Setelah Kakak kembarnya menikah dan mempunyai anak. Kaira seperti di kejar deadline untuk segera menikah. Rasanya ia jengah padahal umur masih belum tua.
Namun siapa sangka, saat dia pasrah lamaran datang tiba-tiba. Tetapi yang menjadi masalah, dia di lamar oleh Regantara.
"Kenapa harus dia?"
"Memangnya kenapa?"
"Astaghfirullah kak...mana mungkin aku menerima pria yang jelas-jelas menyamakan wajahku dengan boneka babi!"
cuzz squele "Menikah Janda"
Dan jangan lupa follow igku weni0192
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon weni3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Kaira terjaga setelah merasakan kecupan hangat di keningnya. Matanya menyipit melihat pria yang pagi-pagi sudah merusuh meresahkan. Tangannya segera menarik selimut menutupi wajahnya menyembunyikan rona wajah yang sudah berubah semerah tomat.
"Bangun! kita jamaah dulu!" ucapnya dengan kalem. Sepanjang malam Regan menenangkan pikiran, diri dan inginnya. Meskipun Kaira tidur dengan memakai hijab tetap saja normalnya pria saat satu ranjang dengan wanita yang sudah halal membuatnya berpikir ke arah penyatuan.
Tidur gelisah dan hanya terpejam beberapa jam saja, setelah sholat sunah ia segera membangunkan Kaira yang nampak begitu pulas. Kaira seperti tak terganggu oleh apapun padahal sepanjang malam tangan Regan melingkar di perutnya. Andai ia terjaga lebih dulu mungkin sudah melepas dan bergeser memberi jarak.
Kaira mengintip melihat Regan yang sudah rapi dengan peci di kepalanya lengkap baju Koko dan sarung. Ia menarik nafas dalam menenangkan hati agar mampu menguasai diri. Kemudian perlahan membuka selimut lalu segera masuk kamar mandi.
Setelah salam, doa dan harap di lantunkan, kini Kaira mencium punggung tangan Regan dengan sopan. Keduanya tersenyum meski hati tak karuan namun Kaira menepikan rasa canggung demi hubungan keduanya yang baru di mulai.
"Mau tidur lagi apa mau nemenin aku ngobrol?" tanya Regan yang memilih untuk tetap terjaga meski mata ingin terpejam.
"Memangnya sudah nggak ngantuk?" perlahan Kaira memberanikan diri untuk menatap Regan dan di sambut oleh sentuhan di kepalanya. Kini keduanya masih duduk di atas sajadah saling berhadapan dengan balutan koko dan mukenah.
"Ngantuk, tapi sunahnya setelah subuh lebih baik nggak tidur lagi. Tapi kalo kamu ngajak tidur, aku mau." Ucapnya dengan senyum khas yang membuat wanita manapun pastinya akan klepek-klepek bak ikan kehabisan air. Namun bagaimana dengan Kaira?
Lagi-lagi Regan membuat wajah Kaira merona, wanita itu kembali menundukkan kepala. Katanya mau pengenalan lalu kenapa terus saja meminta lebih. Membuat gelisah dan semakin salah tingkah.
"A..aku.." Kaira tercekat saat mendapati Regan mengikis jarak. Ingin menghindar suami sendiri, mau diam tapi mati gaya. Kabur nanti di kira lihat hantu, serba salah dan akhirnya diam saja dengan hati tak menentu.
Jantungnya jedag jedug saat hidung keduanya sudah beradu, bahkan nafas Kaira mulai sesak karena menahan nafas dengan tangan mencengkeram sajadah. Menghadapi situasi yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Bersinggungan dengan lawan jenis padahal sudah sah tapi begitu risih.
Mata Kaira terpejam, Regan semakin mendekat bahkan nafasnya begitu terasa menyapu wajah. Kaira pun sudah pasrah andai Regan kembali melayangkan ciumannya. Istri mana boleh nolak, pengertian tak mau menyentuh sebelum ijin di acc saja sudah bersyukur sekali.
"Pas banget kamu merem, ada kotoran di mata kamu." Regan segera mengambil tisu dan membersihkan mata Kaira dengan santai sedangkan Kaira merutuki kebodohannya yang terlalu percaya diri.
Kaira segera beranjak dari sana, melipat sajadah dan mukenah. Malu, itulah yang Kaira rasakan saat ini, kesal juga karena begitu kepedean.
"Kai....mau kemana?" tanya Regan yang juga ikut beranjak setelah melihat Kaira sudah kembali berhijab lalu melangkah menuju pintu kamar.
"Mau ke kamar Kak Naira, aku mau lihat Nana dan Nunu." Kaira tak menunggu lama, ia ingin segera keluar dari kamar, setidaknya tak terlalu banyak komunikasi pada Regan akan lebih baik dari pada selalu berujung salah paham.
"Kai! kamu yakin akan kesana? apa tidak mengganggu Naira dan suaminya? ini di hotel loh, masih terlalu pagi untukmu berkunjung ke kamar orang lain."
Ucapan Regan membuat Kaira melepas handle pintu, ia berfikir ulang. Dengan wajah yang makin bersemu ia memutuskan balik kanan dan melangkah menuju ranjang. Benar kata Regan, tempo hari saja ia memergoki sendiri keintiman keduanya. Bagaimana jika di hotel seperti ini sudah pasti keduanya makin nempel dan dia hanya menjadi pengganggu untuk kedua kalinya.
Regan pun segera menyusul naik ke atas ranjang setelah melepas koko dan sarungnya, pria itu saat ini hanya berbalut kaos dan celana pendek saja. Duduk berhadapan dengan Kaira dan meraih tangannya.
"Kamu tau, aku bahagia bisa menikahimu." Ucapan Regan membuat Kaira tertarik, ia pun penasaran kenapa Regan bisa melamarnya sedangkan sejak dulu tak terlihat ketertarikan Regan padanya.
"Kenapa begitu? Bukannya kamu sejak dulu tidak menyukaiku? buktinya kamu memberikan apapun yang membuatku marah. Kamu selalu membeda-bedakan aku dengan Kak Naira dan teman perempuan lainnya."
Regan tersenyum mendengar celotehan Kaira, mengecup punggung tangan Kaira dengan menatap dalam wanitanya.
"Karena aku menganggap mu spesial, kamu beda, dan posisimu di hatiku pun tak sama dengan wanita lainnya." Regan mengusap hijab yang membungkus rambut Kaira dengan sayang "kamu selalu membuatku gemas."
Alasan yang masih belum bisa di terima sepenuhnya oleh Kaira, ia berfikir masih tidak masuk akal setelah apa yang di berikan Regan padanya selama ini.
"Bagaimana dengan boneka babi, kodok dan tweety yang kamu bilang mirip denganku? apa seperti itu gambaran kamu menyukaiku?sedangkan kamu menyamakan ku dengan mereka." Kali ini emosi Kaira tiba-tiba datang. Ia memang selalu kesal jika mengingat Regan menyamakan wajahnya dengan boneka itu.
"Memang kamu mirip dengan mereka, kamu lucu dan itu yang membuatku gemas. Rasanya aku selalu merindukanmu," jawab Regan santai tetapi membuat Kaira tercengang di buatnya. Bukannya menarik hati agar ia bisa luluh malah membuat emosi Kaira sampai di ubun-ubun.
"Untuk kedua kalinya kamu mengatakan aku seperti boneka babi? Dasar Thanos!" Celetuk Kaira dan kini gantian Regan yang menganga di buatnya.
"Kenapa Thanos? wajahku tidak ungu seperti dia! jika aku berwarna seperti itu apa bedanya aku dengan terong!" Ucap Regan tak terima namun kata-katanya masih lembut.
Kaira tersenyum miring melihat Regan yang keberatan dengan apa yang ia katakan kemudian dengan keberanian yang entah dari mana ia mendekati Regan, mengikis jarak dan bertolak pinggang dengan bertumpu lutut.
"TIdak terima aku sebut kamu thanos, hhmm? lalu apa bedanya dengan aku? kamu sebut aku seperti boneka babi! Apa kamu malah mau aku sebut hulk biar bisa bersanding dengan princess kodok? iya? lebih baik hulk bukan dari pada pangeran kodok. Setidaknya tubuhmu lebih besar dan berotot!"
Perkara babi merembet ke thanos dan hulk, beruntung Kaira tak menyamakannya dengan boneka juga. Kekesalannya memancing Regan yang kini merasa tertantang. Sedikit tak terima namun semakin geregetan dengan posisi Kaira yang menantang.
"Berarti sejak tadi kamu memperhatikan tubuhku? Apa jangan-jangan kamu mulai kagum dengan tubuh suamimu Kai?"
deg
Kaira terdiam dengan posisinya, hingga kedua tangannya terlepas dan oleng karena kakinya yang tiba-tiba keram.
Produksi kalii
..
Di kasih monongan ketika menginjak 10 thn usia perkawinan
Dan ternyata stlh punya anak Baru sy sadar knp Mgkn Tuhan ngasih lama krn faktor istri adik saya.. Yg mgk secara kesiapan mental blm siap di kasih momongan mgk secara umur Iya tp mental blm krn msh Sak karepe dhewe..
Tapi kok kyk bego Dari peran istri gimana
Haruse ga boleh menolak apapun jatah suami
Mlh bahkan sunahnya menawarkan diri, Kan Dah hatam ilmunya seorang guru pula..
Klo kesannya menghindari Dr kewajiban gitu kok kyk org ga pernah punya ilmu