. Lalu dia membuang kaos dan topi yang dikenakannya ke tempat sampah. Tak jauh darinya terdapat sebuah mobil yang menunggunya. Agam segera masuk ke dalam mobil dan kendaraan roda empat itu segera melaju.
“Nice shot,” ujar Annette yang ternyata pengemudi mobil tersebut.
Agam hanya menggerakkan alisnya. Annette hanya tertawa melihat reaksi pria di sebelahnya. Dia mengambil sebuah berkas yang ada di atas dashboard lalu memberikannya pada Agam.
“Ilsa adalah agen kami.”
“Sudah kuduga.”
Agam membuka berkas tersebut kemudian membaca isinya. Ilsa yang memiliki nama asli Ava Scarlett adalah seorang agen terlatih Inggris. Wanita itu ditugaskan menyusup ke dalam Oscuro untuk mencari rahasia negaranya yang dicuri oleh Immanuelle.
“Tidak mudah mendapatkan data tentangnya. Dia itu seorang black agent. Dia sudah banyak menyusup ke banyak tempat. Bahkan ada surat penangkapannya di kantor Interpol. Atasannya menjadikannya buronan negara demi menyukseskan misi yang dijalankannya.”
“She’s professional.”
“Yap. Tapi dia membuat kesalahan. Dia diminta membunuh salah seorang keluarga kerajaan Qatar sekitar lima bulan yang lalu. Namun dia gagal melakukannya. Dia melepaskan targetnya. Saat akan mengeksekusi, anak targetnya tiba-tiba muncul dan Ilsa tidak mau membuat anak itu melihat kematian Ayahnya di depan matanya sendiri. Sejak saat itu dia kehilangan kepercayaan Ortega. Makanya Ortega memberi tugas ini padanya.”
Setelah berkeliling satu blok, mobil yang dikendarai Annette kembali ke hotel La Premiere. Dia menghentikan mobil di depan hotel. Di saat bersamaan kendaraan yang membawa Ortega dan Ayumi sampai ke hotel. Keduanya telah kembali dari rumah sakit.
Saat keluar dari mobil, mata Ortega langsung menangkap Agam yang juga baru keluar dari mobil bersama dengan Annette. Pria itu mengenali Annette. Dia adalah perempuan yang kemarin menawarkan minuman pada Agam. Sementara Ayumi melihat pada Agam dengan kesal. Ternyata dugaannya benar kalau Agam memintanya mengulur waktu demi bisa berduaan dengan Annette.
“Aku harap kita bisa bertemu lagi,” ujar Annette seraya memeluk leher Agam.
“Aku tidak janji.”
“Kamu sangat hebat dan aku puas,” Annette mengedipkan sebelah matanya.
Dia berjinjit lalu mencium bibir Agam. Agar aktingnya bertambah nyata, Agam menahan tengkuk Annette kemudian memperdalam ciuman mereka. Setelah beberapa saat ciuman mereka berakhir. Annette kembali masuk ke mobilnya lalu segera meninggalkan tempat tersebut.
“Apa urusan mu sudah selesai?” tanya Ortega setengah menyindir.
“Ayumi bilang pada ku kalau kalian masih ada urusan. Aku hanya memanfaatkan waktu saja. Apa urusan mu sudah selesai?”
“Ya.”
“Mau kembali sekarang?”
Hanya anggukan kepala saja yang diberikan Ortega. Pria itu segera masuk ke dalam hotel. Tangannya segera merogoh saku celananya. Jerry menghubungi dan mengatakan kalau mereka gagal melakukan tugasnya. Rahang Ortega mengetat.
“Habisi Ilsa,” ujar Ortega dingin.
***
Yang bingung soal ponsel Agam. Jadi dia punya 2 ponsel. Yang diretas Immanuelle beda dengan yang dipakai buat menghubungi Zyan dan Armin. Immanuelle ngga tahu kalau Agam punya dua ponsel dan ngga terdeteksi sama dia karena dipasang alat oleh Armin. Jadi intinya Armin lebih hebat dari Immanuelle, wkwkwk😂
tepat apa yg di katakan dr Liam..... emangnya ajang pencarian bakat .....disini gk ada senior atw junior.....yg penting sigap , siaga dlm nanganin korban dgn cekatan.....menolong nyawanya biar selamat itu aja .....percuma kalo tingkatannya udah tinggi tp hanya di panjang untuk di banggakan buat apa ...gkda guna /Proud/