Salahkah jika aku menyukaimu Abang?
Kedekatan Dea dengan Abang tirinya menghadirkan sebuah perasaan yang tak seharusnya ada, sebisa mungkin dia mencoba membuangnya namun tanpa dia sadari ternyata Abangnya juga menyimpan perasaan yang sama untuknya.
Ada yang penasaran? yuk simak cerita mereka 😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Whidie Arista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Aku dan Sita berpisah dengan yang lain seperti biasa menuju cafe tempat kami bekerja.
“Ya, yang ganteng itu beneran Abang lu?” tanya Sita memastikan. Aku hanya mengangguk sambil melenggang dengan tangan memegang tali tas punggung.
“Eh Ya, itu Abang lu bukan?” aku menatap sejurus arah jari telunjuk Sita mengarah.
Benar itu Ran, dia tengah duduk di motornya sambil bermain ponsel, “Hooh, ngapain dia kesini?”
Aku dan Sita bergegas menghampirinya, “Abang, ngapain kesini?” tanyaku, membuat Ran langsung menatap kearah kami.
“Ketemu temen, kenapa?” Ran balas bertanya.
‘Ini gue kegeeran banget sih, ko bisa gue mikir kalau Ran datang kesini buat nyamperin gue.’ Aku menggigit bibir bawahku menahan malu.
“Ah iya, Dea lupa kalau Abang sering nongkrong di cafe ini bareng temen-temen Abang ya.” aku tersenyum canggung.
“Tuh lu tahu, terus kenapa tanya.” ucap Ran dia masih sibuk debat ponselnya.
“Oh ya Bang, kenalin ini Sita, temennya Dea.” Ran kembali menatap kearah aku dan Sita.
Ran mengangguk sambil tersenyum sekilas, Sita pun balas tersenyum.
“Err, Bang, kalau gitu Dea sama Sita kerja dulu ya.” aku pun berpamitan dan lekas pergi meninggalkan Ran di parkiran.
“Abang lu agak dingin ya, Ya,” komentar Sita, saat kami tengah berganti pakaian.
“Kadang dingin kadang enggak, sesuai suasana hati dia kali.” ceplosku apa adanya.
“Tapi emang ganteng banget sih, btw dia pake skincare apa sih mukanya bisa mulus dan glowing kaya gak ada pori-porinya gitu?”
“Dih, si Sita ketularan si Maya ini, tumben elu nanya yang aneh-aneh gitu. Lagian nih ya, ngapain gue nanya-nanya dia pake skincare apa kagak.” keluhku.
“Ya abisnya kulitnya bagus banget, gue aja yang segala macem di pake gak mulus-mulus tuh, tetep aja Ireng.” kekeh Sita.
“Lagian skincare itu gak bakalan bikin kulit putih mulus kali, itu kan cuma biar sehat dan bersih aja. Tapi kayaknya Bang Ran itu dia gak mungkin pake begituan deh, kulitnya dia aja yang bagus itu.”
“Weh beruntung banget ya, yang jadi pacarnya.” Sita memasang wajah iri dengki.
“Btw, dia jomblo loh.”
Wajah Sita tampak sumeringah, namun di detik berikutnya kembali layu, “Meskipun jomblo, Bang Ran itu susah di gapai Ya. Lagian gue udah punya orang yang gue suka.” ucapnya tampak malu-malu.
“Wah yang bener lu, siapa?!”
“Ada deh!” Sita langsung meninggalkan aku dengan rasa penasaranku di ruangan itu.
“Woy, bilang dulu siapa?” teriakku yang tak di gubris Sita.
Siapa sih? Cowok yang bisa meluluhkan hati seorang Sita, yang pendiem dan gak punya teman selain di geng kami.
“Sit, siapa sih? Please, jangan bikin gue penasaran.” aku berusaha berbicara dengan Sita di sela-sela pekerjaan kami.
“Rahasia.” ucapnya sambil berlalu pergi, tampaknya Sita sengaja bikin rasa penasaran aku semakin tinggi.
Aku tengah mengelap meja bekas pelanggan yang telah kosong, sedang Sita mengantarkan pesanan ke meja yang lain.
Pikiranku terus bertanya-tanya tentang siapa cowok yang di sukai Sita, “Si Ricky? Ah gak mungkin, si Samsul, juga kayanya bukan deh.” gumamku pelan.
Seingatku Sita belum pernah ke gap ketemuan sama cowok, padahal kami hampir tiap hari bersama dari pagi hingga malam hari.
“Sumpah si Sita ini bikin gue penasaran.” aku memutuskan untuk mejegal Sita dan membawanya ke sudut cafe.
“Ya, elu apaan sih, kalau ketahuan Manager gimana?” protes Sita.
“Bodo amat, lagian Manager lagi gak ada. Sumpah gue penasaran siapa cowok yang elu suka itu Sit, please kasih tahu gue, gue janji gak bakalan kasih tahu siapa pun, jadi rahasia elu aman di gue.” aku menyudutkan Sita ke dinding.
“Rahasia gak bakalan jadi rahasia kalau di bilang-bilang, Yaya,” kesal Sita, “Lagian lu tuh gak bisa bedain gitu yang namanya orang serius sama bercanda.”
“Bisa, dan gue tahu gaya becanda lu kaya gimana, berarti yang tadi itu serius.” aku menyeringai, Sita mencebikkan bibirnya.
“Kalian lagi ngapain?” teguran dari salah satu pekerja tetap disini membuat kami sedikit terlonjak.
“Mampus kita,” bisik Sita.
“Ka–kami tadi hanya–,” dia langsung memotong perkataanku.
“Kalian di bayar buat kerja bukan ngegosip, kalau kalian udah bosen kerja disini mending keluar, masih banyak ko yang mau kerja disini.” sinisnya.
“Ma–maaf Kak, kami janji gak akan melakukannya lagi,” lirih Sita, kami menunduk menerima kemarahan senior kami.
Dia hanya mendelik, lalu pergi. Kenapa harus dia sih yang nge gap kita, aku tahu sejak awal orang yang satu ini emang gak pernah suka aku dan Sita kerja di tempat ini, apa lagi manager seolah mengistimewakan kami, kami bekerja hanya dari jam empat sampai jam 8 malam, sebetulnya seharusnya kami bekerja sampai jam sepuluh, tapi Manager memberi kami keringanan agar sekolah kami tetap lancar tanpa hambatan.
“Elu sih, jadinya kita di marahin.” keluh Sita.
“Iya sorry.” kami pun bekerja kembali dan tak membuat masalah lagi.
Jam delapan malam pun tiba, aku dan Sita harus segera pulang, kami berpisah saat telah di luar cafe.
“Ya, Abang lu masih disini?” Sita kembali menghentikan langkahnya.
“Hah, mana?”
“Itu.” Sita menunjuk ke parkiran, dan luar biasanya Ran masih stay duduk di motornya seperti saat jam empat sore tadi.
Aku mengerutkan dahi, ‘apa mungkin dia nungguin gue? Ah tapi masa sih,’ aku menepis dugaanku itu.
“Kalau gitu gue balik duluan ya, baye.” Sita melambaikan tangan lalu pergi.
“Abang!” Aku menghampiri Ran yang masih saja sibuk dengan ponselnya, entah dia chatingan atau bermain game, aku pun tak tahu.
“Abang masih disini, temennya mana?” aku mengedarkan pandangan mencari sosok teman-teman Ran, walau jujur aku gak terlalu ingat wajahnya.
“Udah pada pergi, kamu udah selesai kerjanya?” aku mengangguk mengiyakan.
“Jadi Abang nungguin Dea dari tadi?”
“Ng–nggak lah, cu–cuma pas aja waktu temen aku pulang sama selesainya jam kerja kamu,” dustanya.
Aku tersenyum, entah mengapa aku suka sikap gugup Ran ini, lucu. Aku naik ke jok belakang motor Ran setelah mengenakan helm, dan kami pun langsung pergi.
“KAMU UDAH MAKAN BELUM?” ucap Ran mengeraskan suaranya.
“Belum lah Bang, Aku kan biasa makan malem di rumah bareng Ibu dan Papah.”
“HARI INI IBU DAN PAPAH ADA ACARA, MEREKA MAKAN MALAM DI LUAR,” aku menganggukkan kepalaku.
“Di rumah kan ada Bi Sumi beliau pasti udah masak ya tinggal makan aja, atuh Bang.” ucapku sambil bermain dengan ponsel, berselancar dengan internet berlambang huruf F untuk melihat percakapan di grup penggemar yang aku ikuti.
“KAMU LUPA YA, BI SUMI KAN BELUM BALIK, ANAKNYA BARU PULANG DARI RUMAH SAKIT,” otakku seketika ingat, benar Bi Sumi belum kembali, paling-paling tiga harian lagi.
“Ya udah banyak mie instan di rumah tinggal masak aja Bang, gak perlu mikirin rasa udah pasti enak.” ceplosku.
“Elu sering makan begituan ya? Jangan terlalu banyak gak baik buat kesehatan.”
“Gak sering ko, cuma sekali sehari pas jam makan siang,” kekehku, aku memang sering mesan mie instan di kantin sama para sohibku itu, di campur bakso sama ceker ayam, wkwk.
“Dih, itu mah bukan gak sering, tapi over dosisi, mulai besok gak boleh makan mie instan lagi sampe satu bulan ke depan.”
Lah? Aku mengedip-ngedipkan mataku, sambil mencerna perkataan Ran, ‘ko dia jadi ngatur gue sih?’
“Makan mie instan hanya boleh sebulan sekali, gak lebih, titik.” lanjutnya.
“Ko gitu sih Bang?” protesku tak terima, aku paling gak bisa jauh dari si keriting yang walaupun namanya mie goreng masaknya tetap di rebus itu.
“Pokonya gak boleh!” tegasnya tak ingin di bantah.
Akhirnya aku menyerah karena kalah dari perdebatan ini.
maknya menjauh...
❤❤❤❤😀😀😀😀
❤❤❤❤❤
rapi teenyata Dea masih malu2...
😀😀😀❤❤❤❤
❤❤❤❤❤
awal bertemu di rumah Ran ..
dia kan musuhin Dea..
apa.karena gak yeeima papanya nikah lagi...
😀😀❤❤😘😍😍😙
tapi Dea gak tau...
pantesan Ean betah jomblo..
laahhh...
wmang nungguin Dea...
❤❤❤❤❤
apa masalah flo dimas dan Ran..
❤❤❤❤❤
pasti Ran jujur jga klao suka ma Dea..
😀😀😀❤❤❤😍😙😗
ko bisa flashback Thor
❤❤❤❤
😀😀❤❤❤
akankah dea cemburu kalo tau flora sekampus ama Ran?
❤❤❤❤
bolrh banget malahhh..
halal kok..
😀😀😀❤❤❤❤
biar gak terlambat...
😀😀😀❤❤❤
bingung mau ngaku syka ama Dea...
😀😀😀❤❤❤❤
❤❤❤❤❤❤❤😍😙😙😙
yg ketahuan jadian....
❤❤❤❤❤
mkasi udah up banayakkkk...
❤❤❤❤❤