Alleta, seorang gadis penurut yang kepolosannya dimanfaatkan oleh sang kakak dan ibu tirinya.
Di malam sunyi itu, sebuah pil tidur seketika mengubah kehidupannya 90 derajat.
Ia terpaksa harus dinikahi oleh seorang pria yang terjebak bersamanya, pria yang sama sekali tak pernah ada dalam tipe suami yang dia idamankan, karena tempramennya yang terkenal sangat buruk.
Namun, pria sekaligus suami yang selama ini selalu direndahkan oleh warga desa dan dicap sebagai warga termiskin di desa itu, ternyata adalah seseorang yang statusnya bahkan tak pantas untuk dibayangkan oleh mereka yang memiliki status sosial menengah ke bawah.
Alfarezi Rahartama, pria luar biasa yang hanya kekurangan izin untuk mengungkap identitas dirinya.
Bagaimanakah reaksi keluarga Alleta setelah tahu siapa sosok menantu yang mereka remehkan itu?
Dan lalu bagaimanakah reaksi Alleta sendiri apabila dia tahu bahwa pria yang menikahinya adalah tuan muda yang disegani?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marnii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cincin Pernikahan
Mobil terus melaju menembus kota malam bertabur lampu yang terang-benderang, menambah rasa romantis yang dirasakan oleh Alleta. Namun, keromantisan itu hanya berlaku baginya, sebab lelaki di sampingnya ini masih setia dengan wajah dinginnya dan tak ingin berbicara sepanjang waktu.
"Kita mau ke mana?" tanya Alleta sembari menoleh menatap Alfarez.
"Kau tak butuh cincin?"
Alleta mengernyit sejenak. "Maksudnya cincin pernikahan? Apa kita akan pergi membeli cincin pernikahan?" tanyanya antusias, tetapi tak digubris oleh Alfarez, kebisuan itu, membuat suasana pun kembali hening.
Sebelum tiba di depan toko perhiasan, ponsel Alfarez mendadak berdering, tanda seseorang sedang menghubunginya.
"Siapa?" tanya Alleta sambil berusaha mengintip untuk melihat layar ponsel Alfarez.
"Kau masuk duluan saja, pilih mana pun yang kau suka, aku akan bayar setelah menerima telepon," ujar Alfarez tanpa menjawab pertanyaan Alleta.
"Tapi-" Tanpa sempat Alleta mengatakan sesuatu, Alfarez telah berbalik badan dan menerima telepon yang entah dari siapa.
Pada akhirnya Alleta hanya bisa menghela napas dengan pasrah, dan masuk ke toko perhiasan tersebut seorang diri.
Toko perhiasan itu terlihat cukup ramai oleh pengunjung, mereka tampak sibuk memilih perhiasan dan karyawan di sana pun sibuk melayani setiap pengunjung.
Alleta baru pertama kalinya masuk ke toko perhiasan, tanpa arahan dan petunjuk seseorang, dia malah kebingungan harus ke mana dan memilih yang mana. Ada begitu banyak model yang cantik dan tentu memiliki harga yang fantastis.
Alleta terus melihat-lihat sambil sesekali melirik orang di sampingnya yang juga tampak sibuk bertanya ini dan itu pada karyawan toko.
"Permisi, ada yang bisa dibantu?" tanya seorang karyawan wanita yang baru datang menghampiri Alleta.
"Oh itu, saya mau mencari cincin pernikahan, tapi sebelumnya bolehkah saya bertanya terlebih dahulu?" ujar Alleta sambil ikut tersenyum ramah.
"Oh, tentu saja boleh, Nona."
"Itu, harga yang sudah tertera di sini, apakah merupakan harga pas dan tak boleh ditawar?" tanyanya sambil sedikit berbisik, tetapi sepertinya orang dan karyawan di sampingnya itu dapat mendengar apa yang dia katakan, mereka hanya melirik sekilas dengan tatapan meremehkan.
Karyawan yang melayani Alleta itu pun tersenyum canggung sembari berkata, "Di sini tidak ada harga tawar-menawar, Nona, semuanya sudah diberi harga sesuai kualitas, berat, dan modelnya masing-masing.
Alleta menggangguk mengerti dan hanya bisa tersenyum malu, ia berharap pertanyaannya itu bisa dimaklumi karena dirinya yang tak paham tentang perhiasan.
"Kalau begitu, apakah boleh perlihatkan cincin pernikahan yang paling murah di toko ini?"
Ketika Alleta mengatakan itu, beberapa orang yang mendengarnya pun tampak tertawa pelan, bahkan seolah seperti menghinanya.
"Kenapa? Apakah ada yang salah? Kenapa kalian menertawakan saya?" tanya Alleta pada mereka, ia sendiri pun merasa kurang senang dengan sikap mereka yang menurutnya kurang sopan.
"Sudah-sudah, jangan sampai bertengkar, biar saya ambilkan untuk Anda ya, Nona. Silahkan tunggu sebentar." Karyawan itu segera pergi dari hadapan Alleta, dan lalu kembali dengan kotak perhiasan yang berisi sepasang cincin emas putih dengan berlian di atasnya.
"Ini cincin yang Anda minta, Nona."
Alleta tidak langsung fokus pada perhiasan tersebut, ia hanya langsung memeriksa harga yang tertera.
Ketika melihat angka yang memiliki banyak nol di sana, Alleta seketika menelan ludah dengan berat, apakah harga perhiasan selalu semahal itu?
"Apakah ini harga termurah di sini?" tanya Alleta ragu.
"Benar, Nona."
"Anda yakin tidak ada yang lebih murah dari ini?" tanyanya memastikan.
Karyawan tersebut menggelengkan kepala pelan. "Tidak ada lagi, Nona."
"Ada apa? Perhiasan termurah pun tak mampu beli? Lantas kenapa datang ke sini? Kenapa tidak datang ke toko perhiasan imitasi saja? Di sana banyak menjual perhiasan yang lebih murah." tegur salah satu pengunjung dengan sinis pada Alleta.
Alleta diam, kali ini dia tak berani menjawab, juga tak berani untuk membeli, sebab jika dia mengatakan untuk membungkus perhiasan itu sekarang, maka karyawan tersebut juga akan langsung meminta bayaran, sementara dirinya sekarang tidak memiliki sepeser pun uang untuk membeli perhiasan tersebut.
"Alfarez kamu di mana? Kenapa lama sekali?" Alleta terus berteriak dalam hati berharap Alfarez akan segera datang dan menolongnya.
"Apakah perhiasannya jadi dibeli, Nona?" tanya sang karyawan dengan masih bersikap ramah.
"Iya, sebentar ya, suami saya akan segera datang, tadi dia lagi terima telepon," jawab Alleta dengan wajah yang sedikit canggung.
Sementara mereka di sana semakin menertawakan Alleta yang tampak hanya seperti sedang mencari alasan agar tidak merasa malu di hadapan banyak orang.
"Apa kamu sedang mengulur waktu sampai kami pergi? Apakah kamu malu untuk mengaku bahwa kamu tak mampu membelinya?" tanya salah satu pengunjung dengan tampak meremehkan Alleta, mereka benar-benar sibuk mengoceh dan mengurus kehidupan orang lain, tampak seperti orang-orang yang puas melihat ketidakmampuan orang lain dan merasa jauh lebih unggul.
"Apakah sudah selesai?" Seketika terdengar suara Alfarez dari arah belakang yang kini telah ada di samping Alleta.
Melihat kedatangan Alfarez, adalah sesuatu yang sangat menggembirakan, seolah mendapat sebuah lotre yang senilai miliaran rupiah.
Alleta tersenyum sebentar, lalu memelas dan bergelayutan di tangan pria yang merupakan suami dadakannya itu.
"Sayang, mereka menindasku." Sembari menunjuk semua orang yang ada di hadapannya.
Alfarez mengernyit, matanya menyipit curiga menatap Alleta. Sekarang ia bahkan tak bisa membedakan siapa yang menindas siapa, sikap Alleta sekarang sungguh labil, entah bisa saja dia yang sebenarnya menindas orang lain.
"Mereka bilang kita tidak mampu membeli cincin pernikahan, dan menyuruhku pindah ke toko perhiasan imitasi saja untuk mendapat cincin pernikahan." Alleta kembali melanjutkan sandiwara tak berdayanya di depan mereka semua, seolah dia ingin menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang istri yang sangat dimanja oleh suaminya.
"Apa benar begitu?" tanya Alfarez dengan tatapan tajam nan dingin, suasana di toko tersebut seolah membeku oleh dinginnya tatapan Alfarez.
"Lagi pula dia yang cari masalah duluan, sudah tahu toko ini menjual perhiasan yang berkualitas, dia malah menawar harga dan membuat karyawan toko kesulitan, pake segala minta perhiasan paling murah lagi, tapi ujung-ujungnya malah tidak jadi beli." Salah satu dari mereka membela diri dan tak terima disalahkan oleh Alleta.
Alfarez menunduk menatap Alleta yang seketika mengedipkan mata beberapa kali sambil memelas, memohon agar Alfarez menolongnya.
"Memangnya kenapa dengan menawar harga? Apa itu merusak nama baik toko ini? Dengan alasan seperti itu, apa hak kalian berpikir bahwa mengkritik istriku adalah hal yang wajar?"
Semuanya terdiam mendapat teguran dari Alfarez, keberanian yang tadi membangkitkan rasa percaya diri, justru sekarang membuat nyalinya menciut.
Melihat mereka terdiam, Alfarez pun merangkul pinggang Alleta dan berbalik ke arah karyawan yang dari tadi hanya diam saja.
"Keluarkan semua edisi terbatas kalian dan bungkus buatnya!" titah Alfarez sambil menatap Alleta tanpa ragu.
Aku mau berterimakasih pada kalian yang sudah mendukungku sampai yang di tahap rela²in buat nonton iklan demi bisa ngasih dukungan buat aku.
Makasih ya, lancar² rejeki kalian semuanya.
lebih banyak lg UP nya yaa