NovelToon NovelToon
Lanjut Atau Usai Disini

Lanjut Atau Usai Disini

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Wanita Karir / Percintaan Konglomerat / Selingkuh / Romansa / Cinta Murni
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: dyawrite99

"Jika aku bisa memiliki keduanya kenapa aku harus memilih salah satu saja." Alkama Basri Widjaya.

"Cinta bukanlah yang kamu butuhkan, pilih saja ambisimu yang kamu perjuangkan mati-matian." Nirmala Janeeta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dyawrite99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3

Perlahan Kama menuntun kedua tangan Nirmala untuk membuka kotak.

Dan setelahnya Nirmala kembali dibuat tertegun.

"What!? Alkamaaa!"

"Iya sayaang." Kama sangat senang ketika Nirmala sudah berteriak memanggil namanya dengan begitu semangat.

"Ini apa?!" Mengangkat benda tersebut dan memeriksa dengan teliti.

"Hadiah sayangku."

"Alkamaaa!!"

"Iya sayang."

"Ini... Hadiah macam apa kayak gini!" Mala menatap benda ditangan dengan horor. "Kamu kasih ini ke aku?"

"Iya. Aku pengen kamu pakai itu."

"Tapi ini!" Nirmala menunjukkan benda panjang berwarna merah. "Kamu jangan aneh aneh deh."

"Gak aneh. Gak papa sayang. Ini gak bahaya. Cuman mainan aja. Nanti kamu bisa ketagihan kok. Mau ya sayang."

"Gak mau! Kamu aneh aneh sih," ujar Nirmala protes.

"Dicoba dulu. Nanti juga bakal suka."

"Suka suka. Yang suka itu kamu bukan aku!"

Nirmala menusukkan nusukkan benda panjang yang dipegangnya ke perut Kama. Kama diperlakukan begitu hanya menahan senyum.

"Ini juga. Baju kurang bahan. Nanti juga cuman kepake lima detik kamu sobekin."

"Baju itu memang dibuat untuk dirobek sayang."

"Udah ah aku gak mau. Pakai ini sendiri," Nirmala memberikan hadiah ke tangan Kama.

Nirmala mengambil lingerie dan alat pemuas wanita, lalu menyerahkannya pada Kama.

Kama hanya tersenyum santai. Ia tahu jika Nirmala hanya bercanda.

"Aku kan sudah kasih hadiah. Nah ini aku kasih barang sebagai hadiah kamu buat aku."

"Oh jadi gitu cara mainnya. Dasar pamrih," Nirmala berpura pura marah, "Tapi sorry yang sayangku. I'm in my period."

Kama mendekati Nirmala dan memeluk pinggang ramping Nirmala.

"Don't lie to me. Aku tahu jadwal kamu sayang." Kama tersenyum menampilkan deretan giginya yang putih.

"You jerk."

"Yes i'm."

Malam itu Nirmala tidak dapat mengelak. Kama memang mengingat jadwal tamu bulanannya. Tidak ada lagi alasan bagi Nirmala untuk menolak.

Malam yang begitu panjang mereka lalui. Alat yang disiapkan Kama dipergunakannya dengan sebaik mungkin.

Nirmala mencapai puncak kenikmatan dengan alat itu berkali kali. Kama seperti sengaja mengerjainya habis habisan.

Jeritan dan lenguhan Nirmala seperti semangat Kama untuk berbuat semakin liar dan panas.

Kenikmatan demi kenikmatan Nirmala raih berkali kali. Kenikmatan itu sedikit membuatnya terlupa dengan keinginan utamanya pada malam itu. Keinginan yang selama ini ia tunggu ternyata adalah hanya kepuasan birahi yang Kama berikan.

Nirmala seperti tidak boleh berharap lebih dari seorang Alkama Basri Widjaya. Keinginan dipersunting sepertinya masih jauh dari harapan.

Deru nafas Kama dan Mala saling berkejaran.

Nirmala bersandar pada dada bidang Kama yang juga bersandar pada sofa kecil yang muat hanya untuk satu orang. Namun mereka gunakan berdua. Nirmala duduk di atas pangkuan Kama namun posisinya membelakangi Kama.

Kama menggenggam alat pemuas itu dan dipasang pada Mala. Getaran pada alat itu membuat Nirmala kewalahan. Nafas Nirmala sudah kembang kempis.

"Alllll. Gak kuuattthh."

Kama tidak menghentikan. Ia tahu jika Nirmala akan segera sampai pada saat yang berbahagia. Sebelah tangan Kama yang satunya meremas dua benda kepunyaan Nirmala dengan kencang membuat Nirmala makin gelisah dan kacau.

"Akhh," Nirmala menghembuskan nafas lelah namun penuh kepuasan setelah mencapai puncaknya.

"Kamu hebat sayang," Kama mengecup pelipis Nirmala dengan sayang.

Setelah dirasa Nirmala sudah mendapat istirahatnya. Kama menuntun Nirmala berpindah ke tempat tidur untuk berbaring kemudian mengubah posisi Nirmala menjadi telungkup.

Dikecupinnya punggung Nirmala dari atas sampai bawah dan kembali lagi ke atas menuju daun telinga Nirmala.

"Kita lanjutkan sayang."

Setelah memasukkan miliknya dari belakang Nirmala, Kama langsung memompa dengan semangat. Menggauli Nirmala adalah kenikmatan surgawi bagi Kama dan tidak ada seorang pun yang dapat memberikan kepuasan itu selain Nirmala.

"Ahh, aahhh."

Sepanjang malam itu mereka habiskan demi meraih kenikmatan demi kenikmatan.

****

Setelah malam panas mereka terlewati, pagi ini Kama dan Nirmala sedang menyantap sarapan pagi mereka dipukul 08.00.

Sebenarnya Nirmala masih belum puas untuk tidur namun karena Kama akan berangkat ke kantor sebentar lagi jadi dia sempatkan bangun dan ikut sarapan bersama Kama.

"Kalau mau lanjut tidur setelah ini gak papa sayang."

"Gak, aku mau ke kantor saja."

"Sebaiknya kamu istirahat sayang."

"Gak perlu. Kalau kelamaan aku di sini makin bahaya di akunya."

"Ya sudah. Nanti pulangnya kesini lagi jangan ke apartemen kamu."

"Ngapain?"

Kama menarik nafas dalam. Inilah kekurangan Nirmala bagi Kama. Susah diatur. Kama ingin sekali menjinakkan Nirmala. Dari tidak mengizinkan bekerja dan diajak untuk tinggal serumah. Namun semua itu selalu ditolak Nirmala. Bukan sekali dua kali ajakan itu. Namun hasilnya tetap sama.

Kama ingin Nirmala untuk tidak bekerja karena dengan kesibukkan Kama sangat susah mengatur bertemu mereka namun Nirmala juga berkeinginan untuk tetap bekerja. Alhasil waktu Nirmala dan Kama susah untuk disamakan. Untungnya Kama sudah punya cara untuk mengantisipasinya.

Dan untuk ajakan tinggal serumah juga selalu Nirmala tolak. Entah kenapa Nirmala enggan jika mereka tinggal serumah.

Ya, walau pada akhirnya masing-masing dari mereka punya tempat pakaian pribadi di apartemen milik Kama maupun Nirmala yang juga menyimpan pakaian Kama.

Pagi ini Nirmala masih bersikap sedikit ketus padanya.

Kama akui ini memang kesalahannya. Tidur Nirmala terganggu karena ia yang sedang dilanda hasrat melihat sang kekasih yang terlelap.

Alhasil dengan keinginan Kama yang tidak bisa dihentikan jadilah pagi ini mereka melakukan dua sesi yang memuaskan.

Kama tahu dia sudah membuat kekasihnya itu kelelahan maka dari itu ia meminta Nirmala untuk tetap tinggal dan tidak perlu bekerja.

"Okey. Kamu jangan terlalu capek kerja. Nanti aku yang ke tempat kamu."

Nirmala tetap diam. Ia tidak mau dikendalikan oleh Kama. Di kehidupannya yang sedari dulu sudah mandiri ia tidak mau bergantung pada siapapun termasuk seorang laki laki. Walaupun Kama adalah kekasihnya namun tetap harus ada batasan dan pengendalian pada diri Nirmala yang harus ia kontrol. Ia tidak mau menjadi budak cinta.

Nirmala tidak mau bergantung pada pasangan karena setiap orang harus punya landasan bagi dirinya sendiri untuk tetap bisa berdiri tegap tanpa orang lain. Karena tidak ada yang tahu kedepannya nanti jika orang yang kita sayangi pergi. Entah itu diambil tuhan atau diambil orang lain.

Ya sebut saja ayahnya sendiri. Ada contoh nyata yang Nirmala lihat bahwa bergantung pada orang lain hanya akan membuat dirimu lemah.

Ayahnya adalah cinta pertamanya namun cinta itu harus pudar karena sang ayah yang lebih memilih cinta orang lain daripada ibunya yang sudah menemani selama bertahun tahun.

Tapi tak apa. Begitulah hidup. Adakalanya kita merasa bahagia seolah ingin hidup selama seribu tahun di dunia. Namun saat manusia itu jatuh bahkan melihat matahari terbit pun terasa melihat api neraka.

"Kamu denger aku kan sayang. Nanti aku ke tempat kamu."

"Iya. Terserah kamu sayang."

Ada makna ganda yang diartikan Kama dari kalimat terserah. Oh tuhan kenapa kau buat Kama harus begitu menyukai wanita pemberontak ini.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!