Mengandung adegan yang tidak pantas untuk ditiru. Happy Reading. CERITA INI BELUM TAMAT DAN SANGAT SLOW UPDATE.
Mencoba meraih kebenaran atas kematian ibunya, ternyata membuat Laura terjebak dalam pernikahan dengan seorang mafia. Namun, kehidupan mereka tidak semudah yang dibayangkan. Karena bagi seorang mafia, wanita tidak boleh menjadi sebuah kelemahan.
"Jangan harap kau bisa melarikan diri dariku!"
Akankah kisah kasih Laura dan Michael berakhir bahagia? Bagaimana mereka menjalani setiap masalah yang ada? Lantas sekuat apakah sosok Laura hingga berhasil meraih hati Michael, padahal dia sendiri sudah berusaha menutupi identitasnya?
Yukk kepoin, jangan cari wanita lemah di sini! Karena wanita itu sejatinya sosok yang kuat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rissa audy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 13: Misi Michael
Beberapa orang masih tercengang di dalam mobil, sedangkan pemimpin anggota tersebut hanya menatap kepergian Laura dalam diam. Hingga pertanyaan anak buahnya pun segera menyadarkannya dari lamunan. "Bos, kita akan membiarkannya pergi begitu saja?"
Untuk sesaat pria itu terdiam, hingga Laura menghilang di balik kegelapan malam barulah bibirnya mulai terbuka menanggapi anak buahnya. "Apa kau bodoh?" teriaknya memukul kepala pria di sampingnya. "Dia bukan gadis biasa. Kekejamannya hampir setara dengan Michael. Setidaknya sekarang kita sudah tahu seperti apa wanita itu. Lebih baik jangan bertindak lebih jauh jika masih ingin bangun besok pagi."
"Tapi, Bos. Bagaimana dengan klien kita?"
"Cari saja informasinya! Jika dia sendiri saja bisa mengalahkan tiga pria dengan mudah. Kita pasti juga akan kehilangan anggota kalau sampai mengusiknya. Bayarannya tidak setimpal." Tatapan pria itu masih menuju kegelapan malam. "Dia mengingatkanku pada seseorang," batin pria itu.
"Bagaimana dengan mayat itu, Bos?"
"Bereskan semuanya dan kita pergi!"
Akhirnya mereka pun memilih mundur daripada mati di tangan Laura. Bukan karena mental mereka yang lemah, tetapi memang pada dasarnya kelompok tersebut menjunjung tinggi rasa persaudaraan dalam anggotanya. Bukan hanya menolak pekerjaan yang berakhir dengan nyawa, tetapi memang pada dasarnya mereka hanyalah gangster yang menagih utang dan menjadi pembunuh bayaran orang-orang tertentu.
Di belahan dunia lainnya, seorang pria tengah berdiri sambil memasukkan kedua tangan ke dalam kantong celananya. Dia berjalan menyusuri persenjataan yang berada di hadapannya hanya dengan sekali memandang.
Denting notifikasi dari ponsel, membuatnya mengeluarkan benda tersebut. Sebuah senyum miring tersungging tipis di bibirnya menatap sekilas laporan yang dia terima. Dia lantas memasukkan kembali benda pipih tersebut ke dalam sakunya.
"Aku akan membayarnya tiga kali lipat. Berikan benda ini padaku!" ucapnya menatap ratusan senjata api keluaran terbaru pasar gelap pada sang penjual.
Pemilik benda tersebut menutup peti berisikan senapan dan alat-alat lainnya itu. "Tuan, semua ini adalah barang pesanan. Kami tidak bisa menyerahkannya begitu saja pada Anda, meskipun Anda menawarkan harga tinggi."
Michael menengadahkan tangan, seorang pria di belakang memberikan sebuah amplop coklat padanya. Tanpa ragu, dia pun melemparkan benda tersebut kepada penjual barang. "Kau bisa memberikan keputusan setelah membuka amplop itu," ujar Mich dengan santai berbalik menuju sebuah kursi.
Sambil menunggu, reaksi dari pedagang itu. Michael meraih sebuah cerutu dan menyalakannya, mengisap, serta mengeluarkan kemepul asap dari bibirnya yang bahkan tak pernah bersinggungan dengan wanita. Hingga sesaat kemudian, pedagang itu pun menatap tak percaya padanya.
"Benarkah semua ini? Anda pasti bohong 'kan. Lagipula dari mana orang seperti Anda bisa mendapatkan informasi seperti ini?" tanya orang itu tak percaya.
"Apa kau tidak curiga? Kenapa kakakmu memintamu mengantarkan barang langsung, padahal sebenarnya anak buah kalian bisa melakukannya?" Michael berdiri dari posisinya, mematikan cerutu dengan memasukkan ke gelas minuman miliknya hingga, gelas itu pun terbakar untuk sesaat.
"Di–dia hanya ingin aku belajar bisnis ini," jawab pria itu ragu.
Suara tawa mengerikan menggelegar memenuhi ruangan untuk sesaat. "Kau jenius, tapi benar-benar bodoh. Pantas saja kakakmu memanfaatkan kebodohanmu itu."
"Apa maksud Anda?"
"Dia mengirimmu ke mereka agar dengan mudah membunuhmu di sana dan mengatakan pada ayahmu jika kau tewas dalam perjalanan pengiriman. Sedangkan mereka tidak perlu membayar semua barang ini dan hanya perlu membawa dirimu untuk ayahmu, lalu mendapatkan lebih hanya dengan mengancam nyawamu, jika tidak ingin melihat anaknya menjadi mayat." Michael melangkah mendekatkan diri pada pria itu, membisikkan sesuatu ke telinganya dengan begitu mengintimidasi. "Pada akhirnya kau tetap akan mati karena ayahmu berusaha membuatmu menggantikannya. Tapi saudaramu menginginkan posisi itu. Jadi, dia menganggapmu sebagai ancaman dan memilih menukar dirimu. Dia bekerja sama dengan mereka, demi menggantikan posisi ayahmu."
"Tidak mungkin! Kakak tidak mungkin melakukan itu. Kau tidak mengerti betapa baiknya persaudaraan kami. Jadi, jangan menyimpulkan semuanya sendiri! Apalagi dengan ancaman seperti ini!" Pria itu membanting amplop coklat di tangannya. Tak terasa tubuhnya bergetar bergetar memikirkan setiap kata yang keluar dari mulut Michael.
"Kalau kau tidak percaya kita bisa mencobanya!"
"Caranya?"
Michael memberikan kode, para anak buahnya pun memindahkan semua barang yang dibawa pria itu dan mengubah isi di dalamnya. Sementara itu, seorang lainnya melangkah ke luar dan untuk sesaat suara tembakan menggelar membuat pria di depan Michael seketika menunduk. "Apa yang kau lakukan pada anak buahku? Kau menipuku?"
Bukannya menjawab, Michael juga menghabisi seorang pria yang berada tepat di samping pria tersebut dengan sekali tembak. Sang penjual hanya terdiam tak percaya pada pemandangan di sekitarnya saat ini.
"Lihat! Dia bahkan berusaha membunuhmu dan seluruh anak buah yang kau bawa hanyalah mata-mata kakakmu. Tugas mereka bukan menjagamu, tapi memastikan kau mati di tangan mereka," ucap Michael menunjukkan sebuah belati yang dipegang pria tergeletak itu. "Sekarang pergilah! Anak buahku akan berperan sebagai bawahanmu. Bawa barang palsu itu dan buktikan ucapanku salah, jika kau memang percaya persaudaraan dalam dunia mafia itu ada. Bulshit! Mereka hanya menginginkan kekuasaan tertinggi dan akan melakukan dengan cara apapun."
Mereka pun segera pergi meninggalkan Michael seorang diri, menuju tempat perdagangan yang sesungguhnya. Hanya saja barang asli sudah ada pada Michael. Namun, misinya bukanlah pada senjata itu, tetapi memastikan pria tersebut kembali ke ayahnya dengan selamat.
Mereka pun segera bergerak menuju tempat perdagangan yang seharusnya, karena memang sebelumnya Michael lah yang menghadang perjalanan mereka.
Pria itu mulai memasuki kawasan dengan beberapa anak buah samaran. Namun, dengan segera beberapa orang bukannya menyambut dirinya, tetapi malah langsung mengepung tempat tersebut. Sementara itu, anak buah Michael seketika berkerumun untuk melindungi si pedagang.
"Apa maksudnya ini?" tanya pria itu sedikit kebingungan. Ternyata mereka benar-benar merencanakan pembunuhan untuknya.
Sebuah tepuk tangan terdengar cukup menggelegar. Seorang pria berusia yang bisa dibilang sama dengan Michael melangkah dengan arogan keluar dari tempatnya. "Senang bertemu dengan Anda, Tuan Muda Jacob. Kakakmu banyak bercerita tentangmu dan membanggakan kejujuranmu itu."
"Jadi benar kakak bersekongkol dengan mereka untuk membunuhku," batin pria yang tak lain adalah Jacob. "Apa maumu? Bukankah kalian hanya ingin membeli barang?" tanyanya memastikan.
"Barang apa?" tanya laki-laki itu sambil tersenyum sinis. "Apa kita membeli barang?" Pada anak buahnya seolah mengejek kedatangan Jacob
Jacob belum berbicara, meskipun dia cukup kompeten, tetapi tapi jika menghadapi orang sebanyak ini juga tidak akan mampu melawannya. Walaupun saat ini ada beberapa orang bersamanya.
"Apa yang datang tidak lah sepadan, kami menginginkan lebih. Memangnya kamu kira barang yang datang akan cukup untuk kami? Tidak!" Laki-laki itu tertawa, suaranya terdengar menggelegar, diikuti oleh hampir seluruh anak buahnya sehingga kini di tempat itu hanya terdengar tawa yang mengerikan. "Kami menukar hal yang lebih penting dengan nyawamu. Jadi katakan permintaan terakhirmu, akan aku sampaikan jika bertemu dengan ayahmu!"
To Be Continue…