NovelToon NovelToon
Bara Dalam Diam Istriku

Bara Dalam Diam Istriku

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor / Selingkuh
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Rara Jiwa

Setelah tujuh tahun nikah, Aris itu tetap saja sedingin es. Kinanti cuma bisa senyum, berusaha sabar. Dia cinta banget, dan dia yakin suatu hari nanti, es di hati suaminya itu bakal luntur.

Tapi, bukannya luntur, Aris malah jatuh hati sama cewek lain, cuma gara-gara pandangan pertama.

Kinanti tetap bertahan, mati-matian jaga rumah tangganya. Puncaknya? Pas ulang tahun Putri, anak semata wayang mereka yang baru pulang dari luar negeri, Aris malah bawa Putri buat nemenin cewek barunya itu. Kinanti ditinggal sendirian di rumah kosong.

Saat itulah, harapan Kinanti benar-benar habis.

Melihat anak yang dia besarkan sendiri sebentar lagi bakal jadi anak cewek lain, Kinanti sudah nggak sedih lagi. Dia cuma menyiapkan surat cerai, menyerahkan hak asuh anak, dan pergi dengan kepala tegak. Dia nggak pernah lagi nanyain kabar Aris atau Putri, cuma nunggu proses cerai ini kelar.

Dia menyerah. Kinanti kembali ke dunia bisnis dan, nggak disangka-sangka, dirinya yang dulu diremehin semua orang...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rara Jiwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pintu yang Tertutup

Kinanti tiba di Jakarta. Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, dan bandara terasa ramai sekali.

Hari itu adalah hari ulang tahunnya.

Begitu ponselnya nyala, notifikasi ucapan selamat berdatangan, ramai. Semua dari teman dan rekan kerja. Satupun tidak ada kabar dari suaminya, Aris.

Senyum Kinanti yang tadinya mengembang langsung luntur.

Dia sampai di vila menjelang pukul sepuluh malam. Bi Sar, asisten rumah tangga di sana, tampak kaget begitu melihatnya. "Aduh Bu Kinanti! Kenapa Ibu kok mendadak sudah sampai?"

"Aris mana? Sama Putri?" tanya Kinanti, hatinya sudah berdebar cemas.

"Pak Aris belum pulang Bu. Kalau Non Putri, masih main di kamar."

Kinanti menyerahkan kopernya pada Bi Sar, lalu bergegas naik. Saat di lantai atas, dia melihat Putri, anaknya, yang sudah pakai baju tidur. Anaknya itu duduk serius di meja kecil, entah lagi asyik memukul mukul apa, sampai sampai nggak sadar ada orang masuk.

"Putri?"

Putri yang mendengar suara itu langsung menoleh dan berseru riang, "Mama!" Tapi, secepat kilat dia kembali membalikkan badan, fokus lagi memukul benda di tangannya.

Kinanti mendekat dan memeluknya. Saat dia hampir mengecup pipi anaknya, Putri mendorong pelan. "Mama, jangan ganggu! Aku lagi sibuk banget."

Kinanti sudah dua bulan nggak ketemu Putri. Tentu saja dia rindu, ingin memeluk dan ngobrol banyak. Melihat Putri seserius itu, dia nggak mau mengganggu.

"Ini hadiah buat Tante Dinda! Minggu depan dia ulang tahun. Kerang kerangan ini aku sama Ayah yang bikin, pakai mesin lho! Cantik, kan?"

Tenggorokan Kinanti tercekat. Sebelum dia sempat bicara, Putri yang masih memunggungi lanjut lagi, "Ayah juga sudah siapin hadiah lain buat Tante Dinda. Besok"

Jantung Kinanti rasanya diremas. Dia nggak tahan. "Putri masih ingat hari ulang tahun Mama?"

"Hah? Apa?" Putri menoleh sekilas, lalu kembali menunduk melihat untaian manik maniknya. Dia ngedumel, "Kan sudah kubilang jangan ajak ngobrol dulu! Susunan manik manikku jadi berantakan nih."

Kinanti melepaskan tangannya dari pelukan. Dia diam. Berdiri mematung lama sekali, melihat putrinya bahkan nggak menoleh lagi padanya. Kinanti mengatupkan bibir erat erat, lalu pergi dalam diam.

Bi Sar yang melihatnya lalu berkata, "Bu Kinanti, tadi saya sudah telepon Pak Aris. Katanya beliau ada urusan mendadak malam ini. Minta Ibu tidur duluan."

"Iya," jawab Kinanti pendek.

Teringat ucapan Putri tadi, dia tertegun dan akhirnya menelepon Aris.

Telepon diangkat setelah beberapa kali dering. Suara Aris terdengar datar. "Aku masih ada urusan. Besok saja"

Konflik Internal Awal: "Aris, ini sudah malam. Siapa itu?"

Suara yang asing. Suara Dinda.

Kinanti menggenggam ponselnya sangat erat, buku jarinya memutih.

"Bukan siapa siapa," jawab Aris dingin.

Sebelum Kinanti sempat menyelesaikan kalimatnya, Aris langsung mematikan telepon.

Mereka sudah tiga bulan nggak ketemu. Hari ini dia sudah bela belain terbang jauh, tapi Aris malah nggak mau pulang, bahkan teleponnya pun nggak mau diladeni. Setelah menikah selama ini, Aris memang selalu begini: dingin, menghindar, dan nggak sabar.

Dulu, Kinanti pasti akan menelepon lagi, sabar menanyakan dia ada di mana dan kapan bisa pulang. Tapi mungkin karena hari ini dia lelah sekali, lelah fisik dan hati dia nggak punya tenaga lagi.

Pagi pagi Kinanti bangun. Dia berpikir, ini masih hari ulang tahunnya, karena perbedaan waktu dari Kota Seberang ke Jakarta. Tujuannya pulang selain bertemu Aris dan Putri, dia berharap di hari spesial ini mereka bisa kumpul dan makan bersama. Ini harapan satu satunya.

Aris nggak angkat teleponnya. Setelah menunggu lama, baru masuk pesan.

[Ada apa?]

Kinanti: [Siang ini ada waktu? Aku ajak Putri. Kita makan bareng yuk?]

[Oke. Kabari lokasinya setelah kamu tahu.]

Kinanti: [Oke.]

Setelah itu, Aris nggak balas lagi. Dia sama sekali nggak ingat hari ini ulang tahun istrinya. Meski Kinanti sudah menyiapkan hati, tetap saja dia merasa seperti ditampar.

Setelah mandi, saat Kinanti bersiap turun, dia nggak sengaja mendengar suara Putri dan Bi Sar.

"Bu Kinanti sudah pulang, Non Putri nggak senang?"

"Aku sama Ayah sudah janji mau main di pantai sama Tante Dinda. Tapi Ibu mendadak pulang. Kalau Ibu ikut, pasti suasananya nggak enak," kata Putri polos.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!