Derita Istri Pertama

Tanpa sepengetahuan sang suami, Liona pergi menemui Bramantio. Saat ini ia butuh seseorang untuk mendengarkan segala keluh kesahnya. Terlalu banyak luka tertanam dalam diri Liona, sehingga tidak mudah baginya berbagi kesedihan dengan orang lain. Semasa kuliah dulu ia selalu mencurahkan keluh kesah kepada Bram seorang, karena memang hanya Bram yang bisa menyimpan rapat semua curahan hati Liona. Setelah beberapa saat sampailah mereka di sebuah cafe biasa mereka bertemu. Bram terlihat masih mengenakan seragam kerja, dia duduk sambil menerka gerangan apa yang membuat wajah Liona memerah. Liona berusaha bersikap baik baik saja, namun tanda merah pada pipinya telah berbicara sendiri.

"Ada apa katakanlah padaku...." Tanya Bram penuh selidik. Ia sangat tau kalau Liona tidak baik baik saja, pasti ada sesuatu yang membuatnya bungkam. Ingin sekali Bram memeluknya sembari berkata (Lupakan sakitmu kemari datang padaku, akan kupersembahkan bulan hanya untukmu seorang). Rasa cinta Bram sudah lama tersimpan rapat untuk Liona.

Liona nampak terus menundukkan kepala dan sesekali terlihat menyeka air mata. Sungguh menyakitkan jika di ingat bagaimana Raditya berlaku kasar padanya, Tatapan kebencian yang dulu hampir sirna kini kembali membakar hati sang suami.

Liona sendiri sadar jika dia curhat masalah pribadi dengan orang lain, justru akan memperkeruh suasana. Kebanyakan pihak ketiga menjadi pemicu retaknya rumah tangga seseorang. Tidak jarang mereka sampai terpisah, dan itu sebab orang ketiga. Meski begitu Liona tak kuasa menahan lukanya, bahkan beberapa kali ia berusaha kuat depan Bram, tetap saja air mata keluar dari teluk. Berulang kali Bram bertanya ada gerangan apa sampai membuatnya bersedih seperti itu. Lion tak berkata apa pun.

"Oh jadi ini kelakuan kamu di belakangku?" Suara itu mengejutkan Liona. Seketika menoleh dan benar saja Raditya sudah berdiri di belakangnya. Kedua tangan mengepal erat dan langsung menyeret Bram keluar dari cafe.

"Mas aku bisa jelaskan, dia hanya teman lamaku saja" Mencoba menjelaskan namun Raditya tak perduli. Hati telah di kuasai api kemarahan yang sudah meluluh lantahkan hati dan pikiran.

"Minggir kamu...." Menepis tangan Liona ketika menyentuh lengan kanannya "Banar kata para tetangga kalau kamu suka keluyuran dan memang banar kamu selingkuh dengan Dokter ini" Wajah Raditya memerah akibat teebakar api cemburu. Sesungguhnya ia sudah mulai mencintai Liona meski baru sedikit. Perasaan cinta tumbuh seiring waktu berjalan, sekuau apapun Raditya menyangkal perasannya sendiri, tetap saja hatinya berkata lain.

"Jangan kasar begitu dong sama perempuan" Sambung Bramantio.

Brugh....

Bramantio hampir terjatuh saat Raditya memukul wajahnya "Jangan berani menyentuh istriku?" Handak melayangan pukulan. Sigap Liona memasang badan niat hati ingin melindung Bram, tapi apesnya Liona justru terkena tinju sampai dia jatuh pingsan. Begitu keras pukulan Raditya mengakibatkan kepala Liona pusing lalu ambruk seketika.

Sontak Bram langsung mengepalkan kedua tangan, ia tidak terima dan lalu membalas pukulan Raditya "Laki laki sepertimu tidak pantas menjadi suami untuk wanita surga seperti Liona. Ingat, yang terbaik adalah yang saat ini kamu sia siakan"

Brugh.....

Badan Raditya terjatuh, darah segar mengalir di ujung bibirnya "Berani sekali kamu memukulku..." Mengusap darah lalu kembali bangkit.

Bram segera memapah tubuh Liona yang terbaring tidak sadarkan diri "Maafkan aku Li...." Terpaksa dia harus menyentuh Liona karena terdesak oleh keadaan.

Raditya menghalangi Bram "Lepaskan dia. Kamu tidak punya hak atas dia, lebih baik serahkan dia kepadaku. Aku adalah suaminya, berhak atas dirinya" Berusaha mengambil alih badan Liona.

"Bisa bisa dia mati di tangan kamu, biarkan aku membawanya. Dia akan lebih aman ketika bersamaku"

HatiRditya semakin memanas "Beraninya kamu....." Hendak memukul lagi, tapi dengan kasar Bram menendang paha Raditya sampai dia meringis kesakitan.

"Setelah apa yang kamu lakukan masih berani membicarakan pasal hak? kalau kamu tidak punya kaca di rumah, coba ngaca di sana (Menunjuk kaca yang ada di depan cafe) coba bercermin dulu sudah pantaskah kamu berkata seperti itu? Tidak ada seorang suami tega menyakiti perasan istrinya" Segera Bram mambawa Liona masuk dalam mobilnya.

Melihat Bram membasa Liona pergi membuat Raditya samkin terbakar api kemarahan.

"Hey....berhenti kamu. Mau kamu bawa kemana istriku?" Dengan cepat ia berlari menuju mobil yang terparkir tidak jauh dari tempatnya berada, lalu ia mengikuti kemana arah mobil Bramantio.

"Sial.....(Memukul stir kemudi) kamana perginya orang itu?" Kehilangan jejak mereka,dan Raditya memutuskan untuk kembali pulang.

Memberanikan diri mengusap wajah Liona "Kenapa kamu masih bertahan dengan laki laki seperti itu? Kamu berhak bahagia tapi bukan bersamanya, melainkan denganku. Sudah lama sekali perasaan ini menyiksaku selama bertahun tahun. Kamu satu satunya wanita yang aku cintai" Lirihnya sembari memandangi wajah ayu Liona.