Anaya White memaksa seorang pria asing untuk tidur dengannya hanya untuk memenangkan sebuah permainan. Sialnya, malam itu Anaya malah jatuh cinta kepada si pria asing.
Anaya pun mencari keberadaan pria itu hingga akhirnya suatu hari mereka bertemu kembali di sebuah pesta. Namun, siapa sangka, pria itu justru memberikan kejutan kepada Anaya. Kejutan apa itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irish_kookie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kau Milikku
Anaya terpaku mendengar pernyataan Josh. Dia menatap pria bertubuh kekar dan berparas tampan itu dengan tatapan tak percaya.
"Kau gila, Josh! Bagaimana mungkin aku menjadi milikmu hanya karena satu kesalahan! Le-lepaskan aku! Kita harus kembali bekerja!" Anaya mendorong dan berusaha melepaskan dekapan Josh.
Namun, Josh menggeleng. "Aku sungguh-sungguh, Nay! Aku tidak bisa berpaling darimu sejak saat itu."
Anaya menghela napas. Dadanya sesak dan rasanya ingin menangis. "Josh, kau tau bagaimana hatiku, tapi kita tidak bisa dan tidak boleh!"
Sepertinya logika Josh sudah menguap entah ke mana. Akan tetapi, dekapannya mengendur dan dia melepaskan Anaya.
"Aku sudah gila. Maafkan aku, Nay," katanya menunduk.
Anaya dapat merasakan apa yang Josh rasakan. Mereka memiliki perasaan yang sama seolah hati mereka sudah terikat satu sama lain.
Namun, jarak yang terbentang di antara mereka terlalu jauh dan terlalu dalam untuk mereka sebrangi.
"Josh, a-, ...."
"Kau tau, Nay, aku akan bercerai dengan Celline dalam waktu dekat ini. Hubungan kami sudah tidak baik-baik saja selama satu tahun ini," kata Josh yang tiba-tiba saja membuka cerita kehidupan pribadinya.
Anaya jatuh terhenyak di kursi kerjanya. "K-kau serius? Bukan karena aku?"
Josh menggeleng sambil tersenyum tipis. "Bukan, tapi karena masalah bisnis."
"Tiga tahun pernikahan kami dan hanya satu tahun awal aku hidup bahagia dan dia memperlakukan aku sebagai layaknya seorang suami," kata Josh.
Mata pria itu menatap kosong ke arah jendela luar, tangannya terlipat di dada, dan nada suaranya kering seperti gurun tandus yang tak bisa dihuni oleh makhluk hidup.
"Aku merasa seperti karyawan yang harus mengejar target demi membuat Celline tersenyum. Apalagi saat bisnisku hancur, kau tau inflasi dua tahun lalu? Ayah mertuaku akhirnya menyelamatkan bisnisku itu dan sekarang, aku memutuskan untuk mengambil sahamku dan memulai semuanya dari nol," kata Josh lagi.
Dia terdiam sejenak. Lalu, dia tersenyum dengan raut wajah yang aneh. "Tentu saja, ada peran ayahmu di sana sehingga aku bisa bangkit dari keterpurukanku dan lepas dari Celline dan perusahaannya."
Setelah Josh bercerita, suasana ruangan itu hening. Tenang yang menakutkan dan mengerikan.
Anaya tidak dapat membayangkan bagaimana kehidupan pernikahan Josh dengan Celline.
Yang dia tahu, semua pernikahan pasti membahagiakan. Cerita itu yang selalu diagung-agungkan oleh ayahnya.
Namun mendengar cerita Josh, kini pernikahan yang indah itu terdengar seperti sebuah dongeng.
Gadis itu berdiri dan beranjak dari kursinya. Langkahnya digerakkan oleh hatinya.
Dia mendekati Josh dan memeluknya tanpa sepatah kata pun.
Anaya berusaha memasukan semua kalimat penghiburan, simpatinya, dan segalanya ke dalam pelukan itu.
"Thank you, Nona. Kini aku lega, paling tidak sekarang aku punya seseorang untuk berbagi," kata Josh sambil mengeratkan pelukan Anaya.
Anaya mengusap punggung Josh dengan lembut. "Berbagilah denganku, Josh. Kau boleh bercerita tentang apa saja, pasti akan kudengarkan. Bahkan, kalau kau meminta sesuatu, sebisa mungkin akan kukabulkan permintaanmu itu."
Tiba-tiba saja, Josh melepaskan pelukannya. "Boleh aku minta sesuatu?"
Anaya mengangguk. "Tentu saja. Kau mau minta apa?"
"Bolehkah aku menciummu? Aku butuh ketenangan," tanya Josh dengan wajah tak bersalah.
Sontak saja, semburat merah menjalar cepat di wajah Anaya. Dia menampar pipi Josh dengan kesal. "K-kau ini, benar-benar mesum, ya!"
"Aku kasihan padamu, tapi bukan berarti kau boleh meminta sesuatu yang berlebihan seperti itu! Tidak sopan!" tukas Anaya.
Josh tertawa. Lalu, dia kembali menarik Anaya ke dalam pelukannya. "Aku senang bertemu denganmu, Nay. Kau bisa membuatku tertawa."
"T-tapi, mau tidak boleh seperti ini terus, Josh. Walaupun kau akan bercerai, bukan berarti kita bisa ... Kau tau, kan? Tetap tidak boleh," kata Anaya ragu.
Bayangan tentang Josh yang sebentar lagi akan bercerai membuat perut Anaya seolah dihinggapi kupu-kupu.
Otaknya, entah mengapa menunggu moment itu tiba sesegera mungkin.
Namun, semua itu ditahannya dengan baik. Sampai Josh menanyakan sesuatu yang sejak lama dia impikan, "Maukah kau menungguku, Nay? Menunggu sampai aku benar-benar bercerai, sehingga kita bisa bersama?"
Sebenarnya, Anaya dengan mudah mengangguk dan menjawab pertanyaan itu.
Akan tetapi, dia memilih diam. "A-aku tidak tau, Josh. Aku, ...."
Josh mendekatkan wajahnya ke arah Anaya, memperkecil jarak di antara mereka.
Dia berbisik lembut, sangat lembut di telinga Anaya. "Aku menginginkanmu dan membutuhkanmu dalam hidupku, Nay."
Anaya memejamkan matanya, menikmati setiap hembusan napas pria itu yang menggelitik sopan telinganya.
Matahari belum sepenuhnya naik, tetapi suasana di ruang kerja Anaya sudah panas membara pagi itu.
"Josh, a-aku, ...,"
Bibir Josh perlahan menggigit pucuk telinga Anaya dan membuat sensasi terbakar dalam diri Anaya.
Gadis itu mencengkram pundak Josh dengan kencang. Entah kenapa dia tidak bisa mengatakan stop, bahkan dia ingin Josh tak berhenti sampai di situ.
"Nay, aku menunggu jawabanmu. Maukah kau menungguku?" tanya Josh lebih lembut dari sebelumnya.
Tentu saja, serangan Josh tak berhenti sampai situ. Sementara hati dan pikiran Anaya bertarung habis-habisan.
"Dorong dia, Nay-tapi, aku tidak bisa, ini terlalu nikmat. Kau bisa-tidak! Aku tidak akan melewatkan yang satu ini, lihat saja apa yang dilakukan tangannya. Aarrggh, kau bodoh, Nay! Itu pelecehan! Lepaskan dia, tendang saja, tapi dia terlalu tampan dan seksi untuk kutendang. Oh, Tuhan." Begitulah kira-kira isi kepala Anaya saat itu.
Beruntung saja, sebelum tangan Josh berpindah dari pinggang ke bagian depan tubuh Anaya, suara interkom berhasil memisahkan mereka dengan baik.
"Nona White." Suara Leona terdengar jelas dari seberang. "Ada Tuan Scout datang hendak menemui Anda."
Kening Anaya mengerut. "Tuan Jack Scout?"
Suara Leona kembali terdengar. "Ya, Nona. Beliau membawa berkas kerja sama serta beberapa dokumen untuk Anda."
"Baiklah. Persilakan Dia masuk, Leona, terima kasih." Anaya bersiap menyambut Jack sambil merapikan pakaian serta rambutnya.
Sementara Josh, tersenyum puas dari meja seberang.
Tak lama, Jack masuk. Kacamata bulatnya tak dapat menghilangkan kesan manis di wajahnya.
"Morning, Baby. Aku tidak menganggu jadwalmu, kan?" tanya Jack sambil mengecup pipi kanan dan kiri Anaya.
Anaya menggeleng. "Tidak. Silakan duduk, Jack."
Seperti seorang pengganggu, sebelum Jack duduk, Josh membacakan jadwal hari itu. "Nona, kita akan ada meeting di luar dengan Bighit Company pukul sebelas pagi ini dan setelah itu, makan siang Anda akan bersama dengan direktur PT Forester dan setelah itu, Anda akan kosong sampai pukul tiga sore."
"Baik, Josh. Terima kasih. Bisakah kau membiarkan aku bicara dengan Tuan Scout pagi ini. Kita masih punya waktu satu jam, kan sebelum meeting." Anaya menunjukkan wibawanya dengan baik.
Josh mendengus tidak suka, tetapi dia menyamarkan dengusan itu menjadi suara batuk. "Uhuk! Baik, Nona."
Setelah Josh kembali ke mejanya, Jack memberikan amplop cokelat pada Anaya. "Bukalah!"
Anaya mengambil amplop itu dengan bingung. "Kau sedang tidak melamar pekerjaan untuk menjadi karyawanku, kan Jack?"
"Hehehe, kalau ada posisi kosong, dengan senang hati aku akan memasukkan CV-ku," balas Jack tersenyum.
Betapa terkejutnya Anaya saat melihat isi amplop itu. "Kau mendapatkannya?"
Jack mengangguk bangga. "Tentu saja. Aku ingin kau meluangkan waktu untuk itu, Nay. Lagi pula, itu hari Sabtu. Kau bisa, kan?"
"Ten-, ...." Pandangan Josh yang tajam membuat Anaya terpaku. Namun, gadis itu hanya mencibir ke arah Josh. "Tentu saja aku bisa, Jack! Aku senang sekali kau berhasil mendapatkan tiket ini."
"Syukurlah kalau kau bisa, Nay. Ah, satu lagi! Aku ingin kau memakai ini sebagai tanda kalau hubungan kita bukan sekedar hubungan bisnis." Jack mengeluarkan kotak kecil dari saku jasnya dan sebuah gelang emas yang cantik dia keluarkan dari kotak itu dan dia pakaikan di pergelangan tangan Anaya.
Setelah selesai, dia mengecup punggung tangan Anaya dengan lembut. "Cantik, kan? Cocok sekali di tanganmu, Baby."
Anaya memandang Josh beberapa saat, lalu memandang Jack lagi. "Jack, kau memberi terlalu banyak."
"Tidak. Ini tidak seberapa, Nay. Aku senang kalau kau senang dengan pemberianku," kata Jack tulus.
Anaya memeluk Jack. "Thank you, Jack. Aku pasti akan datang ke pertunjukan itu."
"Aku akan menjemputmu, Baby." Jack membalas pelukan Anaya dengan wajah bahagia.
Tak lama, Jack pun berpamitan dan begitu Jack keluar ruangan, Josh menghampiri Anaya.
Pria itu melihat gelang pemberian Jack dan melepaskannya.
"Josh, apa-apaan kau ini! Pakaikan lagi!" kata Anaya kesal.
"Tidak! Aku akan menyimpannya! Kau boleh memakai ini ketika bersama pria kecil itu, tapi kalau di depanku, kau kularang memakai pemberian pria lain!" kata Josh keras.
Anaya menatap tajam pria yang menurutnya egois itu. "Apa-apaan kau ini, Josh! Aku belum menjawab pertanyaanmu, tapi kau sudah merasa kau memilikiku!"
"Tentu saja! Aku yakin kau mencintaiku, Nay! Aku tidak suka ada pria lain menyentuhmu, aku tidak suka ada pria lain menggenggam atau menggandeng tanganmu, aku tidak suka ada pria lain memelukmu, dan aku tidak suka pria lain tersenyum padamu!" tukas Josh dengan suara tegas. "Hanya aku yang boleh melakukan itu semua kepadamu, Nay."
***