Ditahun ketiga pernikahan, Laras baru tahu ternyata pria yang hidup bersamanya selama ini tidak pernah mencintainya. Semua kelembutan Hasbi untuk menutupi semua kebohongan pria itu. Laras yang teramat mencintai Hasbi sangat terpukul dengan apa yang diketahuinya..
Lantas apa yang memicu Laras balas dendam? Luka seperti apa yang Hasbi torehkan hingga membuat wanita sebaik Laras membalik perasaan cintanya menjadi benci?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecemburuan Hera
"Aku pangil berkali-kali kamu kok nggak jawab?" Hasbi kaget saat tiba-tiba Hera sudah ada di hadapannya.
"Aku sedang banyak pikiran." jawab Hasbi gamblang.
"Kamu pandai berpura-pura. Selama enam tahun melakukannya, kamu tidak bosan?" Hera yang sibuk menuang air minum ke dalam gelas menyuara.
Hasbi menoleh sejenak pada Hera yang duduk di kursi tepat di sampingnya. Laki-laki itu pun serta merta bertanya,
"Ada apa, aku berbuat salah padamu?"
Terdengar tawa mengambang Hera. Perempuan itu meletakkan gelas lalu menoleh pada Hasbi yang kini menatapnya penuh.
"Bukan padaku, tapi perempuan itu. Kamu pandai sekali pura-pura di depannya, Bang. Kenapa, kamu takut padanya atau mulai ada perasaan?"
"Laras?"
Hasbi bertanya dengan dahi menekuk karena Hera bahkan enggan menyebut nama istri pertamanya.
Hera tak menjawab, artinya itu jawaban iya.
Hasbi mengerti dengan perkataan Hera tanpa harus dijelaskan lebih jauh. Namun sungguh itu berbeda dengan prasangka Hera. Hasbi hanya ingin memperlakukan Laras dengan baik, satu hal yang selama 3 tahun menjadi kewajibannya tapi gagal laki-laki itu lakukan. Hasbi tidak bisa mengatakan bahwa ia mulai mencintai Laras seperti pada Hera.
Konyol sekali jika iya, karena tahu jika Laras bukan dari keluarga yang bisa Hasbi rendahkan perasaannya berubah.
Hasbi mulai takut kehilangan.
Lagi pula, Laras juga istrinya, bahkan yang pertama. Laras terlihat sangat bahagia saat Hasbi hanya sekedar memuji masakannya, cuma karena ciuman di keningnya, ataupun ditemani berberes di malam hari.
Laras rela mengadopsi anak untuk membahagiakannya, tidak bolehkah ia sekedar memikirkan Laras. Dulu, iya. Hasbi sering berpura-pura. Namun tidak saat ini. Hasbi sungguh-sungguh ingin membahagiakan Laras mulai sekarang. Sudah menjadi tugasnya bukan.
"Aku cuma ingin memperlakukan istri-istriku dengan baik. Tapi Laras pergi, aku jadi kepikiran."
Hasbi menyuara setelah terdiam dalam waktu yang cukup lama. Hera tertawa lirih sebelum membuang muka, kembali fokus pada gelas di tangannya. Hasbi masih bisa menangkap raut muka mencemooh Hera pada dirinya. Hasbi terperangah karena sikap Hera yang dia kenal baik hati sejak dulu. Mungkin perasaan cemburu mendorong Hera bersikap demikian. Laki-laki itu mengulurkan satu tangannya yang bebas, meraih tangan Hera dan berkata,
"Maaf, karena membuatmu cemburu."
"Aku tidak cemburu, kamu cuma berpura-pura, bukan? Kamu tidak pernah mencintainya. Perempuan itu juga tahu dengan baik. " balas Hera kemudian.
Hasbi menoleh cepat karena ucapan Hera barusan. Lantas bertanya,
"Laras tahu aku tidak pernah mencintainya, dia mengatakan itu padamu?"
"Tentu saja dia tahu kamu tidak pernah mencintainya selama 3 tahun kalian menikah. Kamu pikir dia perempuan bodoh. Bukankah sekarang sudah terlambat untuk berpura-pura padanya?" balas Hera tajam.
Hasbi kembali terperangah, terdiam bermenit-menit lamanya. Pikiran Hasbi dipenuhi dengan ucapan Hera barusan, bahwa Laras tahu suaminya tidak pernah satu kali pun mencintainya. Bagaimana perasaan putri Mario mengetahui hal itu. Perempuan itu pasti amat terluka.
Sepertinya lebih baik Laras tahu kebohongannya tentang, anak-anak dan Hera. Apapun itu, Bukankah lebih baik daripada seorang istri yang tahu bahwa suaminya tidak pernah satu kali pun mencintainya dan hanya berpura-pura.
Hasbi tiba-tiba merasa tercekik, bukan karena takut tetapi rasa bersalah yang semakin menggunung. Lidahnya terasa kelu untuk sekedar bicara dan duduk kaku seolah ada hawa dingin yang melingkupi sekujur tubuh.
Hasbi mulai menyesal, tiba-tiba berpikir seharusnya dia mengatakan tidak saat Hera ingin membawa masuk anak-anak kerumah dimana ada Laras. Hasbi tidak menolak, bahkan berharap banyak waktu itu.
Padahal saat itu Hasbi masih bisa memilih. Tapi ia hanya memilih untuk keuntungan sendiri.
Hasbi tiba-tiba merasa sangat malu.
"Aku sudah bertemu dengannya, dan dia setuju bercerai denganmu." ucapan berikutnya dari bibir Hera, seperti hujan bom, yang seketika meledakkan Hasbi tanpa sisa.
"Itu tidak mungkin!"
#####
Yey hadir lagi..
Jangan lupa jejak cintanya, nanti janji rajin update deh.
