Di masa tua nya, anak anak asih dengan tega nya membuang ibu nya ke tempat penitipan lansia. mereka tak ingin merawat ibu nya lagi. karena di anggap menyusahkan.
apalagi asih juga sakit sakitan, dan membutuhkan biaya pengobatan yang tak sedikit. bagaimana kisah cerita tentang asih. yuk simak bersama sama.....
kisah ini aku buat dengan penuh ketegangan, dan juga sedih ya. jadi kalau ga suka bisa langsung skip. selamat membaca!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon putrinw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.23
"Kenapa harus ibu nak?" tanya nya dengan air mata yang mengalir deras nya.
"Bu! kalau bukan ibu siapa lagi, aku begini karena aku perduli sama ibu. coba ibu bayangin tinggal di Sana sendirian, dan orang orang desa itu malah menjelekkan nama ku. Sebaiknya ibu dititip ke griya lansia, saja. karena ini solusi yang terbaik. Dimana ponsel ibu?" tanya nya dengan menoleh kesekitaran ibu nya, mencari ponsel dan ingin menghubungi kakak nya itu.
"Nak, buat apa kamu mencari nya." ucap nya sambil menggelengkan kepalanya pertanda tak setuju dengan keputusan sepihak dari Ida.
"Aku mau ngomong sama kak Fatih, atau Farid."ucap nya sambil mengecek nomor kakak nya, dan memasukan ke dalam ponsel nya.
"Tes....tes.." air mata nya mengalir deras, dan tatapan nya begitu sendu sekaligus kecewa. Tak menyangka Ida akan berbuat seperti ini kepada nya. Sakit sekali rasanya.
Dia memegang tangan Ida, dengan sedikit bergetar, dan merasa takut.
"Nak, tolong, jangan. Ibu ga mau kesana nak. Kalau kamu ga mau ngurus ibu gpp, ibu bisa urus diri ibu sendiri. Tapi ibu ga bisa meninggalkan rumah almarhum ayah mu." ucap Bu asih dengan wajah sendu nya.
"Sudahlah Bu, jangan egois. rumah itu udah ga layak di huni, ibu mau mempermalukan aku ya. Aku ini, istri kepala desa, orang orang menghormati ku di sana, saat aku kembali ke rumah ibu, malah yang ku dapatkan cacian dan hinaan." ketus nya dengan nada yang cukup tinggi.
Ida sudah memikirkan jalan terbaik dari permasalahan ini. Dia tak ingin lagi bertemu dengan para tetangga ibunya itu, rencana nya dia akan menjual rumah dan tanah itu,untuk kebutuhan hidup nya. Itulah sebabnya dia ingin memasukan ibunya ke sana, agar beban yang selama ini ia pikirkan.
"Diam Bu, aku mau nelpon anak laki laki ibu dulu."
"Drttt....
"Halo, siapa ini?" tanya Farid dengan tatapan datar nya.
"Aku Ida kak."
"mau ngapain kamu, Telpon saya lagi. jangan panggil saya kakak, karena saya tak memiliki adik seperti mu. Yang hamil di luar nikah. Buat malu keluarga!" cibir Farid yang masih membenci dengan adik perempuan nya.
hal itu membuat Ida menjadi emosi seketika.
"Hahah, tapi hidup ku udah lebih baik, dari yang dulu. Biarpun hamil di luar nikah tapi keluarga ku bahagia. Ga seperti kakak yang masih belum menikah." ejek nya yang tak mengetahui bahwa Farid sudah menikah tanpa sepengetahuan nya.
"Gausah sok tau kamu. saya juga sudah menikah dengan anak dari perusahaan tempat saya bekerja. Hidup saya udah jauh lebih baik, dari pada kau Ida."
"Dengar kak, aku bukan Ida yang dulu lagi. yang gampang ditindas. sekarang aku menjadi ibu kepala desa di tempat ku, aku juga dihormati, di sanjung dan di segani masyarakat Desa. Jadi jangan menghina ku lagi. karena aku juga membenci mu!" cibir Ida dengan penuh emosi.
Asih yang mendengar ucapan anak anak nya, langsung menghela nafas berat, dia memeluk dirinya sendiri, berharap tak melihat anak anak nya bertengkar. padahal dulu mereka sangat menyayanginya, dan sangat begitu kompak.
"Ida! Farid! Cukup nak, ibu mohon." ucap nya dengan nada bergetar sambil menahan sesak di dada nya.
Kedua nya yang tadinya berdebat, langsung berhenti dan Farid langsung tersentak kaget, ternyata Ida ada bersama dengan ibu nya itu.
Dia mendengar suara ibu nya di telpon, dan kebetulan Ida los speaker ponsel nya, agar ibu nya mendengarkan perdebatan nya itu.
"Bu, kenapa ibu bisa bersama nya?" tanya Farid dengan tatapan tak suka.
"kalau kak Farid masih menyayangi ibu, sebaiknya kakak urus ibu yang lagi sakit ini, gausah limpahkan tanggung jawab ini kepada ku. karena aku tak bisa berbuat apa apa disini."ucap Ida dengan nada yang cukup tinggi.
"saya ga bisa ngurus ibu! karena istri saya pasti ga menerima kehadiran ibu. Jadi kamu aja yang ngurus beliau."
"Loh, ga bisa gitu dong kak. Kak Farid juga anak ibu kan, kakak anak pertama, jadi kakak yang harus ngurus ibu, yang sakit sakitan ini!"
"saya menolak, dan saya ga bisa!" ucap nya dengan tegasnya.
"Kalau kak Farid ga bisa, suruh Fatih pulang. Dan suruh dia ngurus ibu."
"Fatih juga sibuk, dia ga bisa mengurus ibu!" ucap nya langsung yang merasa emosi saat berbicara dengan adiknya itu.
"Ibu bisa sendirian nak, kalian jangan berdebat lagi ya. Ibu ga ingin hubungan persaudaraan kalian menjadi renggang nak. Tolong jangan berdebat lagi ya." ucap asih dengan tatapan sendu nya itu.
Ida terdiam, dan langsung menarik nafas nya dalam dalam, dan menyampaikan niat nya, karena ini adalah momen yang pas.
"Aku punya solusi kak!".
"Apa?" ketus Farid yang masih terlihat kesal dengan Ida.
"Aku akan memasukan ibu ke sebuah lembaga griya lansia. disana ada orang orang yang seusia ibu. Dan ibu pasti akan di rawat dengan baik disana."
Farid yang mendengar usulan Ida, langsung terdiam dan mencoba memikirkan yang terbaik untuk ibu nya itu.
"Ide kamu bagus juga, apakah kamu ada nomor ponsel dari lembaga tersebut, atau pengurus nya?"ucap nya dengan wajah penasaran.
"Ada kak, aku dapat dari ibu ibu desa ku."
"Kirimkan nomer nya kesini, biar aku yang ngurus."
"hmm."
"Tut....
"Tes....tes..." air mata nya tak berhenti mengalir deras nya, anak anak nya begitu tega, kepada nya. padahal dia tak ingin meninggalkan rumah peninggalan dari almarhum suaminya itu. Tadinya dia berfikir Farid akan mau menolak usulan Ida. Tapi anak nya malah terlihat setuju, dan itu kembali membuat hati nya terluka begitu sakit.
"Hiks....Ida, apa salah ibu sama kalian nak. Kenapa kalian tega sama ibu?"
"Ckck, ibu gausah drama. Di sana juga ibu akan di urus sama para perawat nya. Jadi sebaiknya ibu tinggal di sana, dan rumah itu akan aku jual."
"Da, tolong jangan di jual nak. Cuman itu, satu satu nya peninggalan ayah mu. rumah itu, banyak kenangan nya nak. Tolong."
"Ida pulang dulu Bu, oh ya mana kunci rumah ibu, biar Ida ambil sertifikat nya."
"Da, tolong nak, jangan di jual rumah ibu." ucap asih yang masih memelas sambil memohon kepada anak nya.
tapi Ida sama sekali tak menggubris ucapan nya, dia langsung pergi dan tujuan nya yaitu mengambil sertifikat ke rumah ibu nya. Tapi saat ingin menuju ke desa tempat tinggal ibu nya, suaminya sudah menelpon nya. Dan terpaksa dia kembali ke rumah dan menjalankan misi nya besok.
"Ya Allah, kenapa hidup ku menjadi seperti ini?" gumam nya sambil memeluk selimut nya ,dan mata nya sembab karena kebanyakan menangis.
Kasian wita suster yg baik semoga suatu saat wita bisa ktmu ma bu asih..