Dikhianati pacar, siapa yang tidak sakit hati? Apalagi mau menikah dua hari lagi, tapi malah menemukan sebuah fakta jika pacarnya telah berkhianat.
Alexia yang buntu, dengan bodohnya meminta tukang kurir untuk menikah dengannya. Bagaimana jalan ceritanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6
Dengan menempuh waktu 15 menit, akhirnya mereka sampai di Taman Kuliner.
Setelah sepeda motornya terparkir, Alexia langsung menarik tangan Alex. Kedua mata Alexia berbinar melihat banyaknya gerobak makanan dan minuman. Rasanya Ia ingin membeli semuanya.
Alexia berlari menuju gerobak batagor, lalu ke gerobak sate, setelah itu ke gerobak burjo, lalu ke martabak, dan masih ada lagi. Alex yang sejak tadi mengikuti istrinya hanya bisa geleng-geleng. Apa iya istrinya itu akan memakan semua itu?
Setelah semua yang Alexia inginkan sudah terbeli, Ia mengajak Alex ke sebuah bangku bundar yang ada di Taman tersebut.
"Banyak sekali yang kamu beli. Apa ini semua akan habis?"
"Kita kan berdua, Om. Ya nanti kalau aku tidak habis ya Om Alex yang menghabiskan ini semua."
"Mana muat! Ini banyak banget loh."
"Sudah, jangan dipikirkan. Lebih baik kita makan saja, kalau hanya kita pikirkan tidak akan berkurang makanannya."
Lagi-lagi Alex hanya geleng-geleng kepala. Bisa aja istrinya ini menjawab.
Melihat istrinya itu lahap memakan ini dan itu, Alex hanya memilih makan sate lontong sambil memperhatikan Alexia.
Sepertinya dirinya meremehkan istrinya, meski memiliki postur tubuh kecil tapi, makannya ternyata banyak juga.
Jika sepasang pasutri sedang menikmati makanan mereka, berbeda di tempat lain.
Seorang ayah sedang memarahi anaknya yang telah berani membawa pergi mobil majikannya. Kalian tahu siapa? Ya, itu Aris.
"Sudah Bapak katakan, jangan berani membawa mobil itu. Tapi kamu, kenapa keras kepala sekali?"
"Ya maaf, Pak. Tadi aku bawa mobil itu untuk pamer sama Alexia. Ternyata dia sama sekali tidak terpengaruh. Justru malah saudara dan ibu tirinya yang heboh."
"Itulah, makanya kalau bukan milikmu jangan dipakai sembarangan apalagi hanya untuk pamer dan gaya-gayaan. Tadi Bapak ditelepon majikan, Bapak. Beliau menanyakan perihal posisi Bapak dan mobilnya. Kalau sampai majikan Bapak tahu, tamat riwayat Bapak. Bapak bisa langsung dipecat."
"Halah, lebay banget sih majikan, Bapak itu. Gitu aja kok main pecat. Sudah, Aris mau main aja." Aris beranjak dari tempatnya, Ia kesal karena Bapaknya terus menyalahkannya.
"Astaghfirullah, dosa apa saya sampai-sampai mempunyai anak seperti dia?" Sapto hanya bisa mengelus dada melihat kepergian Aris.
Aris yang sudah pergi meninggalkan rumah menghubungi seseorang.
"Halo, sayang. Kamu dimana?"
[Aku di kontrakan. Ada apa?]
"Aku butuh kamu. Tenang saja, aku membawa hadiah untukmu."
[Baiklah, aku tunggu.]
Tut!
Aris menyimpan ponselnya kedalam saku jaketnya dan menarik gas motornya menuju kontrakan seseorang yang baru saja Ia hubungi.
*****
Di sebuah ruangan bernuansa ala-ala pink. Sepasang kekasih baru saja selesai mengarungi samudra kenikmatan.
"Aku sudah memu4skan kamu, terus mana hadiah aku?" Seorang wanita bersandar di da-da Aris.
"Tenang saja, sayang. Hadiahnya akan aku berikan setelah ini. Aku jamin kamu pasti senang. Masak sudah menjadi kewajibannya harus pakai acara nagih sih?"
Gadis itu mengerucutkan bibirnya. "Ya kan kita harus saling menyenangkan, sayang. Pokoknya awas kalau bohong."
"Aku tidak bohong, kalau aku bohong kamu boleh hukum aku sepuas yang kamu mau."
Wanita itu langsung tersenyum.
"Oh iya, gimana rencanamu selanjutnya. Katanya Alexia sudah menikah, lalu apa kamu akan menikahi si ulet bulu itu?"
Aris nampak berpikir.
"Menurutmu, bagusnya gimana? Sukma itu sepertinya tidak memiliki apa-apa, dia hanya memiliki tu-buh dan goyangan maut untuk bisa memu4skanku."
Wanita itu menggelengkan kepalanya. Ia tidak setuju kalau Aris menikahi Sukma.
"Lagian kamu sendiri kenapa harus membatalkan pernikahanmu dengan Alexia? Dia ladang uang loh. Kalau sudah begini, aku tak bisa shopping lagi dong."
Aris membenarkan perkataan kekasihnya itu. Apalagi selama ini yang selalu mengeluarkan uang Alexia bukan dirinya. Sepertinya dirinya harus mencari korban lain. Tapi, kalau harus membuang Sukma yang memiliki go-yangan hot rasanya mubazir juga. Mungkin kalau Sukma menanyakan perihal pernikahan, Ia akan mencari-cari alasan dulu. Bukankah Sukma mencintainya? Pastilah dia akan menerima alasan tersebut.
Seketika Aris ingat akan majikan bapaknya. Bapaknya bilang kalau majikannya sedang pergi. Mendadak Aris memiliki ide dan rencana.
Setelah ini dia harus menanyakan sesuatu kepada bapaknya untuk memastikannya. Jika apa yang dipikirkannya benar, maka Ia akan menjalankan rencana itu. Aris nampak senyum-senyum sendiri membayangkan jika rencananya berhasil.
Kira-kira apa ya rencana Aris? Dan siapa wanita yang bersama Aris?
**
Sinar mentari telah menyapa, menghangatkan sebagian bumi. Cerahnya pagi memberikan semangat kepada mereka-mereka yang memiliki harapan.
Senyum ceria terukir di bibir Alexia karena hari ini Alex libur dan akan mengajaknya jalan-jalan. Mereka berdua sudah siap, penampilan mereka kompak, mengenakan kaos couple berwarna abu-abu yang semalam Alex beli sedari Taman Kuliner.
"Kita seperti ABG tidak sih?" Pikir Alexia.
"Memangnya kalau pakai kaos kembaran begini selalu dominan ke ABG ya?"
Alexia mengedikkan bahunya. Mungkin itu hanya penilaiannya saja.
"Oh iya. Selama aku menjadi suamimu, aku belum memiliki nomormu."
"Ah iya. Sini HP Om Alex, biar aku masukkan nomorku."
Alex memberikan ponselnya kepada Alexia. Alexia mengetikkan sederet nomor dan Ia simpan dengan nama 'Bee'. Alexia mengembalikan ponsel Alex kembali.
"Boleh aku minta sesuatu darimu?"
"Om Alex mau minta apa? Kalau aku bisa memberikannya pasti akan langsung ku beri. Asal jangan minta di luar kemampuanku."
"Masalahnya ini bukan minta barang. Aku hanya ingin kamu mengubah panggilan saja. Masak sama suami kok manggilnya Om terus."
Alexia nampak berpikir. Benar juga. Terlanjur nyaman jadi dia tidak menyadarinya.
Seketika Alexia terkekeh. "Kalau begitu, aku manggil Mas aja ya! Gimana?
"Lebih baik daripada kamu memanggilku Om. Gimana? Sudah siap, kan? Kalau begitu ayo kita langsung saja. Kalau kesiangan nanti panas."
Alexia menaikkan alisnya sebelah. "Ah, ternyata suamiku ini takut panas ya? Apa jangan-jangan Mas Alex ini vampire? Karena Mas Alex-."
"Haih, kamu ngomong apa sih? Mana ada vampire? Ada-ada aja kamu ini."
Alexia terkekeh melihat ekspresi wajah Alex.
Mereka berdua pun keluar dari kamar.
"Mau kemana kalian?"
Mendengar itu langkah mereka terhenti. Alexia menoleh, seketika kedua mata Alexia melotot. Melihat penampilan Sukma yang hampir telanjang buru-buru Alexia menahan suaminya agar tidak ikut menoleh.
"Ada apa?"
"Jangan menoleh, ada teri gundul."
'Teri gundul?' Batin Alex. Alex mengerutkan keningnya. Tidak paham dengan maksud istrinya, namun Ia menurut saja.
Alexia meringis melihat penampilan Sukma. Bisa-bisanya Sukma keluar menggunakan pakaian sarang laba-laba. Dirinya yang sudah menikah saja malu jika harus mengenakan pakaian seperti itu. Bagaimana bisa dia keluar tanpa merasa malu sedikitpun?
"Kita mau kemana itu bukan urusanmu. Lebih baik kamu urus dirimu sendiri yang sudah seperti wanita penggoda."
Sukma tertawa. "Apakah kamu takut jika suamimu ini aku goda?"