NovelToon NovelToon
Buku Nabi

Buku Nabi

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Iblis / Epik Petualangan / Perperangan / Persahabatan
Popularitas:722
Nilai: 5
Nama Author: Equinox_

Sebagai pembaca novel akut, Aksa tahu semua tentang alur cerita, kecuali alur ceritanya sendiri. Hidupnya yang biasa hancur saat sebuah buku ungu usang yang ia beli mengungkap rahasia paling berbahaya di dunia (para dewa yang dipuja semua orang adalah palsu).

Pengetahuan itu datang dengan harga darah. Sebuah pembantaian mengerikan menjadi peringatan pertama, dan kini Aksa diburu tanpa henti oleh organisasi rahasia yang menginginkan buku,atau nyawanya. Ia terpaksa masuk ke dalam konspirasi yang jauh lebih besar dari cerita mana pun yang pernah ia baca.

Terjebak dalam plot yang tidak ia pilih, Aksa harus menggunakan wawasannya sebagai pembaca untuk bertahan hidup. Ketika dunia yang ia kenal ternyata fiksi, siapa yang bisa ia percaya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Equinox_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keluarga Valerius

Dalam konfrontasi yang berlangsung di depan resepsionis Rumah Sakit Kekaisaran, Auriel menghampiri Aksa dan mencoba menenangkannya.

“Auriel, mengapa engkau ada di sini?”

“Aksa, tidak seharusnya kau membuat keributan di tempat seperti ini. Lihatlah sekelilingmu baik-baik.”

Mata Aksa melihat pemandangan yang sering ia alami. Banyak orang yang memandangnya dengan rendah, seolah jijik dengan dirinya.

Ia mulai tertunduk. 'Aku lepas kontrol,' pikirnya.

Auriel menghampiri petugas keamanan yang telah memukul Aksa sebelumnya, mencoba berbicara dengannya untuk menghentikan konfrontasi. Lalu, ia menghampiri resepsionis. Tanpa meninggikan nadanya, ia berkata, “Tolong hubungkan saya dengan kepala administrasi, dan bilang seseorang dari Keluarga Valerius.”

Wajah resepsionis yang tadinya sinis itu kini pucat pasi. Ia segera menghubungkan dengan kepala administrasinya dan memberikan alat komunikasi kepada Auriel.

Beberapa orang di sekitarnya yang mendengar nama Keluarga Valerius itu tiba-tiba menunduk hormat padanya.

“Aksa, kau tenang saja. Hanya untuk kali ini, aku membantumu,” ujar Auriel dengan memasang wajah empati yang dalam.

Aksa tak mengerti apa yang terjadi. Beberapa orang yang tadi memandangnya sinis kini memandang Auriel dengan tatapan kagum dan hormat. “Kau... apa yang sebenarnya kau lakukan?”

“Aku hanya membantumu sedikit. Dan Aksa, apa yang terjadi denganmu? Mengapa kau ada di rumah sakit?”

Alih-alih menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, Aksa mengajak Auriel untuk pergi melihat kondisi ibunya.

Auriel, tanpa penolakan dan setuju dengan sepenuh hati untuk melihat kondisi ibu Aksa.

Di dalam ruangan itu, hanya ada Hannah dan sebuah tabung berisi air warna biru. Di dalam tabung itu, terbaring seorang wanita berambut perak. Di sebelahnya, terdapat artefak pendeteksi diagnosis kondisinya.

Detak Jantung: Stabil

Suhu Tubuh: Normal

Napas: Stabil

Jiwa: Kosong

Penyakit: Tidak terdeteksi (?)

Auriel menyimak setiap baris yang ada. “Ibumu kondisi fisiknya baik-baik saja, tapi mengapa seperti cangkang kosong?”

Aksa mundur beberapa langkah dan mencari posisi untuk duduk, bersandar ke lantai di sebelah pintu masuk. Tangannya memegang kepalanya, rambutnya masih acak-acakan. Ia menjelaskan secara rinci kejadian yang ia alami sedari ia bangun tidur hingga dokter datang memeriksa ibunya.

Auriel perlahan duduk di samping Aksa, menyimaknya dengan dalam. Ia tak memotong sepatah kata pun dari Aksa saat ia bercerita. Matanya benar-benar fokus menatap wajahnya.

“Jadi, begitulah,” ucap Aksa, menyelesaikan ceritanya sambil memalingkan wajahnya ke kanan.

Ia melihat wajah Auriel yang sangat dekat. Begitu dekat hingga ia bisa merasakan napas hangat Auriel. Matanya yang hitam menatap mata biru cerah jernih milik wanita di depannya.

Untuk sesaat, waktu seolah berhenti, dengan sengaja mempermainkan takdir dengan kejadian ini. Menyadari hal yang sama, sontak keduanya menarik diri dan membuang muka masing-masing dengan wajah yang memerah.

Sedari awal, Auriel tidak menyadarinya sama sekali. Secara tidak sadar, ia mendekatkan wajahnya ke dekat tubuh Aksa karena asyik tenggelam mendengarkan cerita.

“Kenapa kau membantuku?”

“Yah, tidak ada alasan khusus. Aku hanya tidak ingin ada keributan di rumah sakit keluargaku.”

Aksa memandang kembali Auriel, seakan tak percaya dengan perkataannya. ”Keluargamu pemilik rumah sakit ini?” tanya Aksa dengan nada tak percaya. “Aku tahu kau orang kaya dari penampilanmu, tapi aku tidak menyangka bahwa kau benar-benar tajir melintir.”

Aksa merasakan kesenjangan sosial seolah langit dan bumi. Ia membayangkan Auriel yang sedari kecil pasti hidupnya sangat enak, tak pernah memikirkan esok mau makan apa, dan tak perlu mendapat belas kasihan serta bantuan dari orang lain.

Auriel hanya mengangguk acuh tak acuh. Tak ada yang istimewa dari kondisinya saat ini, merasa biasa dengan hal yang telah ia punya selama ini.

“Maka dari itu, aku membantumu, seluruh biaya pengobatan ditanggung olehku,” ujar Auriel sambil mengangkat jari telunjuknya di depan mulutnya. ”Akan tetapi, ada satu syarat yang tak boleh kau tolak.”

“Hah?! Syarat?”

'Sial, ini pasti jebakan piciknya. Tapi aku tak punya pilihan lain. Apa pun permintaannya, aku akan menurutinya demi Ibu,' pikirnya.

“Buku aneh itu, kau harus meminjamkannya padaku setelah kita pulang dari sini.”

Aksa berdiri tiba-tiba dan sedikit menjauhi Auriel beberapa langkah. “Apa?! Kau gila?! Tidak akan kuberikan! Buku itu seperti kutukan,” jawab Aksa.

“Hooo? Baiklah, aku akan kembali ke resepsionis untuk membatalkannya.”

“Tidak, tidak! Apa pun itu, kecuali buku itu! Mau kau menjadikanku budakmu, pasangan kontrakmu, apa pun kuturuti, asalkan jangan buku itu.”

Auriel menghela napas tak peduli. Tujuannya hanya memenuhi rasa penasaran yang ada pada dirinya. “Jangan melantur. Pinjamkan atau tidak? Berikan aku jawaban satu kata, dan jika tidak, aku akan kembali ke resepsionis.”

'Urghh, dasar wanita picik!'

“Baiklah... baiklah... Aku akan meminjamkannya, akan tetapi hanya untuk satu hari,” tegas Aksa. “Dan konsekuensi yang terjadi, aku tidak akan menanggungnya.”

Wajah Auriel bersinar. Ia terlihat setuju dengan kesepakatan yang telah mereka berdua buat.

Hannah, yang tak mengerti apa yang mereka berdua bicarakan, hanya tersenyum melihat kakaknya.

'Aku tak tahu Kakak punya sisi yang seperti itu,' pikirnya sembari memeluk boneka yang ia bawa dari rumah.

.

.

Di depan pintu masuk Galeri Artefak Kekaisaran, seorang wanita dengan rambut diikat ke belakang dan memakai seragam putih keluar dari pintu itu.

Banyak orang yang melihatnya dengan mata takjub, seolah kecantikannya tiada tara, tak terkecuali seorang pria tampan berambut pirang yang memakai baju kasual rapi.

Pria tampan itu mencoba mendekati wanita yang memiliki pesona. “Halo, Nona. Bisakah minta waktumu sebentar?” ajak pria itu.

Wanita itu mengabaikan dan tak peduli dengan ajakan pria yang merasa dirinya tampan. Akan tetapi, pria itu tak menyerah dan mencegat kembali jalannya.

“Jangan jual mahal gitu, dong, Nona.”

Tak tahan dengan gannguan orang itu,ia di pukul dengan keras hingga tersungkur ke lantai.

Dengan merapikan pakaiannya wanita itu tak melirik sedikitpun ke arah pria yang dia baru saja ia jatuhkan, langkahnya menandakan ketidakpeduliannya dan pergi tanpa basa basi.

'Urgh, sialan, sakit sekali. Memang wanita tsundere terbaik,' pikir pria itu sambil mulai bangkit perlahan dan memasuki Galeri Artefak Kekaisaran.

Matanya terpukau melihat artefak yang dipajang di mana-mana. Ia seperti maniak artefak, jenis yang jarang ditemukan banyak orang. Tangannya memegang kaca yang melindungi sebuah artefak dan mencium kaca itu.

Orang di sekitarnya melihatnya dengan aneh, seolah ia pria mesum yang mempunyai fetish terhadap kaca.

“Andai saja Aksa bisa kemari denganku setiap minggu, mungkin aku akan menjelaskan setiap artefak yang ada di sini dengan detail,” ucap pria itu.

Orang yang berperilaku aneh sedari di depan pintu masuk itu adalah Brian. Dan orang yang diganggunya adalah Ms. Jenna, yang kebetulan baru keluar dari ruangan Tuan Ox.

Entah bagaimana ia bertemu dengan Ms. Jenna, akan tetapi setiap hari liburnya, Brian selalu mengunjungi tempat ini dengan rutin

1
Osmond Silalahi
mantap ini kelasnya
Osmond Silalahi
author, "misteri 112" mampir ya
indah 110
Nggak sia-sia baca ini. 💪
Taufik: Terimakasih atas feedbacknya
terus tunggu update selanjutnya ^^
total 1 replies
Phedra
Masa sih, update aja nggak susah 😒
Taufik: hehehe tunggu kelanjutannya ya ^^
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!