Aurelia... seorang wanita cantik yang selalu hidup dengan penuh kesederhanaan, dia hidup bersama ibu dan juga neneknya di dalam kesederhanaan.
walaupun banyak cobaan yang datang, aurelia tidak patah semangat dalam menapaki kehidupan yang penuh liku. sampai pada akhirnya dia bertemu dengan seorang laki laki tampan yang membuat hatinya terpatri akan nama dan wajah tampan laki laki tersebut, akankah kisah aurelia akan berakhir bahagia...? jika penasaran dengan cerita ini...? ikuti ceritanya dari awal sampai akhir yaa... selamat membaca…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_1411, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepercayaan angga.
Aurel berdiri berdiri tak jauh dari tempat motor angga, dengan gerakkan cepat angga menggambil motornya. Dia tidak ingin aurel terlalu lama menunggunya.
“Ayo sayang, aku anter kamu.” ucap angga yang sudah berada di depan aurel.
Senyum cantik aurel khusus dia perlihatkan di depan angga, aurel merasakan jika angga sekarang lebih perhatian di bandingkan dulu sebelum mereka menjadi sepeasang kekasih.
“Beneran nih, apa nggak merepotkan.”
“Ck… apa sih yang nggak buat kamu, yang repot tuh kalau aku suruh gendong kamu kelilingi kampus.”
Aurel menepuk pelan pundak kekar angga, rasa seneng dengan guyonan receh angga membuat aurel yang tadinya tegang berubah menjadi sedikit rileks.
“Kita berangkat sekarang.” Ajak angga yang kemudian di setujui oleh aurel.
Angga melajukan motornya menuju ke tempat apartemen yudistira, yang dia tahu di mana letak apartemen mewah tersebut. Perlahan angga menaik kedua tangan aurel ke perut sixpacknya, rasa hangat dapat aurel rasakan saat itu juga.
“Sekarang udah berai ya suruh narik narik tangan aku buat perlukan kamu, ish… pinter cari kesempatan kamu ya..”
Bisik aurel yang masih Angga dengar dengan jelas, angga terkekeh mendengar ucapan aurel.
“Dulu aku nggak berani kayak gini, tapi sekarang beda dong. Kamu sekarang milik kekasih aku, dan suatu saat akan menjadi istriku, dan ibu dari anak anak aku.”
Aurel terkikik geli mendengar imajinasi angga yang cukup tinggi, perlahan dia mencubit perut angga.
“Halusnya jangan ketinggian, nanti kalau jatuh sakit.” Ucap aurel.
“Bukannya halu sayang, memang target aku buat kamu jadi istri aku kog.”
Aurel yang tidak ingin membalas ucap angga hanya menggelengkan kepalanya, di benak aurel dia tidak pernah berfikir sampai ke arah yang serius mengenai hubungannya dengan angga.
“Tuh apartemennya udah kelihatan.”
Aurel menunjuk apartemen milik yudistira, entah kenapa tiba tiba angga menjadi tidak rela meninggalkan aurel di apartemen yudistira. Dia tidak rela jika aurel suatu saat akan terpikat oleh yudistria, sedangkan angga tahu bagaimana sepak terjang seorang yudistira selama ini.
Angga memasukkan motornya ke basecamp apartemen, segera dia memarkirkan motornya di sana.
“Hlo kog kita masuk ke sini, kamu turunin aku di depan aja.”
“Aku akan anter kamu sampai di depan unit apatemen yudistira, rasanya nggak rela aku ninggalin kamu sendiri di sini.”
Perlahan angga turun setelah melihat aurel turun terlebih dulu, aurel yang paham akan kekawatiran angga hanya menutupi kemauan angga.
“Baiklah… ayuk…” ajak aurel sambil menarik lengan angga mengikuti langkahnya.
Aurel dan angga segera masuk ke dalam lift, dia menekan tombol dua puluh lima di mana letak unit apartemen Yudistira.
Kling… terdengar bunyi dimana mereka sudah sampi ke lantai tujuan mereka saat ini, suasan hening dapat angga dan aurel rasakan. Lorong yang sepi dan terdapat beberapa pintu tertutup menambah kesan sepi di apartemen tersebut.
Pintu yang berwarna coklat dan terdapat papan nomer yang tertempel di sana menjadi tanda jika mereka sudah sampai di unit yang di tuju.
“Kamu cukup antar aku sampai di sini aja, nanti aku hubungi kamu setelah pekerjaanku selesai.”
Entah angga ingin sekali rasanya berada bersama aurel di dalam, dia ingin menemani aurel dan dia tidak rela meninggalkan aurel di dalam sana.
Aurel yang tahu akan kekawatiran angga menautkan tangannya, dia ingin agar angga tidak mengkawatirkan nya.
“Jangan kawatir, aku akan jaga hati dan perasaaan ini untuk kamu.”
Aurel mengerlingkan satu matanya, melihat aurel yang terlihat genit membuat angga merasa di atas awan. Karena angga tidak pernah melihat aurel yang seperti sekarang.
“Baiklah, aku pergi. Jangan lupa kamu hubungi aku jika sudah selesai, ingat langsung telpon aku jangan lewat chat ya…”
Ucap angga memperingatkan, dia tidak ingin aurel hanya mengirimkan chat. Karena angga kawatir jika dia terlambat menjemputnya, dan membiarkan aurel bersama yudistria terlalu lama.
“Oke sayang..”
Angga terdiam sambil menatap aurel, dia terkejut mendengar aurel yang tiba tiba menaggilnya sayang.
“Bisa kamu ulangi ucapanmu sekali lagi.”
Aurel yang merasa malu akan ucapannya sendiri hanya diam, dia menundukkan kepalanya ke bawah.
“Ayo lah aurel, aku menunggumu mengucap akan kata yang tadi.”
Aurel menatap ke arah wajah tampan angga, dia akan menyiapkan mentalnya terlebih dahulu sebelum mengulang panggilan untuk angga.
“Sayang…” ucap aurel lirih tapi masih dapat angga dengar.
Angga tiba tiba menarik tengkuk aurel dan melumat bibirnya dengan perlahan dan pasti, aurel yang tidak siap sampai membuka kedua matanya lebar.
Ciuman itu bera langsung singkat, angga tidak ingin aurel merasakan syok karena ulahnya.
“Kamu hati hati di sini, dan aku titip hati aku di sini.”
Setelah angga melepaskan ciumannya, dia berkata sambil menunjuk dada aurel.
Aurel terdiam dan merasakan detak jantungnya semakin cepat karena ulah angga yang tiba tiba menciumnya, angga tersenyum melihat wajah kaku aurel.
“Aku pergi dulu ya…”
Angga memegang salah satu pipi aurel dengan sayang, aurel yang tersadar hanya mengangukan kepalanya tanpa berkata apapun.
Angga berbalik membelakangi aurel, melihat kepergian angga, aurel segera masuk kedalam unit apartemen angga.
Suasana sepi dan lampu yang padam tanpa penerangan membuat aurel segera mencari letak saklar lampu yang tak jauh dari pintu masuk, klik… bunyi saklar dan seketika lampu di ruang itupun menyala terang.
Surel segera mencari sapu yang kemarin dia beli, dia segera membersihkan ruangan yang terlihat masih bersih baginya.
Stelah menyelesaikan membersihkan ruang tamu, dia segera menuju ke dapur dia ingin melihat apa ada yang bisa dia bersihkan piring kotor misalnya atau gelas yang kotor.
“Masih bersih dan tertata rapi, hmm.. apa dia nggak pulang ke apartemen ya..” batin aurel menerka.
Aurel segera masuk ke kamar, dia akan membersihkan tempat yang paling privasi di ruangan ini.
“Hmm… masih rapi, fixs dia nggak pulang ke sini. Tapi kemarin kan ada kak tama yang katanya akan menginap di sini.” Batin aurel penasaran.
Setelah membersihkan kamar yudistria, aurel menuju ke kamar yang satunya. Kebetulan apartemen yudistira memiliki dua kamar, dan di masing masing kamar terdapat kamar mandi di dalamnya.
Kreeekk… terdengar pintu terbuka dari luar, terlihat kamar tersebut masih bersih dan rapi, aurel menebak jika tama tidak jadi mengginap di apartemen yudistria.
Bunyi getar handphone aurel menyadarkan aurel seketika akan rasa penasarannya, terlihat nama yudistira di sana. Dengan segera aurel pun mengangkatnya.
“Halo…” jawab aurel.
“Halo rel, kamu sudah ada di apartemen aku.”
“Iya, sudah..” jawab aurel sambil menutup pintu kamar.
“Baguslah, aku bisa minta tolong.”
Aurel menggeryit kan kedua alisnya, dia heran sebenarnya apa yang akan yudistria inginkan.
“Iya, katakan..”
“Bisa datang ke perusahaanku, tolong bawakan map yang ada di laci nakas di dalam kamarku. Kalau bisa kamu ke sini sekarang ya.”
Aurel segera berjalan menuju ke akamr yudistira, disana dia segera mencari letak map yang yudistira maksud.
“Ketemu…” lirih aurel yang dapat yudistira dengar karena rel belum mematikan panggilannya.
“Segera kesini ya rel, aku tunggu.”
Yudistira segera mematikan telponnya, dan aurel pun segera keluar dari apartemen milik yudistira. Sebelum keluar aurel memesan odol, agar segera sampai di perusahaan milik keluarga yudisira tersebut.