Kasus yang menyeret namanya ini menyebabkan Raga dikeluarkan dari sekolah. Akibat dari itu hidup Raga menjadi tambah berat selain masih dalam tahap penyelidikan polisi, masa depan yang ia tata dengan rapih hancur begitu saja. Sampai dimana Raga menghilang dan tidak pernah ditemukan lagi. Ada yang mengatakan bahwa hilangnya Raga masih bersangkutan dengan kasusnya atau penculikan berencana. Namun ditengah huru hara menghilangnya seseorang Raga munculah orang yang mengakui bahwa ia adalah sahabat Raga. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah mereka percaya Raga menghilang? Dan Apakah dia benar sahabat Raga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moonsky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Buku Tuan
"Tentunya dengan senang hati namun apakah kalian mau buatkan saya kopi atau minuman rasa?"
"Tidak usah duduklah."
Gadis lalu ikut bergabung duduk di sofa bersebelahan dengan Anwar.
"Apakah kau ini saudaranya Anwar?" Pertanyaan itu muncul begitu saja dari mulut Umbar karena bagaimana pun juga ia penasaran dengan dua orang dihadapannya ini terutama dengan perempuan yang belum mereka ketahui namanya
"Izin perkenalkan diri nama saya Gadis dan saya ini saudaranya Anwar. Ibu Anwar itu adalah adik ibu saya jadi kami masih ada hubungan darah yang lekat. Saya disini tentunya menemani Anwar karena orang tua di sedang ada urusan ke luar negeri." Penjelasannya Gadis yang seharusnya sudah cukup masuk akal dan diterima baik oleh Umbar dan Anton.
"Kalau boleh tahu kapan orang tua Anwar itu akan pulang kesini." Sekarang giliran Anton yang mengajukan pertanyaan kepada Gadis.
"Untuk pulang mereka kesini saya tidak tahu pasti namun jika kalian tidak percaya, kalian bisa cek catatan kependudukan sipil keluarga Anwar dan saya." Jawab Gadis
"Saya percaya dengan apa yang kau katakan dan saya juga percaya jika Anwar ini sahabat Raga dan saya juga percaya jika kau ini saudaranya Raga." Kata Anton sambil berdiri yang langsung diikuti oleh Umbar juga. "Kami berdua izin pamit. Maaf jika kami menganggu kalian berdua semoga kita bisa bertemu lagi." Sambungnya dan Anton langsung merangkul bahu Umbar. Terlihat dari sorot mata Umbar yang kebingungan dengan tingkah Anton padahal mereka berdua bisa menanyakan lebih dari ini.
"Kenapa kau mengakhiri pertemuan ini." Bisik Umbar sembari menuju arah pintu keluar rumah ini. Tentunya mereka keluar diantar oleh Gadis dan Anwar.
"Kita pulang saja." Balas Anton sambil berbisik. Dan setelah berada di luar halaman rumah Anwar tentunya mereka tersenyum dengan ramah ke arah mereka yang sedang berdiri di depan pintu rumahnya.
***
"Apa kau kenal dua orang tadi? Kenapa mereka bisa begitu yakin bahwa kau ini adalah sahabat Raga? Padahal aku sendiri belum melakukan tugas keji ku tapi rupanya akting kau lebih menyakinkan untuk mengelabui mereka." Tutur Gadis setelah dua orang yang dimaksud itu Umbar dan Anton pergi dari sini.
"Aku kenal mereka siapa."
"Yasudah kalau begitu selamat istirahat Anwar. Selamat menjalani hidup baru yang menyenangkan esok hari. Jika ada sesuatu yang penting kau bisa panggil aku." Itu kata kata terakhir dari Gadis sebelum dia bener bener menghilang dari penglihatan Anwar.
Kurang lebih sudah tiga hari Anwar mendiami rumah ini. Sebenarnya pun kehidupan baru tidak begitu buruk malah lebih baik namun ketakutan tetapi saja ada dibenak Anwar. Apalagi setelah tadi dua orang yang ia kenali profesi sebagai polisi menghampiri dirinya. Apakah orang orang yang dia temui waktu itu melapor pada polisi? Tapi yang jelas Anwar akan merencanakan sesuatu yang baru agar identitas sebagai sahabat Raga tetap aman dan melekat.
Kemudian Anwar melupakan pikiran tentang hal ini dulu. Sekarang langkah kakinya menuju kamar pribadi yang sangat luas bagi Anwar terbiasa tidur dikamar dengan luasnya begitu kecil.
Matanya kini melirik buku tuan yang tersimpan rapih di meja dekat ranjang kasurnya. Seolah teringat sesuatu janji pada dirinya sendiri Anwar dengan sigap mengambil buku itu.
Lalu ia membuat lembar halaman pertama yang tentunya sudah tidak asing lagi tulisan yakni.
"Buku untuk Anwar jiwa Baru."
Halaman satu sampai tiga sudah Anwar baca. Isinya hanya masa lalu hidupnya yang dulu sebagai sosok Raga tidak ada spesial maka dari itu Anwar sudah malas membaca halaman berikutnya padahal halaman larangan dan kewajiban nya belum sama sekali ia baca. Maka tidak heran jika Gadis selalu berkata kepada ia kalau dirinya tidak benar bener membaca buku dari tuan.
"Baiklah mari kita baca."
Pertama, ia akan membaca larang untuk dirinya sendiri sebagai budak tuan. Point pertama tertera bahwa sebagai budak tuan tidak boleh mengakui dirinya adalah budak tuan kepada masyakarat umum jika itu terjadi maka budak tersebut akan diberi peringatan satu. Point ketiga sampai kedelapan pembahasan sama yang pada intinya bahwa budak tuan dilarang bertindak seenaknya dan tidak boleh beribadah selain kepada tuan. Point ke sembilan menyebutkan bahwa budak tuan tidak boleh jatuh cinta kepada manusia umum jika itu terjadi manusia itu otomatis akan menjadi persembahan khusus sebagai hukuman karena melanggar peraturan ini.
"Apa apa ini, larangan seperti disekolah."
Rupanya point sembilan itu bagi Anwar tidak masuk akal. Kenapa dilarang jatuh cinta? Apa yang salah dengan jatuh cinta.
"Sebagai persembahan." Gumamnya
Ya Anwar tidak salah membaca jika dia melakukan hal ini maka hukuman yang ia dapatkan ialah mempersembahkan orang tersebut kepada tuan dalam artian santapan ataupun budak untuk di dunia tuan.
Sampai dimana Anwar selesai membaca larangan tersebut sampai tuntas. Dari semua larangan yang sudah ia baca hanya ada satu yang tidak ia setuju yaitu jatuh cinta. Anwar tidak setuju bukan berarti ia akan melanggar tapi bukannya jatuh cinta tidak mengenal waktu dan tempat.
"Pokoknya aku harus bertanya kepada Gadis toh perempuan itu sudah alam hidup sebagai budak tuan, jadi aku rasa dia pasti memiliki jawaban atas point ini." Gumamnya sekali lagi sambil bersungut-sungut
Dan sekarang Anwar membaca tentang kewajiban yang harus ia lakukan kepada tuan. Belum sempat membuka halaman tersebut tiba tiba lampu kamar Anwar mati secara mendadak. Yang mana hal ini membuat Anwar kebingungan lalu mencari benda ataupun handphone untu mengeluarkan cahaya agar dirinya bisa melihat keadaan sekitar saat ini. Setelah mendapati handphone nya lalu menyalakan flash yang mengarahkan kepada dirinya Anwar bisa melihat bayangan besar dihadapannya ini. Anwar memastikan jika itu bukanlah bayangan tubuhnya dan ketika hendak melihat ke arah belakang flash yang Anwar nyalakan lewat handphone itu mati, sampai pandangnya pun kembali menjadi gelap dan tanpa disadari dirinya bukan berada di kamarnya lagi melainkan disebuah tempat yang tidak ada ujungnya tempat yang tidak asing bagi Anwar.
"Apa kamu masih mengingat tempat ini dan suaraku Anwar?"
Anwar terkejut bukan main jika saat ini dirinya sedang berada di dunia tuan lagi. Tapi bagaimana bisa berubah transisi secepat ini padahal dirinya jelas jelas berada di dalam kamar.
"Tentunya aku mengingatmu tapi bagaimana ini bisa terjadi lagi? Apakah aku berbuat salah? Aku minta maaf jika berbuat salah. Jangan siksa aku ditempat ini." Khawatirnya yang berlebihan sambil bersimpuh kepada suara tersebut
"Aku sama sekali tidak akan menghukum mu. Hanya saja aku ingin bermain bersama mu dengan melihat mu kesakitan seperti ini."
"Kesakitan? Apa maksudmu."
Saat itu juga petir menyambar seluruh tubuhnya yang mengakibatkan dirinya terbakar gosong namun yang lebih aneh lagi ialah setiap lubang tubuhnya ini sekarang mulai mengeluarkan darah disertai nyeri yang luar biasa. Anwar melihat dengan jelas darah segar yang keluar ini. Anwar kesakitan lagi. Ia bingung apa yang harus ia lakukan selain mengerang kesakitan.
Apa ini yang dimaksud kesakitan tadi.
Sampai seseorang memanggil dirinya kembali.
"ANWAR BANGUN! HARI INI KAU MASUK SEKOLAH SEBAGAI ANAK BARU CEPAT BANGUN!"
"mimpi?" Gumam Anwar