Tampan, memiliki tubuh yang ideal, dewasa dan kaya. Wanita mana yang mampu menolak pesonanya, begitu pula dengan Ara gadis muda 23 tahun begitu sangat tertarik dengan pesona laki-laki dewasa itu. tak peduli jika laki-laki itu sudah memiliki tunangan dan parahnya lagi adalah bibinya sendiri yang bernama Nuri.
" Kenapa Paman begitu tampan, aku tidak bisa untuk tidak berpaling menatap mu!" Ara.
" Aku adalah tunangan bibi mu, sampai hati kamu menggodaku?" Varo.
Bagaimana jika Nuri mengetahui jika keponakannya sendiri lah yang merebut tunangan nya tersebut, apa yang akan dilakukan Nuri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rizal sinte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 13
" Ini pasti Ara ya, ya ampun sekarang kamu sudah besar. Mamah kangen sekali sama kamu."
Deg … Ara pasti salah dengar, tidak mungkin wanita yang tidak pernah ia temui itu menyebut dirinya sendiri dengan sebutan mama padanya.
Cara menoleh ke arah Nuri dan juga Varo namun keduanya hanya diam saja tanpa komentar apapun arah sungguh sangat terkejut apalagi sekarang ini wanita paruh baya itu yang ia yakini adalah mamahnya Faro. Dia sedang memeluknya bahkan mencium kedua pipinya dengan lembut sangat berbeda sekali saat menyambut kedatangan Nuri tadi.
Ara tidak mengerti sama sekali bukankah seharusnya Nuri yang diperlakukan seperti layaknya seorang anak bukan malah dirinya yang hanya keponakan dari calon menantu keluarga Nicholas Hamazin.
" Mah sudahlah, diluar sudah mulai dingin. Apa Mamah tidak ingin mengajaknya masuk?" Tegur Faro karena mereka sudah terlalu lama berdiri di luar.
" Oh iya …" Mamanya menepuk keningnya." Saking senangnya bertemu dengan Ara sampai lupa menyuruh masuk. Ayo silahkan masuk, anggap aja rumah sendiri. Ayo sayang."
Wanita yang masih terlihat sangat cantik itu adalah Felisha Inez Gianina. Usianya lebih dari setengah abad namun paras wanita itu masih sangat terlihat cantik, elegan bak seorang ratu dan terlihat tidak seperti wanita tua pada umumnya dia masih terlihat sangat mudah dan bertenaga.
Feli merangkul lengan Ara dan membawanya masuk meninggalkan Nuri dan juga Varo. Mengajaknya duduk di sofa ruang keluarga, sofa yang begitu sangat mewah dan sudah pasti begitu empuk dengan senyum lebar mengambang di bibirnya. Ara yang masih dalam kebingungan dia menurut saja dan duduk tepat di samping Feli kemudian Nuri dan juga Varo duduk berdampingan di hadapannya. Tak lama kemudian datanglah hidangan begitu banyak sekali serta minum-minuman berwarna-warni yang sudah disajikan oleh para pelayan rumah itu.
Ara melihat ada sepasang suami istri mendekat ke arah mereka. Ara dapat melihat wajah laki-laki yang sedikit mirip dengan Varo dan Ara sangat yakin jika laki-laki itu adalah saudaranya Varo. Mungkin kakaknya pikir, gadis itu karena laki-laki itu terlihat sedikit lebih tua jika dibandingkan dengan Varo.
" Kemari dan duduklah kenalkan itu adalah Nuri sebagai tunangan Varo dan ini adalah Ara keponakannya Nuri. Betul kan?" Feli memperkenalkan Nuri dan juga arah kepada kedua pasangan suami istri itu dan anehnya Feli malah bertanya kepada Ara jika dia adalah keponakan dari Nuri yang tak lain adalah tunangan.
" Dan Nuri arah mereka adalah menantu dan juga anak saya ini reinal Nicholas Hamizan anak tertua saya dan juga istrinya Kayla Syifa Bella."
" Halo salam kenal," ucap Nuri sopan sambil menangkup kedua tangannya begitupun juga dengan Ara namun dia tidak mengucapkan apapun hanya tersenyum dan sedikit mengangguk saja.
" Halo, wah kamu cantik sekali malam ini selamat datang di rumah ya," ucap Keyla ramah, dia duduk di samping Nuri keduanya pun bersalaman kemudian cipika-cipiki.
" Kakak jauh lebih cantik," balas Nuri, keduanya tertawa kecil.
" Ato silahkan diminum dulu, selagi makan malamnya masih di siapkan. Ketimbang tenggorokan kering," ucap Keyla sedikit berguru.
" Hehehe, Kak Keyla bisa saja. Terima kasih." Keduanya terlihat sudah sangat akrab, Ara tersenyum tipis melihatnya.
" Bagaimana dengan kuliah mu, Ara? Beberapa bulan lagi akan wisuda kan?" Tanya Feli, dia bahkan menggenggam tangan Ara sambil menghadap arahnya.
" Ara masih kuliah? Setahu saya kamu sudah berumur lebih dari 20 tahun, kan?" Rey tiba-tiba menyela, tentu dia sudah mengetahuinya, karena yang akan menjadi anggota keluarganya pasti sudah diselidiki asal usulnya dari orok hingga sekarang ini. Dari buyut hingga cicit. Tak tertinggal sedikitpun, begitulah sifat orang kaya.
" Iya Paman, umur Ara 23 tahun tapi masih kuliah. Memang terdengar memalukan, namun ini bukan keinginan Ara kuliah di usia segini," jawab Ara.
" Maksudnya?" Keyla tidak paham.
" Dulu saat SD Ara terkena penyakit kanker jantung hingga sekolahnya tertunda beberapa tahun, untunglah dia bisa melewati masa yang sangat menyakitkan itu hingga sembuh total. Makanya dia masih kuliah padahal umurnya sudah 23 tahun." Nuri menjelaskan. Semuanya manggut-manggut saja.
" Kasihan sekali kamu sayang, tapi syukurlah sekarang sehat dan tumbuh menjadi gadis yang pintar dan cantik." Feli membelai wajahnya lembut.
" Oh iya, Mama punya hadiah buat kamu. Darmi, tolong ambilkan kotak di atas meja kamar saya, ya."
Ara menatap bingung, kenapa dirinya mendapatkan hadiah? Hingga tak lama kemudian datanglah wanita paruh baya sambil membawa kotak di tangannya.
" Ini, Nyonya," ucapnya menyerahkan.
" Terima kasih ya Darmi." Kemudian dia raih kotak tersebut lalu dia membukanya dan tersenyum menatap Ara.
" Ara kemarikan tangan kirimu," pintanya. Dengan bingung Ara mengangkat tangan kirinya perlahan. Kemudian Feli menariknya sedikit hingga sebuah cincin yang indah itu terpasang di jari manisnya. Ara tak berkedip melihat jari manisnya yang memancarkan sinar hingga terlihat sangat indah.
" Ini adalah harta berharga milik keluarga, cincin permata warisan turun temurun, dan sekarang Mamah akan memberikan nya padamu," ucap Felyi dengan mata berbinar melihat keindahan jari manis Ara setelah di pasang cincin permata biru tersebut.
Keyla melihatnya begitu iri dengan keindahan cincin tersebut. Dia memang selalu mendapatkan hadiah barang berharga dari ibu mertuanya tetapi cincin warisan turun-temurun mengapa dirinya tidak mendapatkan padahal dia adalah menantu tertua di keluarga ini, bahkan sudah memberikan dua orang cucu untuk mereka. Tetapi mengapa cincin berharga warisan itu malah diberikan kepada orang lain, yang bahkan hanya sebagai keponakan calon istri dari adik iparnya saja, sungguh membingungkan.
Keyla tidak mengerti sama sekali apa sebenarnya hubungan antara Ara dengan cincin ahli waris itu. Padahal sudah sangat jelas jika Nuri lah calon istri adik iparnya tersebut, seharusnya Nuri yang mendapatkan cincin itu tetapi kok malah Ara! ingin sekali dia bertanya namun tidak memberanikan diri.
Bukan hanya Kaila saja yang kebingungan, tentu Ara lebih bingung dari siapapun. Dia melihat bibinya yang hanya tersenyum saja kepadanya, kemudian ia kembali melihat cincin yang begitu indah dengan permata biru di tengah-tengahnya itu berada di jari manisnya.
Ara tidak mengerti, sama halnya seperti Kayla. Kenapa dirinya yang mendapatkan cincin tersebut, kenapa bukan bibinya. Sebenarnya ada apa ini? Ara ingin menanyakan hal tersebut. Pertama dia ingin menanyakan mengenai Felly yang menyebut dirinya sendiri mamah padanya. Dan sekarang hadiah yang begitu berharga. Namun entah kenapa mulutnya seakan terkunci sehingga pertanyaan itu ya simpan dalam hatinya.
" Bagaimana Varo! Terlihat cantik bukan?" Tanya Fely pada anaknya yang sedari tadi hanya diam saja.