Hai semua,,,author kembali lagi nih dengan cerita baru.
Sebuah pernikahan terjadi di masa lalu, walau pernikahan dini namun tetap sah karena sang ayah si gadis yang menikahkan.
Kehidupan terus berputar dan saat si gadis dewasa sang suamipun ingin meresmikan pernikahannya.
Namun bagaimana jadinya jika pernikahan mereka terlupakan oleh sang gadis ,,,
Penasaran ???!! Yuk dibaca ,,,,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roslaniar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13 》》 SELAMAT TINGGAL
Mentari pagi telah menampakkan diri secara sempurna namun Andhini belum beranjak dari tempat tidur. Bukan karena ia kelelahan akibat perbuatan gila Satria semalam. Akan tetapi Andhini benar-benar kecewa pada pria itu. Andhini memahami tugas dan kewajibannya sebagai seorang istri dan bukan ia tak ingin menunaikan kewajibannya. Hanya saja selama pernikahan mereka, Satria tak bisa meyakinkan Andhini akan arti sebuah pernikahan.
“Tumbuh subur dirahim bunda ya, sayang,,,” Satria mengelus dan mencium perut rata Andhini seolah memang benar jika sekali melakukannya langsung berhasil.
Tak ada respon dari Andhini. Wanita itu masih setia menutup mata seolah ia masih tertidur pulas. Andhini mendengus dalam hati mendengar ucapan pria itu. Andhini bertekad melakukan sesuatu yang akan membuat pria itu menyesali perbuatannya.
Satria mengecup kening Andhini sebelum berjalan ke arah kamar mandi. Rasa bahagia menyelimuti hatinya setelah sekian lama memendam rasa ingin memiliki secara utuh istrinya itu. Hanya Andhini seorang yang berhasil membuatnya hilang akal sehat.
Selama pernikahannya dengan Linda, tak sekalipun Satria tergoda untuk menyentuhnya. Padahal berbagai cara Linda lakukan agar Satria menyentuhnya layaknya seorang istri. Satria memang memberikan perhatian pada Linda sebagai bentuk tanggung jawabnya sebagai suami namun unuk menyentuhnya tak akan pernah Satria lakukan karena hal itu memang sudah menjadi perjanjian mereka saat akan menikah. Bahkan Satria secara jujur mengakui jika ia menunggu seseorang cukup umur untuk dinikahi.
Saat Satria kelar dengan urusan kamar mandi, posisi Andhini masih sama seperti sediakala, pria tampan itu tersenyum melihat sang istri kemudian ia melanjutkan kegiatannya memakai baju formal kantor. Setelah selesai ia keluar kamar dan langsung berangkat ke kantor, soal sarapan ia bisa sarapan di kantor. Satria hanya menempelkan pesan di cermin meja rias sang istri.
Perlahan Andhini bergerak meninggalkan tempat tidur setelah yakin Satria telah keluar dari apartemen. Dengan menahan rasa sakit pada area sensitifnya Andhini menuju kamar mandi. Sejak subuh ia menahan rasa tak nyaman pada tubuhnya akibat perbuatan pria yang mengambil kehormatannya meskipun halal bagi pria itu dan tak ada pasal yang bisa menjeratnya.
Andhini tersenyum kecut melihat tanda kepemilikan yang berikan pria yang berstatus sebagai suaminya itu. Andhini menyalakan shower dan membersihkan diri. Setelah itu ia keluar dan mengambil ponselnya mengabarkan pada sang abang jika hari ini ia tak ke kantor.
Me
Bang, aku gak ngantor hari ini.
Bang Niko
Ok, gak masalah dek.
Selesai dengan urusan sang abang, kini Andhini berpakaian lengkap. Masih banyak waktu baginya untuk melakukan rencananya. Andhini kini sedang membuat sarapan untuk mengisi tenaga karena rencana besarnya membutuhkan banyak energi.
Walaupun hati sedang kesal, marah, kecewa namun asupan gizi harus tetap mencukupi agar otak bisa bekerja dengan baik. Itulah salah satu keunikan seorang Andhini yang tetap mengutamakan kondisi perutnya walau bagaimanapun suasana hatinya.
Merasa cukup dengan urusan perutnya, Andhini bergerak secepat yang ia bisa karena area sensitifnya sedikit bermasalah. Niat awalnya tak menghalangi dengan kondisinya. Ia lalu memasukkan baju-baju dan perlengkapan pribadinya. Tak lupa dokumen-dokumen pentingnya.
Selesai dengan urusan koper, Andhini lalu mendekati vas bunga dan mengambil kamera kecil yang sengaja ia pasang. Berikutnya ia mendekati dinding dimana kamera kecilnya berada. Pun beberapa botol obat yang ia masukkan dalam plastik tanpa di sentuh pemberian Linda. Setiap kali madunya itu membawakan vitamin langsung ia masukkan ke dalam plastik dengan menggunakan sarung tangan agar sidik jari Linda tak tercampur.
Andhini sedikit mengetahui tentang dunia forensik dan pembawaannya yang tak bisa dengan mudah mempercayai seseorang membuatnya selalu waspada. Apalagi Linda yang notabenenya adalah madunya.
Sejenak Andhini terdiam menatap setiap sudut apartemen yang telah menampungnya selama enam bulan terakhir.
“Selamat tinggal semoga penghunimu yang baru selalu bahagia,” Andhini berbicara seolah isi ruangan tersebut bisa mendengarnya.
Dengan sebuah tarikan napas panjang, Andhini menggeret kopernya keluar apartemen. Ia sadar dengan langkahnya hari ini membuat hidupnya akan berubah. Lift perlahan bergerak turun setelah ia menekan angka satu.
Taksi yang ia pesan dengan menggunakan aplikasi pun sudah menunggunya. Andhini tak butuh mobilnya karena perjalanannya hari ini akan sangat jauh. Beruntung kartu yang diberikan oleh bang Niko belum ia kembalikan. Kini waktunya ia menguras habis isi kartu tersebut karena ia tau jika suatu saat Andhini menggunakan kartu tersebut pasti bang Niko bisa mendeteksi keberadaannya dan Andhini tak ingin hal itu terjadi.
“Pak, tolong mampir di depan sebentar ya ?!”
“Baik mbak ,,,” Pak supir lalu menepikan mobilnya. Tak ada pembicaraan yang berarti antara supir dan penumpang. Sepertinya sang supir juga irit bicara sehingga tak ada bahan pembicaraan layaknya supir taksi online yang kadang sedikit kepo dengan penumpangnya.
Tak lama kemudian Andhini keluar dan langsung masuk ke dalam taksi. Dan taksipun kembali melaju.
“Langsung ke tujuan ya pak,,,” Mendengar ucapan penumpangnya, pak supir hanya membalas dengan anggukan.
Jam masih menunjukkan pukul 09.35, saat Andhini tiba di stasiun kereta. Tujuan perjalanannya adalah Bandung sebagai tempat transitnya. Ia tak ingin pelariannya diketahui jika langsung terbang ke luar negeri. Satria dan Niko bukan orang sembarangan. Mereka memiliki berbagai cara untuk bisa mengakses setiap penerbangan. Untuk itu ia akan menunggu hingga semua tenang barulah ia akan melanjutkan perjalanannya.
Sambil menunggu kereta api, tak lupa Andhini mengirimkan sebuah paket disertai dengan surat dengan alamat perusahaan yang dipimpin oleh Niko. Siapa yang tak mengenal PT. Direja Artama. Perusahaan yang saat ini sedang menjadi sorotan dunia bisnis karena perkembangannya yang pesat apalagi dipimpin oleh pria muda yang tampan.
Andhini duduk dengan santai sembari menunggu kereta api yang akan membawanya ke kota kembang. Tak lupa ia memindahkan beberapa kontak penting dari ponsel lamanya ke ponselnya yang baru tentu saja kartunya pun baru. Setelah itu Andhini mematikan daya ponselnya dan mematahkan kartu lamanya lalu membuang ponselnya di tempat sampah.
Ia tak ingin berhubungan lagi dengan Satria dan keluarganya. Meskipun ada rasa tak enak hati karena kedua orang tua Satria sangat baik dan menyayanginya tapi mau bagaimana lagi jika salah satu diantara mereka mengetahui keberadaannya maka Satria pun pasti tau.
Di tempat lain sang kurir keluar dari perusahaan setelah mengantarkan paket Andhini. Resepsionis pun segera mengantar paket tersebut ke ruangan Niko sesuai pesan Andhini lewat kurir bahwa paket tersebut sangat penting dan sedang ditunggu oleh pimpinan mereka. Siapa yang berani mengambil resiko dengan menunda-nunda paket bos mereka.
“Permisi bu, ini ada paket untuk pak bos ,,,” Nella sang resepsionis menyerahkan paket tersebut pada Reyna sekretaris Niko.
“Langsung masuk aja mbak, beliau gak sibuk-sibuk amat kok”. Reyna kembali melanjutkan pekerjaannya yang menggunung di depannya.
🍒🍒🍒
cantik cerdas dan mandiri ❤️❤️❤️