Kadang kala, yang bersama tidak selamanya bersatu. Tuhan selalu punya rencana untuk setiap manusia. Begitu pun dengan kisah Agra. Aurora mungkin dikirim Tuhan hanya untuk membuat Agra belajar satu hal, bahwa tidak semua yang ia inginkan bisa terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Zakinah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jeleous
Dari arah perpustakaan nampak seorang cewek sedang berjalan dengan buku paket yang ada dipelukannya. Ia terus berjalan menuju kelasnya hingga sebuah suara menghentikan langkahnya.
"Aurora!!" panggil seseorang itu setengah berteriak, membuat Gadis itu menatapnya bingung begitupun dengan Pemuda yang ada di sana. Dia adalah Rey dan Agra.
Gadis yang dipanggil Aurora itu pun mengernyit bingung lalu menghampiri Rey yang ada ditengah lapangan, sebenarnya ia juga malas kesana karena seseorang. Agra Fransisco. Namun Rey memanggilnya dengan melambaikan tangannya.
"Kenapa Rey?" tanya Aurora setelah sampai dihadapan Rey.
Agra hanya menatap mereka datar, namun tak bisa dipungkiri bahwa ia tak suka melihat ini. Ia juga bingung dari mana Rey dan Aurora saling kenal?
Rey tersenyum tipis lalu menjawab pertanyaan Aurora. "Gak ada apa-apa sih hehe..." cengir Rey membuat Aurora menghela nafas malas, dan Agra yang berdecih sinis.
Agra bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju tepi lapangan untuk mengambil bola basket yang ada disana yang telah digunakan kelas lain untuk olahraga.
Ia pun memantul-mantulkannya ketengah lapangan lalu memainkannya dan mengabaikan dua orang itu. Sesekali Aurora melirik Agra dan pandangan mereka bertemu namun dengan cepat mereka mengalihkannya.
"Terus kenapa manggil gue?" tanya Aurora dengan wajah polosnya membuat Rey gemas lalu mengacak rambut Aurora membuat sang empunya kesal.
"Ih Rey apa-apaansih... Rambut gue berantakan kan jadinya!" omel Aurora dengan bibir mengerucut.
Rey hanya terkekeh lalu kembali mengacak rambut Aurora sehingga membuat Aurora kesal lagi. Mereka berdua asik bercanda dan melupakan seseorang yang dari tadi melihatnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
Merasa kesal dengan pemandangan didepannya ini dimana Rey membuat Aurora kesal dan ditanggapi juga oleh Aurora membuat Agra panas entah karna cahaya matahari atau pemandangan yang diliat pagi ini.
Merasa kesal karena mereka berdua tak henti-hentinya tertawa membuat Agra geram sendiri, ia pun mendrible bola basket itu lalu melemparnya dengan keras kearah ring basket, namun bukannya masuk kedalam ring bola itu malah mengenai pembatas ring hingga menimbulkan suara yang cukup besar.
Lemparan pertama tidak membuat mereka terganggu sehingga Agra mengulangi kegiatannya itu berkali kali. Dan..... Ya sukses membuat dua orang itu terganggu terbukti dari Rey yang bertanya pada Agra dengan wajah bingung dan kesalnya.
"Woy... Lo ngape sih?" tanya Rey bingung sekaligus kesal karna suara pantulan bola yang membuat obrolannya dengan Aurora terganggu.
Sementara Aurora hanya menatap datar Agra.
"Gak," jawab Agra datar dan singkat.
Rey kembali mengabaikan Agra dan kembali melanjutkan obrolannya dengan Aurora.
"Entar bareng gue ke kan-"
Praangg...
Suara pantulan bola kembali terdengar. Rey berusaha mengabaikannya berbeda dengan Aurora yang memang tidak mau ambil pusing, karena sebenarnya ia juga ingin pergi karena sudah lama berada diluar kelas, namun Rey malah menahannya.
"Bareng gue ke kantin ya Ra... Nan-"
Praaangg...
Rey masih sabar.
"Nanti gue jem-"
Praanggg....
Rey masih sabar.
"Nanti gue jemput pa-"
Praaangg...
Cukup sudah!
"Woy sialan lo kenapa sih?" teriak Rey kesal pada Agra.
"Kenapa?" balas Agra dengan tampang sok polosnya.
Rey kini sangat kesal kepada lelaki yang kini memainkan bola basket. Sementara Aurora mengulum bibirnya agar tidak ketawa melihat raut wajah Rey.
"Emm.. Yah udah deh Rey gue duluan yah. Takutnya dimarahin lagi gara2 lama diluar." pamit Aurora tersenyum tipis pada Rey namun datar pada Agra.
"Eh.. Oh yaudah deh. Entar gue jem-"
Praangg...
Lagi dan lagi.
"Iya iya nanti gue tunggu," ucap Aurora diakhiri dengan kekehan kecilnya saat melihat raut wajah Rey saat ini. Sepertinya ia benar-benar ingin memakan orang yang telah dengan sengaja memotong ucapannya.
Aurora pun pergi meninggalkan lapangan. Sementara Rey menghampiri Agra yang asik memantulkan bola kesana kemari sesekali melemparnya kedalam ring dan... Masuk!!!
"Lo kenapa sih?" tanya Rey datar dengan tangan kiri dimasukkan ke saku kirinya.
"Kenapa?" tanya Agra balik seolah tak terjadi apapun, ia masih sibuk dengan kegiatannya.
"Lo sengaja kan motong ucapan gue saat gue ngomong sama Aurora?"
"Ngapain gue harus sengaja?"
Rey tersenyum sinis sambil menematap Agra yang masih memainkan bola basket.
"Lo cemburu kan?" tanya Rey dengan raut wajah sinis.
Pertanyaan Rey mampu menghentikan aktivitas Agra. Apa benar ia cemburu melihat Aurora dengan Rey? Ah, entahlah Agra pun bingung dengan apa yang ia rasakan yang jelas ia tak suka melihat pemandangan itu.
Agra berjalan kearah Rey dengan bola basket yang ada ditangan kanannya yang ia putar-putarkan layaknya gasing.
"Cemburu?" beo-nya dengan nada sinis.
"Apa yang perlu gue cemburuin?" lanjutnya.
Rey hanya mengangkat bahunya acuh lalu memutar badannya untuk meninggalkan Agra dilapangan. Baru saja ingin melangkah suara Agra kembali menghentikan langkahnya dan membuatnya tersenyum miring tanpa Agra ketahui.
"Dari mana lo tau Aurora?" tanya Agra datar saat melihat Rey akan berbalik. Inilah yang sedari tadi memenuhi fikiran Agra.
"sok-sokan ngelak" gumam Rey dalam hati dan tersenyum miring.
"Perlu banget lo tau?" balas Rey tanpa membalikkan badannya dan kembali meninggalkan Agra yang mengumpat ditempatnya.
"Sialan!" umpat Agra dalam hati.
****
Bel pertanda istirahat telah berbunyi sejak tadi, kini kantin telah ramai oleh seluruh siswa-siswi DSHS. Disudut kantin terlihat 3 Orang tepatnya 2 perempuan seorang pemuda tampan tengah memakan makanannya dengan khidmat sesekali ditimpali dengan candaan. Dia adalah, Aurora, Keyra dan juga Rey.
Seperti yang dikatakan Rey tadi dilapangan bahwa ia akan menjemput Aurora ke kantin pada saat jam istirahat meskipun selalu dipotong karena kelakuan Agra. Ia benar-benar menepati ucapannya itu dengan menjemput Aurora ke kantin tak ketinggalan pula Keyra yang memang selalu kemana-mana bersama Aurora.
"Ra lo ada acara sepulang sekolah?" tanya Rey pada Aurora yang tengah memakan Mie Ayamnya.
Baru saja ingin menjawab namun suara Keyra terlebih dahulu menjawabnya.
"Gak usah ditanya kalo Rara mah pasti selalu sibuk." Timpal Keyra.
"Kok?" tanya Rey bingung. Rey tidak mempertanyakan siapa itu Rara, karena dia sudah mengetahuinya lewat Keyra.
"Rara slalu sibuk kerja. Bahkan gue aja slalu ditolak sama dia," jawab Keyra dengan bibir mengerucut.
"Bener Ra?"
Aurora menghela nafas berat, lalu memandang Keyra dan Rey secara bergantian. Sebenarnya ia juga tak rela jika harus terus-menerus menolak ajakan temannya. Namun mau bagaimana lagi? Ini memang sudah takdirnya.
"Maaf yah... Tapi gue bener-bener gak bisa," ucap Aurora dengan nada bersalahnya.
"Ya Ampun Ra gue cuma becanda kok." kini Keyra yang merasa tak enak karena mungkin ucapannya tadi menyinggung perasaan Aurora tanpa ia sadari.
Aurora hanya menanggapinya dengan senyum maklum sementara Rey kini memperhatikan Aurora dalam-dalam. Aurora yang merasa diperhatikan pun menghentikan acara makannya dan mendongakkan wajahnya menatap orang yang memperhatikannya.
"Kenapa?" tanya cewek itu dengan dahi mengernyit
"Eh? Gak kok hehe..." Rey tersentak kaget dan menjawab dengan kikuk disertai dengan cengirannya karena tertangkap basah Aurora tengah memperhatikan gadis itu.
Aurora hanya ber'O'ria lalu melanjutkan makannya berbeda dengan Keyra yang memang tak mau ambil pusing dengan mereka.
Keheningan menguasai meja mereka karena semuanya tengah asik memakan makannannya, hingga suara Rey mampu membuat Aurora menghentikan makannya dan membuat Keyra tersedak.
"Ra... Lo mau jadi temen gue?"
Uhhuuuk... Uhhuuuk...
"Eh Key hati-hati dong!" Aurora dengan cepat menyodorkan air minum milik Keyra kepada sahabatnya yang kini memukul-mukul dadanya pelan agar batuknya reda.
"Makasih Ra," ucap Keyra setelah batuknya berhenti.
"Ra gimana?" tanya Rey ulang tanpa memperdulikan Keyra yang tersedak.
"Hah?" beo Aurora bingung.
"itu.. Lo maukan jadi temen gue?"
"Bukannya lo bedua udah temenan?" sahut Keyra bingung. Pasalnya ia tak mengerti kenapa Rey harus menanyakan itu pada Aurora padahal jelas-jelas mereka sudah terlihat seperti layaknya teman.
"Hehe... Gue cuma mau kepastian. Takutnya Aurora risih sama gue," Jawab Rey cengengesan.
"Santai aja kali Rey. Kita juga udah nganggep lo temen kita kok." Sahut Aurora dengan nada ramahnya, yang diikuti anggukan kepala Keyra.
Sementara Rey tersenyum sumringah mendengar jawaban Aurora. Jujur Rey sangat tertarik dengan satu cewek ini itulah yang membuatnya ingin menjadi temannya. Setidaknya menjadi teman dulu. Begitulah menurut Rey agar bisa terus dekat dengan Aurora.
"Btw... Cuma Aurora nih yang ditawarin?" canda Keyra dengan senyum jahilnya serta alis yang dinaik turunkan untuk menggoda Rey.
Rey tersenyum kikuk dan menggaruk tegkuknya salting, sementara Aurora memutar bola matanya malas.
"Bu-bukan gitu maksud gue. Tap-" Ucapan Rey terpotong karena kini Keyra menertawakannya.
"Haha... Santai aja kali Rey, gak usah sampai salting gitu."
"Key udah deh!" ucap Aurora membuat Keyra menghentikan Tawanya meskipun masih cekikikan melihat raut wajah salting Rey.
Tak bisa dipungkiri bahwa Keyra tahu kalau Rey menyukai sahabatnya itu, terbukti dari tatapan dan perlakuannya ke Aurora.
Tak jauh dari sana seorang pemuda dengan sorot mata tajamnya bersama kedua sahabatnya memperhatikan gerak-gerik mereka. Rahang pemuda itu mengeras saat melihat Keyra yang nampak seperti menggoda Aurora dan Rey.
Dan yang membuatnya tambah geram adalah disaat Rey mengacak-acak rambut Aurora karena kelakuan menggemaskan cewek itu. Sementara kedua sahabatnya kini saling melempar senyum mengejek satu sama lain.
"Aduuhh Lif kok suasananya skarang jadi panas gini yak?" celutuk Deon sengaja mengejek Agra.
"Tau nih Yon. Kayaknya ada yang pengen meledak deh," timpal Alif.
Mereka berdua memang senang menggoda sahabatnya yang satu ini.
"Sakit gak sih Lif liat cewek yang kita suka asik-asikan sama cowok lain? Malah musuh bebuyutan lagi hahaha..."
"Makanya Yon kalo suka tuh gak usah sok-sokan nolak. Di ambil orang lain baru tau rasa lo haha..."
Mereka berdua terus saja menggoda Agra yang tatapannya tak pernah lepas dari 3 orang itu.
"Diem deh lo berdua!" kesal Agra karena Alif dan Deon terus saja menggodanya.
"Lagian siapa juga yang suka sama Aurora." lanjutnya cuek.
"Loh... kita gak bilang loh cewek itu Aurora." Celutuk Deon dengan menahan tawa agar tidak pecah begitu pun dengan Alif yang mengulum bibirnya agar tawanya tak pecah melihat wajah Agra yang kini memerah karena salting.
"Ma-maksud gue...."
"Hahahahaha...." kini Alif dan Deon tak dapat lagi menahan tawanya. Mereka berdua tertawa puas melihat wajah Agra yang untuk pertama kalinya salting.
Suara tawa mereka mengundang tatapan berbeda-beda dari penghuni kantin termasuk 3 orang yang kini menatapnya bingung melihat Deon dan Alif yang tertawa lepas sementara Agra yang menggeram ditempatnya.
"Sialan lo berdua!" geram Agra lalu memasukkan bakso berukuran besar kedalam mulut Deon dan Alif, membuat sang empunya tersedak dan mengundang gelak tawa penghuni kantin.
"Puas lo?" kesal Agra
"Sinting lo!!" Gerutu Alif dan Deon.
Kini suasana kantin kembali seperti semula. Alif kembali memakan makanannya dan Deon yang mengikuti arah pandang Agra.