“Ara!!!!” pekikan bagai toa masjid begitu menggema di setiap sudut rumah ku yang tak begitu besar,
Ku hembuskan nafas kasar, mendengar suara yang begitu mengusik telinga di pagi yang begitu cerah ini.
“Bangun!!! Anak gadis jam segini belum bangun! Pantes aja jodohmu ga nongol-nongol” gerutu wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu, yang tak lain adalah mama ku tercinta.
“Ara capek ma!!” gumamku enggan beranjak dari ranjang kecilku yang begitu nyaman.
“ih, bangun ga? Atau mama siram pakai air!”
Begitulah ancaman yang aku dengarkan setiap aku bangun siang, padahal aku juga tak bangun siang tiap hari, hanya saat hari libur saja, apalagi saat aku kena palang merah seperti saat ini, jadi aku ingin menikmati masa istirahatku setelah di forsir kerja hingga malam hari.
***
“Bukannya aku terlalu pemilih, tapi bagaimana aku mau memilih, kalau laki-laki saja tak ada yang mendekatiku, tak ada yang mengharap menjadi pendamping hidupku”—Humaira Mentari
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WS Ryani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 13
🌺Happy Reading🌺
Hafa hembali fokus dengan jalan di depannya, tanpa Ara sadari seulas senyum tipis tersungging dari bibirnya, hatinya berbunga karena bisa mendapatkan nomor ponsel gadis yang telah mengusik hatinya.
“sampai toko jangan langsung pulang ya mas, Ara traktir mas jajan di warung dekat toko sebagai ucapan makasih Ara karena udah anterin Ara”
Sekilas Hafa menoleh, berusaha bersikap sebiasa mungkin, padahal aslinya sangat senang, siapa yang tak senang di ajak makan berdua sama sesorang yang di sukai? hehe
“Eh kok gitu, aku anternya ikhlas lho, ga ngarep di traktir segala”
“gapapa mas, pokoknya harus mau ya, jajannya enak-enak kok, Ara jamin mas pasti suka” tekan Ara sedikit memaksa,
“gini aja udah suka kok” jawab spontan Hafa yang tengah menahan senyum bahagianya.
“eh, gimana mas?” Ara menoleh, mengerjapkan matanya sambari mengerutkan dahinya, merasa tak paham ucapan cowok yang kini duduk di sampingnya.
Seketika Hafa gelagapan tersadar akan ucapannya, namun belum menjawab, ia sudah melihat toko kedua orang tua Ara di depan,
“Eh itu tokonya kan?” elak Hafa mengalihkan pertanyaan Ara,
Ara pun menoleh ke depan dan melihat bangunan toko yang terlihat ramai di lihat dari kendaraan yang parkir di depan.
“Iya mas, parkir samping toko gapapa mas, arah masuk gudang belakang, itu depan penuh?”
“Ga halangin akses masuk nih?”
“bentar... Ara turun dulu kalau gitu, Ara lihat belakang dulu”
Saat mereka tiba di depan toko, Ara pun segera turun melangkah ke samping toko yang tidak di gunakan untuk area parkir, ia pun segera melihat ke halaman belakang dimana mobil sang papa terparkir di sebelah gudang, tak terlihat truk muatan yang sedang menurunkan barang, dan halaman belakang tampak lengang.
Ara pun kembali mendekat dan menghampiri Hafa yang masih duduk di balik kemudi.
“Masuk aja mas, parkir samping mobil papa”
“Oke” Hafa pun mengarahkan mobilnya masuk ke dalam sementara Ara menunggunya di samping toko.
Tak berapa lama kemudian Hafa menghampirinya dengan membawa paper bag yang Ara bawa tadi,
“Eh iya lupa, makasih mas udah di bawain” ucap Ara seraya ingin mengambil paper bag dari tangan Hafa,
“Aku bawakan aja Ra”
“Eh, malah repotin mas Hafa dong”
“Gapapa”
“Ayuh masuk dulu kalau gitu, mama udah nungguin pasti”
“hmm” Hafa pun mengangguk kemudian mengikuti langkah Ara masuk ke dalam toko.
Ara pun menyapa karyawan papanya yang ia lihat, di ikuti Hafa yang ikut menyapa dengan senyuman setelah karyawan itu menoleh ke arah putri pemilik toko, membuat karyawan itu bertanya-tanya siapa cowok yang datang bersama dengan Ara, tak biasanya Ara membawa orang lain ke toko, bahkan ini cowok.
“Assalamu’alaikum ma, pa” sapa Ara saat memasuki ruangan sang papa
“Wa’ailaikumusalam” jawab kedua orang tua Ara sembari menoleh ke arah pintu, papa Ilham pun nampak terkejut dengan pria yang berada di belakang putri sulungnya.
“Ini ma” Ara pun mengambil papar bag di tangan Hafa dan menyerahkan kepada sang mama setelah mencium takzim punggung tangannya.
Kemudian berali mencium tangan sang papa yang masih tampak mengamati cowok yang mengikutinya.
“Assalamu’alaikum pak” ucap Hafa membuka suara membuat Ilham tersadar kemudian membalas salam dan menyalaminya.
“Nak Hafa kan?” tanya papa Ilham dengan ragu setelahnya.
“Iya pak” jawab Hafa dengan menampilkan senyum di kedua sudut bibirnya, dengan rasa gugup melanda.
“Papa sudah kenal Mas Hafa kan? Ini juga kakaknya Rindi pa, teman kerja Ara” timpal Ara yang melihat papanya kebingungan, mungkin bertanya-tanya kenapa Hafa bisa sampai di sini.
“Oh, ini kakaknya Rindi?” timpal mama Mira sebelum sang suami menjawab pertanyaan putrinya
“Iya bu, tadi saya antar Ara ke rumah, jadi ke sini sekalian”
“Iya, Ara tadi sudah bilang, duduk dulu Nak” mama Mira pun mempersilakan duduk di kursi kosong yang berada di depan meja sang suami, sementara Ara memilh duduk lesehan di atas tikar di dekat sang mama.
“duduk nak, maaf, bapak hanya terkejut saja, takut salah lihat, eh ternyata beneran kamu tho?”
“Iya pak” Hafa kembali tersenyum kemudian duduk di depan pak Ilham
“Kok bisa bareng Ara?” tanya papa Ilham yang tampaknya belum mengetahui hal yang terjadi,
“Motor Ara bocor pak, tadi pas di rumah saya, seperti yang di bilang tadi, kebetulan saya juga kakaknya Rindi, teman kerja Ara di kantor, tadi setelah pulang dari tempat hajatan, motor Ara bocor dan karena rumah saya jauh dari bengkel atau tambal ban, ya terpaksa motornya di tinggal di tempat saya pak, dan saya antar Ara pulang”
“owalah, terimakasih nak, malah jadi merepotkanmu”
“sama-sama pak, saya tidak merasa di repotkan”
“Papa sudah kenal lama sama Nak Hafa?” timpal mama Mira yang sedari tadi penasaran karena sepertinya kedua pria beda usia itu sudah tampak akrab.
“Nak Hafa ini pemilik bengkel tempat biasa papa Service mobil ma”
“Owh” mama Mira hanya mengangguk,
Hafa pun membenarkan pernyataan Pak Ilham dengan senyum canggung. Jantungnya berdegup kencang, terlihat sedikit gugup saat berhadapan dengan kedua orang tua gadis yang telah mengusik hatinya.
“Papa mama sudah makan belum? Ara mau ajak Mas Hafa makan dulu nih, sebagai ganti udah anterin Ara hari ini, kalau belum ya sekalian aja Ara belikan”
“sudah, kami sudah makan, kalian pergi saja” timpal papa,
“hmm, nanti Ara bawa mobil papa dulu ya buat pulang?” lanjut Ara setelah mengangguk, kemudian meminta ijn sang papa. “abis makan Ara balik sini lagi”
“iya, bawa aja, papa masih nanti malam pulangnya, bentar lagi ada barang masuk juga”
“perlu bantuan Ara ga pa?”
“pulang saja, ada anak-anak juga di sini”
Sekali lagi Ara mengangguk kemudian berpamitan kepada kedua orang tuanya untuk mengajak Hafa makan di dekat Toko.
Keduanya pun keluar dari ruangan dan melangkah keluar toko di iringi tatapan panasaran dari karyawan papanya, membuat Ara hanya mengulas senyumnya yang tak menjawab rasa penasaran mereka.
“Mas Hafa pengen makan apa?” tanya Ara saat keduanya telah berada di depan toko, Ara pun menujukkan beberapa kios warung dan stand makanan yang berada di dekat Tokonya.
“yang paling recomanded di sini apa?”
“hmm, mas sudah makan nasi belum tadi?”
“Baru tadi pagi doang sih, siang ini kebetulan belum”
“Mau lotek ga? Ada lontongnya, bisa kenyang lah” tawar Ara mengusulkan salah satu makann favoritnya.
“Hmm, boleh” jawab Hafa setelah berpikir sejenak dan mengamati warung-warung yang berjajar tak jauh dari mereka.
Keduanya pun melangkahkan kakinya ke warung lotek yang terlihat berada di seberang jalan, dengan sigap Hafa pun membantu Ara untuk menyebrang jalan yang kebetulan jalan di depan toko terlihat cukup ramai karena berada di dekat pasar.
“Hati-hati Ra” ucap Hafa reflek menggandeng lengan Ara dan menuntunnya ke seberang jalan.
Tbc
Mohon dukungannya 🤩🤩🤩
Love You All 😍😍😍