NovelToon NovelToon
DUA RATU DI KAKI CEO

DUA RATU DI KAKI CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengganti / Percintaan Konglomerat / Beda Usia / Diam-Diam Cinta
Popularitas:994
Nilai: 5
Nama Author: Engga Jaivan

Mengapa mereka memeluk kakiku? Pertanyaan itu menghantui Arion (25) setiap hari."
​Arion memiliki dua adik tiri yang benar-benar mematikan: Luna (20) dan Kyra (19) yang cantik, imut, dan selalu berhasil mengacaukan pikirannya. Pagi ini, adegan di depan pintu mengonfirmasi ketakutannya: mereka bukan hanya menggemaskan, tapi juga menyimpan rahasia besar. Dari bekas luka samar hingga gelang yang tak pernah dilepas, Arion tahu obsesi kedua adiknya itu bukan hanya sekadar kemanjaan. Ini adalah kisah tentang seorang kakak yang harus memilih antara menjaga jarak demi kewarasannya, atau menyelami rahasia gelap dua bidadari yang mati-matian berusaha menahannya agar tak melangkah keluar dari pintu rumah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Engga Jaivan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB III: Panggilan Tengah Malam

Arion telah memilih. Dengan keputusan untuk tetap tinggal, ia secara sadar melepaskan kebebasan logisnya dan mengikat dirinya pada benang-benang emosional Kyra yang kejam dan Luna yang rentan.

Setelah Arion mengklaim Kyra sebagai sekutunya (walau dengan nada dingin dan penuh tekad), Kyra melepaskan diri dengan senyum puas. Ia tahu Arion kini berada dalam kendalinya.

"Luna tidak mau makan. Dia mengunci diri. Kakak harus menenangkannya," ujar Kyra, nadanya kini penuh perintah, bukan permintaan.

Arion menghela napas. "Apa yang kalian berdua inginkan? Aku sudah memilih untuk tetap tinggal. Apa lagi?"

"Kami ingin Kakak memastikan kami aman," jawab Kyra. "Dan satu-satunya cara untuk aman adalah dengan menghancurkan semua rahasia yang mengancam kami. Termasuk rahasia yang Ibu sembunyikan di kamar Ayah. Dan rahasia yang Luna sembunyikan di kamarnya."

Kyra menunjuk ke pintu kamar Luna, yang kini tertutup rapat. "Luna menyimpan sesuatu. Sesuatu yang membuatnya takut, bahkan lebih dari Gelang itu. Aku tidak tahu apa itu. Aku hanya tahu dia tidak pernah mengizinkan siapa pun masuk ke sana, bahkan aku."

Arion menunggu hingga malam tiba. Setelah memohon pada Luna melalui pintu yang terkunci untuk memastikan adiknya itu masih hidup (dan Luna hanya menjawab dengan tangisan yang dibuat-buat), Arion tahu ia harus bergerak.

Pukul 01:00 dini hari. Rumah itu sunyi, hanya diterangi oleh lampu malam yang remang-remang.

Arion mengambil kunci duplikat yang ia temukan (kunci utama Ayahnya, Bab II yang diperbaiki), dan berjalan ke kamar Luna.

Ia memasukkan kunci itu, memutarnya perlahan. Klik.

Pintu kamar Luna terbuka.

Bau vanilla yang biasanya lembut, kini terasa pekat dan menyesakkan, seperti aroma yang digunakan untuk menutupi sesuatu yang busuk. Arion melangkah masuk.

Kamar Luna gelap, tirai jendelanya tertutup rapat. Cahaya bulan tidak dapat menembusnya. Arion menyalakan senter ponselnya.

Kamar itu adalah cerminan dari jiwa Luna: dekorasi serba putih, bantal-bantal mewah, boneka-boneka beruang, dan di tengahnya, ranjang besar dengan seprai sutra. Pemandangan yang sangat feminin dan polos, tetapi terasa artifisial.

Arion mengamati Luna. Ia tidur meringkuk, memeluk erat selimut beludru. Pergelangan tangannya yang memakai Gelang Perak itu tersembunyi di bawah bantal—sebuah refleks protektif.

Arion tidak berniat menyentuh Luna, tetapi ia harus mencari. Kyra mengatakan Luna menyembunyikan sesuatu.

Ia berjalan ke meja rias Luna. Di sana terdapat botol-botol parfum yang mahal. Arion ingat tebakan Kyra di bab sebelumnya (Bab XV yang sudah dihilangkan) tentang tempat penyimpanan kunci kecil Luna.

Arion memindahkan botol parfum di sudut. Tidak ada kunci kecil, tetapi ada sebuah kotak musik kecil dari kayu yang diukir rumit.

Arion mengambil kotak musik itu. Benda itu terasa dingin. Ia membukanya.

Musik lembut mulai mengalun—melodi sederhana yang sedih. Di dalamnya, tidak ada perhiasan. Hanya ada dua helai rambut hitam panjang yang dililit rapi, diikat dengan pita sutra merah. Rambut itu terasa tebal dan kasar saat Arion menyentuhnya.

Rambut. Kenapa Luna menyimpan rambut yang diikat seperti jimat di kotak musiknya?

Tiba-tiba, Arion merasakan sentuhan dingin di lehernya. Ia membeku.

Luna berdiri di belakangnya. Ia tidak lagi di ranjang. Arion tidak mendengar Luna berjalan, bahkan di lantai kayu.

"Kau melanggar batas, Jangkar," bisik Luna, suaranya sedingin es.

Arion berbalik, jantungnya berdegup kencang. Wajah Luna hanya berjarak beberapa sentimeter. Matanya terbuka lebar, memantulkan cahaya senter.

"Luna, aku hanya—"

"Kau tidak boleh menyentuh itu," potong Luna, tatapannya kini dipenuhi ancaman yang dalam.

Luna tidak menyerang Arion dengan kekuatan fisik yang brutal seperti di Bab XXVI. Ia menyerang Arion dengan tatapan emosional. Arion merasakan gelombang rasa takut yang bukan miliknya—rasa takut yang begitu kuat, ia nyaris menjatuhkan kotak musik itu.

"Apa ini?" tanya Arion, mencoba mengendalikan ketakutannya.

Luna tersenyum dingin. "Itu adalah saksi kami. Rambut dari wanita yang menjadi Pengawas sebelum Kyra. Wanita yang seharusnya menjadi Jangkar Ayah kandungku. Rambut yang dipotong sebelum dia dibunuh."

Rasa dingin yang merayap di leher Arion kini terasa nyata. Bukan hanya manipulasi, ini adalah ancaman pembunuhan dari masa lalu mereka.

Luna menjulurkan tangan ke kotak musik itu. Tangannya gemetar. "Aku tidak menyimpannya untuk kekuatan, Kak. Aku menyimpannya karena aku takut rambutku sendiri yang akan ada di sana berikutnya. Itu adalah pengingat."

Luna tiba-tiba memeluk Arion, membenamkan wajahnya di dada Arion. Pelukannya kuat, tetapi bukan karena nafsu, melainkan karena ketakutan yang mendalam. Arion merasakan air mata Luna membasahi kemejanya.

"Aku takut, Kak Arion. Rambut ini membuatku ingat Ayah kandungku. Dia akan datang mengambil kami. Kau harus menjadi Jangkar kami. Kau harus membunuh semua ketakutan ini," isak Luna.

Arion memeluknya erat, menenangkan Luna. Emosinya kini nyata, bukan lagi manja. Arion menyadari bahwa di balik ancaman Gelang, di balik rengekan, ada ketakutan yang begitu besar hingga Luna harus membangun benteng dari vanilla dan kepalsuan.

Saat Arion menenangkan Luna, ia merasakan ada sesuatu yang terselip di balik selimut di ranjang Luna.

Dengan satu tangan memeluk Luna, Arion menggunakan tangan yang lain untuk meraba-raba selimut itu.

Ia menemukan sebuah ponsel lama—bukan ponsel pintar, tetapi ponsel flip kuno. Ponsel yang tidak terhubung ke internet, tidak memiliki pelacak, tetapi sangat disembunyikan.

Luna adalah Korban yang Memantau dengan cermat.

Tiba-tiba, pintu kamar Luna terbuka. Kyra berdiri di sana, memegang pistol kecil.

"Kak Arion! Luna! Ada yang datang! Danu! Dia ada di gerbang! Dia datang sendiri!" teriak Kyra.

Kyra melihat Arion memeluk Luna di tengah ruangan. Ia melihat Luna menangis. Kecemburuannya langsung memuncak.

"Kau curang! Kau mengambil Luna! Kau tidak mendengarkanku!" teriak Kyra.

Arion tidak punya waktu untuk menjelaskan. Ia harus melindungi mereka berdua.

"Tinggalkan pistol itu, Kyra! Danu akan melihatnya!" perintah Arion.

Arion menatap kedua adik tiri yang kini saling bertentangan: Luna yang rapuh dan ketakutan, dan Kyra yang cemburu dan bersenjata. Danu sudah ada di gerbang.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!