Alice Alison adalah salah satu anak panti asuhan yang berada di bawah naungan keluarga Anderson.
Lucas Anderson merupakan ahli waris utama keluarga Anderson, namun sayang dia mengalami kecelakaan dan membutuhkan donor darah. Alice yang memiliki golongan darah yang sama dengan Lucas pun akhirnya mendonorkannya.
Sebagai balas budi, kakek Anderson menjodohkan Lucas dengan Alice.
Menikah dengan Lucas merupakan impian semua perempuan, tapi tidak dengan Alice. Gadis itu merasa tersiksa menjalani pernikahannya dengan pria itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6
"Alice!" panggil seorang pria yang tak lain adalah Brian, teman satu kelas Alice yang sedang berjalan melewati studio foto tersebut.
Alice yang baru saja keluar dari studio pun menoleh, melihat ke arah pria itu dengan rambut coklat gelap yang sedikit acak-acakan. Ia tersenyum manis melihat temannya yang selalu ramah itu.
"Kamu habis ngapain dari studio foto ini? Kenapa sendirian? Meyra mana?" tanya Brandon dengan ekspresi wajah penasaran yang khas.
Alice tertawa kecil mendengar banyak pertanyaan dari Brian, pria itu memang sangat cerewet, sama seperti Meyra.
Mata Alice berbinar saat menjawab pertanyaan temannya itu.
"Aku baru selesai melakukan foto untuk keperluan keluarga. Meyra tidak ikut, dia baru saja berangkat ke Inggris untuk melanjutkan studinya di sana," jelas Alice sambil mengalungkan tas selempang nya ke bahu
"Oh, begitu ya. Aku kira kamu foto bareng Meyra tadi," sahut Brian sambil tersenyum simpul.
Ia kemudian melirik ke arah studio foto yang masih terlihat sibuk dengan klien-klien yang lain.
"Tapi, seru ya bisa foto di studio profesional seperti ini. Mungkin suatu saat nanti kita bisa mencobanya foto di sini bersama Meyra," ungkap Brian sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Alice mengangguk, lalu menatap mata Brandon dengan senyum ramahnya. "Tentu, Meyra pasti sangat senang kalau kita ajak foto di sini," sahut Alice dengan semangat.
Brian tersenyum lebar mendengar ajakan Alice, lalu mengangguk setuju. Mereka kemudian melanjutkan obrolan mereka sambil berjalan meninggalkan studio foto, menikmati sisa waktu luang mereka sebelum kembali ke kelas.
Alice dan Brian duduk di taman yang tak jauh dari lokasi foto. Mereka minum kopi keliling sambil menikmati angin sore.
Alice menatap Brandon yang terlihat gugup dan malu-malu. Senyum kemenangannya terpampang lebar di wajahnya. "Kamu menyukai Meyra, kan?" tebak Alice dengan nada bercanda, mengejek sahabatnya itu.
"Eum," jawab Brian malu-malu, pipinya memerah karena ketahuan oleh Alice. Dia merasa terjebak dalam perasaannya sendiri.
Alice terkekeh melihat ekspresi wajah Brandon yang lucu. "Kalau kamu menyukainya, mengapa kamu tidak mau mengungkapkannya?" tanya Alice semakin penasaran, mencoba mendorong Brian untuk jujur pada perasaannya.
"Aku ingin, tapi aku takut Meyra akan menolakku, apalagi sekarang dia sudah tidak di negara ini lagi," jawab Brian dengan nada sendu, menatap jauh ke arah langit yang tampak mendung.
Mendengar jawaban itu, Alice merasa kasihan pada temannya. Dia menepuk-nepuk bahu Brian dengan lembut, berusaha menenangkannya.
"Yang sabar, ya. Kalau Meyra memang jodohmu, pasti suatu saat kalian akan dipertemukan kembali" ujar Alice dengan suara penuh harap, berusaha memberi semangat pada Brian yang sedang dilanda kegalauan hati.
Berian mengangguk, pria itu mencari topik baru untuk mencairkan suasana. Mereka berdua bercanda sambil tertawa bersama.
Sementara itu, di dalam sebuah mobil mewah terlihat seorang pria sedang menahan amarahnya, dia tidak sengaja melewati taman dan melihat Alice di sana. Orang itu yang tak lain adalah Lucas, dia baru aja hendak datang ke studio foto, namun saat di jalan, tak sengaja dia melihat Alice duduk bersama pria lain.
"Berhenti Jack" perintah Lucas.
Tanpa banyak protes Jack langsung menghentikan mobilnya, kemudian pria itu menoleh ke belakang melihat kearah Lucas.
"Ada apa tuan" tanya Jack bingung.
"Seret wanita itu, dan bawa masuk kedalam mobil" perintah Lucas dengan nada yang tidak bersahabat.
Jack mengalihkan pandangannya kearah taman, Kini dia mengerti kenapa tuannya memintanya untuk berhenti.
"Baik tuan" ucap Jack.
Jack keluar dari dalam mobil, kemudian melangkahkan kakinya dan berjalan kearah Alice yang sedang mengobrol bersama pria asing.
"Nona Alice" panggil Jack.
Alice menoleh, ia mengerutkan keningnya melihat pria itu, Alice menoleh kebelakang memastikan ada orang lain atau tidak, pasalnya, sebelumnya Alice belum pernah bertemu dengan Jack.
"Anda memanggil saya" tanya Alice menunjuk dirinya sendiri.
"Tentu saja Alice, memangnya siapa lagi kalau bukan kamu, di sini tidak ada orang lain selain kita" sahut Brian.
"Maaf nona, tuan Lucas menunggu anda di mobil, beliau meminta saya untuk memanggil anda" ucap Jack.
Alice menatap kearah Brian, ragu. Dia tidak mungkin pergi begitu saja meninggalkan temannya sendirian di taman.
"Pergilah, aku juga harus pulang. Sebentar lagi juga mau hujan" ucap Brian yang megerti tatapan Alice.
Alice mengangguk lantas mengikuti Jack menuju ke mobil Lucas. Jack lebih dulu membukakan pintu untuk Alice sebelum masuk ke bagian kemudi.
Ketika Alice masuk ke mobil, dia mengucapkan terima kasih dan duduk di samping Lucas.
Suasana di dalam mobil terasa sunyi dan tegang, membuat Alice tak berani menoleh sedikit pun ke arah Lucas. Wajahnya tampak menunduk, mencoba mengendalikan emosi yang bergejolak di dalam hatinya.
Lucas, yang tak bisa menahan rasa kesalnya, akhirnya berbicara dengan nada sinis, "Aku kira nona Alice ini wanita baik-baik, tapi ternyata sama saja. Sudah mau menikah tapi masih berani berkencan dengan pria lain di depan umum." Senyum sinis terukir di wajahnya, menatap Alice yang semakin merasa tertekan.
Alice merasakan hatinya bergetar hebat, menahan amarah yang ingin meledak. Namun, dia masih berusaha menjaga sikapnya agar tidak terlihat terlalu emosional.
Dalam hati, dia berbicara pada dirinya sendiri, mencoba meyakinkan bahwa dia tidak salah dan tidak perlu merasa bersalah. Air mata mulai menggenang di pelupuk mata Alice, tetapi dia berusaha keras menahannya agar tak jatuh. Kepalanya tetap menunduk, tak mampu menatap mata Lucas yang terus memandangnya dengan sinis.
Suasana di dalam mobil semakin menyesakkan, membuat Alice merasa seolah-olah berada di dalam ruangan yang sempit dan gelap.
"Dia temanku bukan kekasihku" ucap Alice.
Tiba-tiba, Lucas yang kesal menarik rambut Alice dengan keras sehingga wanita itu terpaksa menatap ke arahnya. Rasa sakit menyeruak di kepala Alice, namun dia tidak berani melawan.
"Lihat aku jika aku sedang berbicara!" perintah Lucas dengan marah, tatapan matanya tajam dan penuh kemarahan.
Alice menelan ludah, matanya berkaca-kaca namun dia berusaha keras untuk tidak menangis di depan pria yang akan menjadi suaminya itu.
"Sebentar lagi kau akan menjadi nyonya Anderson," lanjut Lucas, wajahnya semakin mendekat sehingga Alice bisa merasakan hembusan napas pria itu di wajahnya. "Jaga sikapmu, jangan berdekatan dengan pria lain!"
Alice menatap Lucas dengan perasaan yang bercampur aduk, ada rasa takut, marah, dan juga kecewa. Namun dia tidak bisa mengatakan apa-apa, hanya bisa menundukkan kepalanya lagi sambil merasakan air mata yang mulai mengalir perlahan di pipinya. Wanita itu buru-buru menghapusnya agar tidak terlihat oleh Lucas.
"Aku mengerti Lucas" cicitnya lirih.
Lucas melepaskan tangannya dari rambut Alice secara kasar, membuat wajah wanita itu menoleh kesamping.
"Berhenti Jack" perintah Lucas.
Jack menepikan mobilnya di tepi jalan. Lalu Lucas meminta Alice untuk turun dari mobilnya.
"Turun dari mobilku sekarang juga" titah Lucas.
Alice mengangguk dan segera keluar dari mobil Lucas. Setelah Alice keluar, Lucas pergi begitu saja meninggalkan Alice sendirian di pinggir jalan. Sungguh tega sekali pria itu dengan calon istrinya, tidak ada sedikitpun rasa iba kepadanya.
aihhh bikin lah Alice strong woman Thor jangan terlalu myek menyek
hadirkan juga laki² bertanggung jawab, mapan pokoknya impian para wanitalah untuk melindungi Alice