Setiap perempuan yang berstatus seorang istri pasti menginginkan dan mendambakan memiliki seorang keturunan itu hal yang wajar dan masuk akal.
Mereka pasti bahagia dan antusias menantikan kelahirannya, tetapi bagaimana jadinya kalau seorang anak remaja yang berusia 19 tahun yang statusnya masih seorang gadis perawan hamil tanpa suami??
Fanya Nadira Azzahrah dihadapkan pada situasi yang sangat sulit. Dia harus memilih antara masa depannya ataukah kehidupan dan keselamatan kedua saudaranya.
Apakah Caca bersedia hamil anak pewaris Imran Yazid Khan ataukah harus melihat kakaknya mendekam dalam penjara dan adiknya meninggal dunia karena tidak segera dioperasi??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 13
Sejak Caca dinyatakan positif hamil muda, tidak ada yang berani menyuruh ataupun meminta tolong kepada Caca mengerjakan ini itu.
Memang sejak kedatangannya di rumah itu kerjaannya hanya ongkang-ongkang kaki dan keliling taman dan rumah itu kalau sudah capek dan bosan makan dan tidur.
Semua orang melayani dan menjaga calon bayinya Caca, tidak ada satupun art yang protes dan berkomentar mengenai hal tersebut. Dikarenakan kedatangan Caca membawa banyak perubahan dan keberkahan dihidup mereka.
Imran menginformasikan kepada mamanya Bu Maryam kalau perempuan yang menjadi surrogate mother untuk penerus keluarganya dinyatakan positif hamil.
Setelah pulang dari kantornya tanpa terduga Imran membawakan beberapa banyak makanan sehat khusus untuk ibu hamil, seperti buah-buahan segar terutama buah-buahan yang paling disukai oleh ibu hamil.
“Alhamdulillah makasih banyak ya Allah akhirnya aku bakal menjadi calon ayah dan akan memiliki seorang anak. Nggak apa-apa anakku lahir bukan dari rahimnya Selina yang paling penting aku memiliki keturunan dan anak itu harus laki-laki.”
Imran berjalan ke arah dalam rumahnya dan tanpa menemui istrinya terlebih dahulu seperti yang biasa dilakukannya.
Semua art yang kebetulan melihat dan berpapasan dengannya menyapanya dan membungkukkan badannya ketika Imran bersua dengan art tersebut.
“Selamat sore Tuan Besar Imran,” sapanya Bibi Asih yang kebetulan berada di depan paviliun.
“Selamat sore, apa Azzahrah ada di dalam kamarnya?” Tanyanya sambil menenteng beberapa kantong plastik kresek belanjaannya.
Bi Asih dan Mbak Rita yang melihat apa yang dipegang oleh Imran membuat keduanya saling bertatapan keheranan.
Keningnya Bi Asih berkerut melihat kedatangan Imran yang tidak pernah berada di sekitar lokasi tempat tinggal para asisten rumah tangga dan ini adalah pertama kalinya Imran menginjakkan kakinya di tempat mereka berada.
“Bukannya Zahrah yang hamil yah dan bukan nyonya Selina? Kenapa Pak Imran perhatian banget kepada Zahrah yang jelas-jelas bukan istrinya?” Bisik Bibi Asih.
“Apa bibi lupa kalau Rendy adalah anak buah kepercayaannya Tuan Muda kita, mungkin karena itulah Pak Imran bela-belain membawakan makanan untuk Zahrah,” bisiknya pula Mbak Rita.
“Betapa beruntungnya Zahrah dan calon bayinya. Memang sih sejak kedatangan Zahrah hidup kita jadi lebih baik dan suasana di rumah utama juga semakin lebih hidup nggak kayak sebelum Zahrah datang yang hampir setiap jam dengar nyonya Selina ngomel-ngomel,” celetuk bi Salma tapi untungnya tidak didengar baik oleh Imran.
“Betul-betul apa yang kamu katakan Salma, kita juga nggak jadi kena potong gaji karena kedapatan berbincang-bincang saat menjemur pakaian kan. Intinya kita semua ketiban rejeki selama Zahrah hadir di rumah ini,” ujarnya mbak Rita yang memelankan suaranya.
Imran hanya melirik sepintas lalu ke arah keempatnya yang bergosip tepat di sampingnya tanpa protes sedikitpun padahal jelas-jelas mereka berbisik-bisik di belakangnya.
“Zahrah ada di taman samping Tuan Muda. Kalau mau menunggu di sini ijinkan saya yang akan memanggil Zahrah untuk menemui Tuan Muda,” pintanya Mbak Rita.
“Nggak perlu repot-repot, aku yang akan langsung menemuinya. Pak Ado tolong pindahkan barang-barang yang ada di dalam bagasi mobil dan bawa semuanya ke dalam kamarnya Zahrah!” Titahnya Imran.
Semua orang yang berdiri di sana kembali keheranan karena Zahrah kembali mendapatkan banyak rezeki dari majikannya.
“Siap Tuan Muda! perintah akan saya laksanakan sebaik-baiknya!” Pak Ado berjalan cepat ke arah depan tanpa berlama-lama.
Imran menyodorkan beberapa kantong kresek tersebut ke hadapan Rita,” antar ke dalam ini juga dan simpan di dalam lemari pendinginnya setelah kamu bersihkan terlebih dahulu. Ingat jangan sampai makanannya terkena kotoran ataupun debu. Harus steril agar calon bayinya Zahrah dan ibunya tidak kenapa-kenapa.”
“Baik Tuan Muda,” balas Mbak Rita art yang paling muda dari semua yang bekerja di sana.
Tersisa sebuah kotak mika yang berisi aneka asinan buah dan rujak yang dipegangnya.
Imran berjalan ke arah taman dimana Caca berada, dia tersenyum membayangkan dirinya akan mendapatkan keturunan.
Sudah lebih lima tahun pernikahannya bersama dengan Selina, bukannya istrinya hamil melainkan sudah dua kali menjalani operasi pengangkatan indung telur dan juga rahimnya karena mengidap penyakit kista dan terakhir kanker rahim stadium awal.
Imran dan Selina menyembunyikan kebenaran penyakit itu dari siapapun kecuali Rendy dan Bu Maryam, hanya mereka yang mengetahui rahasia tersebut hingga detik ini.
Langkah kakinya terhenti dikala melihat Caca dan Rendy yang saling bercanda bersama sambil menikmati buah-buahan segar yang dibeli oleh Rendy.
Rendy sangat perhatian kepada Caca karena baginya Caca sudah dianggap adik kandungnya sendiri. Apalagi mengingat Rendy tidak memiliki adik perempuan, ketiga saudaranya adalah lelaki semuanya.
Meski mereka bersenda gurau, tapi mimik wajahnya Rendy masih saja kaku dan melempeng tidak terlihat tersenyum ataupun gembira padahal dia sedang tertawa.
Sungguh ekspresi wajah yang aneh, atau apakah karena otot-otot wajahnya yang sangat keras dan kaku sehingga terlihat sulit untuk tersenyum. Kata Emak Daeng entahlah apa yang terjadi padanya Rendy.
“Makan buahnya Dek, kamu itu sedang hamil jadi harus banyak makan makanan yang sehat dan bergizi tinggi,” ucap Rendy sambil menyuapi makanan ke dalam mulutnya Caca.
Caca meneteskan air matanya saking terharu bahagianya dengan perlakuan Rendy kepadanya.
“Masya Allah, Mas Rendy mengingatkan aku dengan almarhum bapak. Beliau selalu menyuapi ku makanan kalau aku susah makan,” ucapnya parau.
Rendy menyeka air matanya Caca,” kalau begitu mulai detik ini kamu anggap aku sebagai pengganti bapakmu saja dan stop menangis lagi karena nggak baik ibu hamil sering-sering menangis akan berpengaruh kepada kondisi janin kamu.”
Caca malah mencapit kedua sisi pipinya Rendy yang terasa keras, “So sweetnya Mas Rendy calon imam siapa coba ini. Hemp kayaknya Mbak Rita atau Mbak Resti deh yah cocok dengan Mas Rendy.”
“Apaan, Rita bukan tipe ku. Aku suka perempuan yang berhijab dan lemah lembut sedangkan Rita itu terlalu bar-bar dan suka ceplas-ceplos,” ucap Rendy yang secara tidak langsung menilai sikapnya Rita tapi jangan lupakan ekspresinya masih datar-datar saja.
Imran melihat kedekatan mereka yang sangat akrab dan tiba-tiba timbul dihatinya rasa tidak nyaman melihat kedekatan mereka. Tapi, Imran buru-buru membuang perasaan aneh itu dari dalam benak dan hatinya yang muncul sesaat dipikirannya.
“Hemph, selamat yah kamu sudah hamil calon anakku dan mulai sekarang kamu harus ekstra hati-hati beraktifitas dan jaga pola makan kamu jangan asal makan makanan. Ini ada sedikit makanan untuk calon anakku,” ucapnya Imran yang berbicara seperti gerbong rel kereta api tanpa jeda sembari melirik sekilas ke arah Rendy terlebih dahulu sebelum menyerahkan berbagai makanan itu untuk Caca.
“Masya Allah, Alhamdulillah makasih banyak Tuan Muda, Anda sudah repot-repot membawa makanan ini untuk kami,” balas Caca yang bahagia mendapatkan makanan yang memang diinginkannya.
Imran tidak membalas ucapan Caca dan langsung berlalu dari hadapan keduanya sedangkan Rendy hanya menatap intens kepergian Imran dari hadapan mereka.
Sedang sifat Selina malah terkesan protektif menjaga kesehatan dan kondisi psikologisnya Caca agar kesehatan calon anaknya tidak kekurangan gizi dan kenapa-kenapa. Dia melakukannya semata-mata bukan karena Caca tapi alasannya anak kandung dari suaminya sendiri.
Selina turun dari tangga yang berjalan perlahan. Tanpa sengaja, ia melihat Pak Ado membawa beberapa barang bawaan di kedua tangannya.
“Pak Ado! Itu belanjaan siapa dan mau dibawa kemana?” Tanyanya Selina dengan suara khas cemprengnya.
Pak Ado nyengir lebar sebelum berbicara, “Ini barang belanjaannya Tuan Muda Imran, Nyonya. Ini dibeli khusus untuk Zahrah katanya karena sedang hamil muda jadi butuh makanan yang bergizi,” jawabnya Pak Ado.
Seketika Selina kesal mendengarnya karena dia tidak ingin suaminya terlalu berlebihan dalam memperhatikan Zahrah.
“Kenapa Mas Imran nggak meminta izin kepadaku terlebih dahulu sih!? Gue kan istrinya bukan Zahrah,” gerutunya sambil memperhatikan Pak Ado yang sudah berlalu dari hadapannya.
Malam harinya…
Selina dan Imran baru saja selesai melaksanakan kegiatan adu peluhnya malam itu. Selina bermanja-manja dengan suaminya.
Pria yang baru berusia 38 tahun masih segar,kuat staminanya untuk meminta haknya kepada sang istri tercinta tetapi, Selina yang baru beberapa bulan telah menjalani operasi sehingga mengurangi kemampuannya untuk beraksi membahagiakan suaminya seperti kebiasaannya.
Jari jemarinya memainkan dada bidang suaminya,” sayang apa persiapan pura-pura hamilnya sudah siap semuanya seperti pakaian hamil palsu dan juga tempat rumah sakit untuk melahirkan di Singapura sudah diatur kan?”
“Sudah beres semuanya tinggal berangkat ke Singapura. Mas minta besok pagi pas sarapan kamu berpura-pura mual-mual dan perlihatkan alat tespack yang bergaris dua itu di depanku dan Mas akan langsung mengumumkan di depan semua orang,” ujarnya Imran yang sudah merencanakan segalanya.
Selina tersenyum puas setelah berbicara dengan suaminya,” yes! Berhasil nggak lama lagi aku akan menjadi menantu yang paling disayangi oleh Mama Maryam dan Papa.”
Imran terdiam membayangkan perutnya Caca yang sudah besar dan dia yang mengantar Caca ke dokter kandungan untuk memeriksakan kondisi kesehatan calon bayinya.
“Pasti seru banget kalau aku menemani Zahrah dan melihat calon bayiku dari layar komputer,” batinnya Imran.
“Nggak perlu gue protes dan permasalahkan apa yang dilakukan oleh suamiku sore tadi. Nggak apa-apa lah yang paling penting calon baby kami sehat dan lahiran normal,” monolognya Selina.
Keesokan harinya, semuanya berjalan lancar sesuai dengan yang mereka harapkan.
Semua orang berjejer rapi dan mengucapkan selamat kepada Selina dan Imran. Caca dan Rendy ingin tertawa terbahak-bahak melihat adegan yang diperankan oleh Selina sebagai wanita yang hamil muda.
“Gue muak banget melihat tingkah konyol nyonya Muda Selina,” gumamnya Caca.
“Anggap saja dia lagi belajar akting di depan kita dan yang menjadi jurinya adalah kita,” balasnya Rendy yang masih saja bermimik wajah datar dan kaku.
“Selamat yah nyonya muda akhirnya Anda hamil lagi untuk ketiga kalinya,” ucapnya bi Asih.
Yang mereka ketahui selama ini adalah Selina sakit karena mengalami keguguran padahal nyatanya Selina dirawat di rumah sakit disebabkan oleh penyakit yang dideritanya.
“Congratulation nyonya muda Selina semoga calon bayinya dan ibunya sehat dan selamat hingga lahiran,” ujarnya Mbak Rita.
“Akhirnya Tuan Muda dan Nyonya Muda Selina akan segera mendapatkan calon penerus keluarga besar Yazid Khan,” ucap pak Ado.
“Masya Allah akhirnya rumah ini tidak akan sepi dan sunyi lagi karena akan lahir baby imut dan gemes tidak lama lagi,” ujarnya Bibi Salma.
“Ngomong-ngomong sudah berapa bulan kehamilannya Nyonya Muda Selina?” Tanyanya bi Salma.
Selina dan Imran saling pandang, keduanya reflek menjawab tetapi jawaban mereka malah membuat orang-orang bertanya-tanya keheranan.
“Satu bulan lebih,” jawabnya Imran.
“Dua bulan lebih,” jawab Selina.
“Lah piye toh nyonya muda, kok bisa berbeda jawabannya yah?” Celetuknya Bibi Asih.
“Sebenarnya siapa yang hamil Tuan Imran atau Nyonya Selina yah? Terus bukannya baru sebulan dua mingguan lebuh Nyonya mengalami keguguran jadi mana mungkin bisa hamil dua bulan lebih?” Ceplos Ado yang kebingungan dengan suasana tersebut.
Raut wajahnya Selina pucat pasi sedangkan Imran salah tingkah dan nampak canggung dikarenakan ucapannya mereka sendiri.
Selina mencengkram kuat sendok dan garpunya seolah alat makan itu akan patah jika terus dicengkeram oleh Selina saking kesalnya dalam situasi yang tidak diinginkannya.
“Brengsek! Kenapa mereka banyak protes segala sih! Kalau gini bisa-bisa rahasia kami kebongkar,” batinnya Selina.
siapa yaa???
🤔🤔🤔🤔🤔