NovelToon NovelToon
Debaran Hati

Debaran Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / CEO / Selingkuh / Cinta Terlarang / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Pelakor
Popularitas:822
Nilai: 5
Nama Author: Serena Muna

Mengisahkan mengenai Debby Arina Suteja yang jatuh cinta pada pria yang sudah beristri, Hendro Ryu Handoyo karena Hendro tak pernah jujur pada Debby mengenai statusnya yang sudah punya istri dan anak. Debby terpukul sekali dengan kenyataan bahwa Hendro sudah menikah dan saat itulah ia bertemu dengan Agus Setiaji seorang brondong tampan yang menawan hati. Kepada siapakah hati Debby akan berlabuh?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bahagia Dan Ancaman Obsesi

Kegigihan Fathia dalam menghasut Pak Jono akhirnya membuahkan hasil. Setiap hari, Fathia datang ke rumah Pak Jono, membombardirnya dengan cerita-cerita negatif tentang Naura dan keluarganya. Ia terus-menerus menekankan bahwa Naura membawa sial dan bisa memberikan dampak buruk bagi lingkungan sekitar. Awalnya, Pak Jono masih ragu, mengingat Naura dan keluarganya selalu bersikap sopan dan tidak pernah menimbulkan masalah selama tinggal di kontrakannya. Namun, desakan dan cerita-cerita dramatis dari Fathia perlahan-lahan mulai meracuni pikirannya.

Suatu pagi, dengan raut wajah yang tidak enak, Pak Jono mendatangi rumah kontrakan Naura. Naura, Subeni, dan Haryati yang sedang sarapan merasa heran melihat kedatangan pemilik rumah sepagi itu.

"Naura, Bapak mau bicara sebentar," ujar Pak Jono dengan nada berat.

Naura merasa firasat buruk. "Ada apa, Pak?"

"Begini, Nak. Setelah Bapak pikir-pikir, sepertinya Bapak harus meminta kalian untuk mencari tempat tinggal lain," kata Pak Jono dengan wajah menyesal.

Naura, Subeni, dan Haryati terkejut. Mereka saling pandang dengan perasaan kecewa yang mendalam. Mereka sudah menduga ini pasti ulah Fathia.

"Kenapa begitu, Pak? Apa kami melakukan kesalahan?" tanya Naura dengan suara lirih.

Pak Jono menghela napas. "Tidak, Nak. Kalian baik-baik saja selama ini. Tapi... ada beberapa hal yang Bapak dengar dari... tetangga kalian di desa dulu. Bapak jadi khawatir."

Naura mengerti. Fathia pasti telah berhasil mempengaruhi Pak Jono. "Itu semua tidak benar, Pak. Itu hanya fitnah," jelas Naura mencoba membela diri.

Namun, Pak Jono tampak sudah mengambil keputusan. "Bapak mohon maaf sekali, Naura. Tapi Bapak rasa ini yang terbaik. Bapak beri waktu beberapa hari untuk kalian berkemas."

Hati Naura hancur. Lagi-lagi ia harus terusir, tanpa tahu harus pergi ke mana lagi. Subeni dan Haryati berusaha menenangkan putri mereka, namun mereka sendiri juga merasa putus asa.

Dari kejauhan, Fathia mengawasi dengan senyum kemenangan yang lebar. Ia merasa puas melihat Naura dan keluarganya kembali menderita. Ia mendekat dengan langkah riang.

"Bagaimana, Naura? Asyik ya, jadi gelandangan terus? Memang pantas kamu dan keluargamu menerima semua ini," ejek Fathia dengan nada penuh kemenangan.

Naura menatap Fathia dengan tatapan terluka namun penuh tekad. "Kamu benar-benar tidak punya hati, Fathia. Tapi ingatlah, kejahatan tidak akan pernah menang selamanya."

Fathia tertawa sinis. "Oh ya? Buktinya, aku berhasil membuat kalian terusir lagi. Aku menang, Naura! Kamu akan terus menderita!" Fathia kemudian berbalik dan pergi dengan tawa kemenangan yang menusuk hati Naura.

Naura hanya bisa memeluk kedua orang tuanya, air matanya mengalir tanpa bisa ditahan. Mereka kembali harus menghadapi ketidakpastian, terusir untuk yang kesekian kalinya akibat kebencian seorang wanita yang tak henti-hentinya berusaha menghancurkan hidup mereka. Namun, di tengah keputusasaan, Naura berjanji pada dirinya sendiri, ia tidak akan menyerah. Ia akan terus berjuang demi keluarganya, meskipun Fathia terus berusaha menjatuhkannya.

****

Di tengah hiruk pikuk jalanan kota, Naura dan kedua orang tuanya berjalan gontai, membawa barang-barang seadanya. Mereka baru saja kembali terusir, kali ini dari rumah kontrakan yang sempat memberikan sedikit harapan. Marcella tertidur pulas di gendongan Haryati, seolah tidak merasakan kepahitan hidup yang sedang mereka alami.

Tiba-tiba, sebuah mobil mewah berhenti tepat di samping mereka. Dari dalam mobil itu keluar Hendro, mantan suami Naura, dengan senyum sinis menghiasi wajahnya. Ia tampak segar dan tidak terpengaruh sedikit pun oleh penderitaan orang lain.

"Lihatlah... lihatlah... mantan istriku yang malang. Sekarang jadi gelandangan di jalanan," ujar Hendro dengan nada mengejek, menatap Naura dan keluarganya dengan tatapan merendahkan.

Naura mencoba mengabaikan kehadiran Hendro, namun pria itu terus mengikutinya dengan mobilnya yang berjalan perlahan di samping mereka.

Naura menghentikan langkahnya, menatap Hendro dengan tatapan terluka namun penuh amarah. "Apa maumu, Hendro? Kenapa kamu begitu jahat?"

Hendro tertawa sinis. "Jahat katamu? Kamu yang membuat Debby membenciku! Gara-gara kamu itu melabrak Debby di kafe! Sekarang Debby tidak mau lagi melihatku!" Nada suara Hendro meninggi, penuh dengan rasa frustrasi dan dendam.

"Jadi, ini semua salahku?" balas Naura tak percaya. "Kamu berselingkuh, meneror, menculik... dan kamu menyalahkanku?"

"Tentu saja salahmu! Kalau saja kamu tidak ikut campur urusanku dengan Debby, semua ini tidak akan terjadi!" bentak Hendro. Ia tampak lebih marah karena Debby menjauhinya daripada melihat mantan istri dan anaknya terlantar.

Subeni yang sedari tadi diam akhirnya angkat bicara. "Hendro! Kamu sudah keterlaluan! Mereka ini keluargamu! Ibumu bahkan sakit karena memikirkanmu!"

"Aku tidak peduli! Yang penting Debby kembali padaku!" sahut Hendro tanpa sedikit pun rasa iba. Kata-kata pedas yang keluar dari mulutnya bahkan lebih menyakitkan daripada ejekan Fathia. Ia terus menyalahkan Naura atas penolakan Debby, seolah Naura adalah satu-satunya penghalang kebahagiaannya.

Haryati hanya bisa menangis sambil memeluk Marcella erat-erat. Ia tidak mengerti mengapa mantan menantunya itu bisa menjadi begitu kejam dan tidak berperasaan.

Hendro terus melontarkan kata-kata menyakitkan kepada Naura dan keluarganya, menikmati penderitaan mereka. Ia merasa dengan melihat Naura menderita, hatinya akan sedikit terobati atas penolakan Debby. Setelah puas menghina dan menyakiti hati mantan istrinya, Hendro akhirnya melajukan mobilnya pergi, meninggalkan Naura dan keluarganya yang kembali harus menanggung kepedihan dan ketidakpastian di jalanan kota yang ramai namun terasa begitu asing dan dingin bagi mereka.

****

Debby dan Agus kembali bertemu di taman yang sama, namun kali ini suasana terasa berbeda. Tidak ada lagi kecanggungan yang kaku. Agus tampak lebih tenang dan mantap dengan keputusannya. Setelah beberapa saat berbincang ringan, Agus menatap Debby dengan tatapan yang lebih dalam.

"Mbak Debby," panggil Agus lembut. "Aku sudah memikirkannya matang-matang."

Debby menahan napas, menanti kelanjutan ucapan Agus dengan jantung berdebar.

"Soal perasaanmu... dan soal kita," lanjut Agus, meraih tangan Debby dengan lembut. "Aku rasa... aku juga ingin mencoba. Usia mungkin berbeda, tapi itu bukan halangan kalau kita saling menghargai dan menyayangi."

Mata Debby berkaca-kaca. Kebahagiaan bercampur aduk dengan rasa haru. Ia tidak menyangka Agus akan memberikan jawaban yang selama ini ia harapkan. "Agus... apa kamu yakin?" tanyanya dengan suara bergetar.

Agus mengangguk mantap, menggenggam tangan Debby lebih erat. "Ya, Mbak. Aku yakin. Aku nyaman bersamamu, dan aku ingin melihat ke mana arah hubungan ini akan membawa kita."

Debby tersenyum bahagia, air matanya akhirnya tumpah. "Terima kasih, Agus."

Tanpa mereka sadari, di kejauhan, Hendro mengawasi pertemuan itu dengan mata penuh amarah. Ia tidak sengaja mendengar percakapan mereka. Melihat Debby dan Agus bergandengan tangan, hatinya dipenuhi rasa cemburu dan dendam yang membara.

"Sialan! Jadi ini alasan Debby tidak mau kembali padaku!" geram Hendro seorang diri. Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat. "Pemuda itu harus menghilang! Debby hanya milikku!" Dalam benaknya yang gelap, Hendro kembali merencanakan tindakan jahat untuk menyingkirkan Agus selamanya.

****

Sementara itu, di rumah sakit, kondisi Nirmala semakin mengkhawatirkan. Tubuhnya semakin lemah, dan ia sering kali kehilangan kesadaran. Reksa dengan setia menemani istrinya, hatinya pilu melihat penderitaan Nirmala. Ia sudah berulang kali menghubungi Hendro, memberitahukan kondisi ibunya, namun putranya itu tetap tidak peduli. Obsesinya pada Debby telah membutakannya dari rasa sayang dan tanggung jawab terhadap ibunya sendiri.

"Hendro masih belum bisa dihubungi, Dok," lapor Reksa dengan nada putus asa kepada dokter yang memeriksa Nirmala. "Dia benar-benar sudah tidak peduli pada ibunya."

Dokter hanya bisa menggelengkan kepala prihatin. Ia tahu, tekanan emosi akibat ulah putranya pasti sangat mempengaruhi kondisi Nirmala. Reksa hanya bisa pasrah dan terus berdoa untuk kesembuhan istrinya, sambil berharap keajaiban bisa menyadarkan Hendro sebelum terlambat. Namun, harapan itu terasa semakin tipis seiring dengan semakin dalamnya Hendro terjerumus dalam obsesinya. Kebahagiaan yang baru saja dirasakan Debby dan Agus kini terancam oleh amarah dan dendam Hendro yang semakin membahayakan.

1
kalea rizuky
klo ortu agus gk bs nrima ywda
kalea rizuky
lanjut
Serena Muna: terima kasih kakak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!