NovelToon NovelToon
Destiny

Destiny

Status: tamat
Genre:Tamat / Mengubah Takdir / Romansa / Slice of Life
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: mom fien

Dia adalah gadis kecil itu...
teman kecilku.
Tanpa aku tau siapa dia,
aku sudah terpikat padanya.
Apa yang membuatku menyukainya? Entahlah.
Selama ini aku suka melihatnya tersenyum dan menyukainya, tanpa tau siapa dia sebenarnya.
Setelah aku tau yang sebenarnya, semuanya terasa seperti kepingan puzzle yang saling melengkapi.
Aku mencintainya.
Asa yang kumiliki, kuharap ia merasakannya.
Berharap bersamanya, selamanya.
Selamanya adalah waktu yang lama.
Tetapi waktu adalah sesuatu yang fana,
cintaku abadi.

sometimes you need to wait and watch
what destiny has got for you...!

Full of love from me,
Author

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom fien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bersama selamanya

POV Natalie.

Evan mengajakku tinggal bersama, apa aku siap dengan hubungan yang seperti itu? Atau aku saja yang berpikir berlebihan. Kan aku bisa menganggapnya teman kost, sama seperti kuliah dulu, tapi disisi lain aku akan bermesraan dengan teman kost yang bernama Evan ini, sungguh hal yang tidak akan terpikir olehku sama sekali aku akan tinggal bersamanya dalam waktu sedekat ini.

Namun perkataan Evan ada benarnya, aku sudah benar-benar tidak memiliki uang lagi, itu adalah seluruh tabunganku.

Kulihat Evan tertidur di sofa, sebenarnya apa yang kutakutkan jika tinggal bersamanya? Aku mencintainya kan. Dari dulu saat kost pun aku sudah sering mengalami tetangga kamarku yang tinggal bersama pacarnya. Itu bukan hal yang besar kan? Terus kenapa aku bertanya tanya seperti ini sekarang?

Akhhhh.... pusing.... teriakku dalam hati.

Dalam 2 hari ke depan mama dinyatakan stabil dan bisa kembali ke panti, aku bersyukur karena mama baik-baik saja.

Evan tidak membahas pertanyaan mengenai tinggal bersama lagi, aku juga bersyukur untuk itu, karena aku masih bingung entah harus berkata apa.

Untuk tagihan biaya rumah sakit Evan yang membayar semuanya dibantu oleh kak Dira. Pertama kalinya aku berkenalan dengan kakak Evan dan mengucapkan banyak terima kasih atas bantuannya. Seperti kata Evan, kak Dira sangat ramah, aku merasa diterima olehnya, ia sungguh sangat baik kepadaku.

Mama sudah kembali ke panti dalam pantauan dokter dan suster yang berjaga disana. Menurut mereka mama sekarang banyak diam, tidak seperti dulu. Dokter juga mengatakan akibat mama terjatuh kemarin, ada kemungkinan penyakit alzheimer nya mungkin akan semakin cepat bertambah parah. Aku sungguh sedih membayangkan suatu saat mama akan melupakanku.

Seminggu telah berlalu, pikiranku masih dipenuhi dengan penawaran Evan untuk tinggal bersama. Aku tau Evan sebenarnya tidak mau berhutang sama sekali pada kak Dira, bukan masalah kak Dira nya, tapi Evan takut papanya akan mengetahui kondisi mamaku dan mencurigai darimana uang pelunasan rumah sakit itu berasal.

Jika aku menerima tawaran Evan, apa aku menerimanya karena keadaan yang memaksaku? Tapi aku mencintainya, aku juga bermimpi suatu saat akan mendapat restu dan menikah dengan Evan. Jika aku mencintainya, apa yang kutakutkan dengan tinggal bersamanya?

...----------------...

POV Evan.

Diam-diam tanpa sepengetahuan Natalie aku memasarkan unit apartemenku untuk disewakan. Aku sungguh tidak ingin berlama lama berhutang pada kak Dira. Mengenai tempat tinggal, kupikir aku akan tinggal diam-diam di rumah kak Axel untuk sementara. Selama ini kak Axel dan kakak ipar mendukung hubunganku dengan Natalie, kurasa aku bisa tinggal di rumah mereka tanpa sepengetahuan orangtuaku selama beberpa bulan hingga aku bisa melunasi hutang kak Dira.

Aku belum sempat membicarakan hal ini dengan Natalie, aku tidak mau menambah beban pikirannya. Kupikir aku akan membicarakannya saat weekend.

Hari Sabtu pagi seperti biasa aku sarapan bersama Natalie di unit apartemennya.

"Van, aku mau memaksamu menerima uang tabunganku Van, ia mamaku, aku tidak bisa membiarkan kamu menanggung semuanya", Natalie berkata kepadaku sambil menatap mataku.

Ya aku tau aku harus menerima uang Natalie, jika tidak ia akan merasa bersalah.

"Baiklah Nat kita akan membicarakannya lagi nanti sepulang menemui mamamu", jawabku sambil tersenyum.

Secara fisik keadaan mama sudah lebih baik, tetapi secara mental, ia mengalami kemunduran. Ia kadang mengingat namaku Evan, namun dalam sekejap ia bisa melupakannya dengan mudah. Mama Natalie juga jauh menjadi pribadi yang pendiam dibanding dulu, kini tidak ada lagi senyuman yang menghiasi wajahnya saat mendengarkan cerita Natalie, tidak ada lagi tawa saat mengobrol menanggapi perkataan Natalie. Bahkan ia hanya sesekali saja memanggil nama Natalie.

Sungguh sedih melihatnya saat ini, dengan keadaannya yang seperti ini, aku mantap dengan keputusanku, sepulangnya kami dari sini aku akan membicarakan banyak hal dengan Natalie.

Kami telah kembali ke apartemen, kini waktunya aku mempersiapkan diri untuk memulai rencanaku.

"Nat aku mandi dulu ya".

Natalie mengangguk mengiyakan.

Selesai mandi aku menarik nafasku, aku tidak boleh gugup saat ini, aku mengambil barang yang telah aku persiapkan dari kemarin dari atas meja di samping tempat tidurku, lalu berjalan ke arah pintu Natalie.

"Hai Nat, sudah mandi?", aku merasa canggung sendiri dengan pertanyaan kliseku, sebenarnya aku gugup saat ini.

Natalie tersenyum menanggapiku, lalu kami duduk di sofa ruang TV.

"Van, apa kamu mau menghindari pertanyaan mengenai masalah biaya rumah sakit kemarin?".

"Mmmm... ga Nat, aku tau aku harus menerima uangmu, jika tidak kamu pasti akan merasa bersalah bukan?".

Natalie memelukku, lalu berkata,

"Terima kasih Van, aku tau kamu pasti mengerti perasaanku".

Aku balas memeluknya.

"Van, kenapa jantungmu sepertinya berdetak lebih cepat dari biasanya? apa ada masalah yang ingin kamu bicarakan selain ini?".

Aku melepaskan pelukan Natalie.

"Nat, sebenarnya aku telah memasarkan unit apartemenku untuk disewakan. Aku sudah mulai packing dari semenjak mama pulang dari rumah sakit".

"Van... aku...".

"Tunggu Nat, dengarkan aku dulu".

"Aku akan tinggal sementara di rumah kak Axel, jika unitku sudah laku Nat".

"Nat, semenjak aku mengatakan ingin tinggal bersamamu, aku selalu memikirkan itu, selama ini aku memang tau kamulah satu satunya yang membuatku jatuh cinta seperti ini, sebenarnya aku bermimipi untuk segera menikahimu, itulah salah satu alasan aku ingin mengajakmu berjanji di hadapan Tuhan saat anniversary kemarin. Namun aku tidak percaya diri dengan keadaan ekonomiku saat ini, belum lagi papa dan mama tidak merestui kita".

Aku berlutut di hadapan Natalie.

"Nat aku tau aku tidak memiliki apa apa saat ini, tapi aku sungguh mencintaimu".

"Aku juga tau mungkin kamu berpikir aku melakukan ini karena keadaan, sebenarnya akupun sempat meragukan diriku sendiri, apa aku mampu membahagiakanmu dengan keadaanku sekarang, pantaskah aku mengajakmu menikah sekarang? Tapi semua pertanyaan ini kubawa dalam doa, dan kurasa inilah jawaban atas doaku, aku kini sudah yakin aku mampu bertanggung jawab dengan hidupmu Nat".

"Aku ingin menjagamu, menjaga mamamu seumur hidupku, mungkin ada banyak cobaan lagi di depan namun aku yakin jika kita bersama maka kita akan melaluinya dan kebahagian pasti selalu ada menanti kita".

"Nat aku tidak memiliki cincin yang tepat untuk melamarmu, namun ini adalah cincin aku sendiri, dulu aku suka memakainya, aku membelinya dengan gaji pertamaku dulu".

"Maukah kamu menikah denganku Nat?".

Aku masih dalam keadaan berlutut menunggu jawaban Natalie, mata kami saling bertatapan untuk sesaat, kemudian ia melihat cincin itu, itu cincin emas putih dengan paduan warna hitam untuk menambah aksen maskulin, aku iseng membelinya hanya karena itu barang bermerk terkenal dari Eropa, sungguh bukan cincin yang tepat untuk melamar sebenarnya.

"Tentu Van, mari kira menikah", jawab Natalie sambil menatap mataku.

Aku begitu senang mendengarnya, aku refleks memeluknya dan mencium bibirnya, ia membalas ciumanku.

Lalu aku mencoba menyematkan cincin itu di telunjuk kanan Natalie, namun kebesaran, kali ini aku mencobanya di jempol kiri Natalie, dan hasilnya cukup baik, cincin itu cukup dijarinya.

Natalie mengangkat tangan kirinya sambil melihat cincin itu, lalu kami berdua tertawa melihat posisinya yang berada di jempol, sungguh aneh tapi itu bukti ketulusanku pada Natalie.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Cerita hari ini.

...kehidupan akan terus melangkah tanpa bertanya apakah kita siap atau tidak...

-Nizarnabdy-

1
KEMSTzy
Gelooo
anggita
like👍+☝iklan... semoga novelnya banyak pembacanya.
fien: terima kasih kak 🙏🏻
total 1 replies
anggita
Evan...😘 Natalie
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!