NovelToon NovelToon
DIVINE SIN

DIVINE SIN

Status: sedang berlangsung
Genre:Dark Romance
Popularitas:596
Nilai: 5
Nama Author: Ellalee

''Di balik malam yang sunyi, sesuatu yang lama tertidur mulai bergerak. Bisikan tak dikenal menembus dinding-dinding sepi,meninggalkan rasa dingin yang merayap.ada yang menatap di balik matanya, sebuah suara yang bukan sepenuhnya miliknya. Cahaya pun tampak retak,dan bayangan-bayangan menari di sudut yang tak terlihat.Dunia terasa salah, namun siapa yang mengintai dari kegelapan itu,hanya waktu yang mengungkap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ellalee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

LUKA DI BALIK CAHAYA

Jae-hyun tetap berdiri tegap di gerbang sekolah, matanya menatap langkah Seol-ah dan Haeun dengan kewaspadaan yang dingin. Setiap detik yang berlalu baginya adalah hitungan ancaman yang tak terlihat, bayangan yang hanya bisa ia rasakan. Ia menggertakkan rahangnya, berusaha maju, namun tangan guru yang tegas menahan lengannya membuatnya tak mampu bergerak.

"Cukup, Jae-hyun. Kembalilah ke kelas," suara guru itu terdengar tegas, alisnya berkerut namun tak mengerti ketegangan yang dirasakan anak itu. "Biarkan mereka pergi. Kalau ini urusan keluarga, kita tak bisa campur tangan," tambahnya, nada yang wajar, normal,tapi Jae-hyun tahu, normalitas itu hanyalah selubung tipis.

Seol-ah menarik napas panjang, menatap Jae-hyun sekejap dengan mata yang tajam, seakan membaca kekhawatirannya. "Jae-hyun… aku harus membawa Haeun sekarang. Ada sesuatu yang penting… sesuatu yang tidak bisa ditunda," ucap Seol-ah, suaranya rendah namun tegas, seolah setiap kata membawa rahasia ribuan lapis yang tak bisa diungkapkan.

Haeun menggigit bibirnya, hatinya berdebar. Ia menatap Jae-hyun sekali lagi, dan dalam tatapan itu terselip rasa kagum sekaligus takut. Dunia di sekitarnya tetap tampak biasa, tapi Jae-hyun, dengan aura dingin dan misteriusnya, tampak seperti benteng terakhir di tengah badai yang tak bisa Haeun lihat.

Guru itu menatap mereka, ragu sejenak, lalu mengangguk perlahan. "Kalau itu memang keputusan eomma mu… pergilah, tapi hati-hati," katanya, menyerahkan kendali penuh pada Seol-ah.

Dengan langkah pasti, Seol-ah menggenggam tangan Haeun, menuntunnya keluar dari sekolah. Udara siang yang hangat menyambut mereka, membungkus jalanan sepi menuju rumah tua yang tadi malah tidak jadi di datangi oleh haeun, rumah yang semalam menakutkan Haeun, yang alamatnya tertulis di surat yang Seol-ah serahkan padanya.

" Haeun duduk di kursi belakang mobil, matanya menatap jalan yang terhampar di depan, di bawah terik siang yang tak sepenuhnya hangat. Mobil melaju pelan di antara pepohonan tinggi, bayangan dedaunan menari di kaca, seolah menyembunyikan rahasia di balik setiap lekuk jalan.

“Eomma… kau… kenapa ada di sini? Bukankah kau di Seoul?” Haeun menelan ludah, suaranya lembut tapi penuh tanya.

Seol-ah tetap menatap lurus ke depan, wajahnya tegar, bibirnya menutup rapat. “Haeun… ada hal-hal yang tidak bisa menunggu. Kau harus ikut aku sekarang.”

Haeun menatap ibunya dengan ragu. “Tapi… kenapa… kenapa kau buru-buru membawaku? Apa yang terjadi?”

Seol-ah menekan pedal lebih dalam, mobil bergoyang pelan, dan suaranya terdengar dingin namun dalam. “Ada sesuatu yang menunggumu… sesuatu yang tidak bisa kubiarkan kau hadapi sendiri.”

" menungguku..... siapa?..... " tanya haeun, namun dia tidak mendapat jawaban apapun dari eomma nya itu.

"

Mobil melaju di jalan sepi, cahaya siang menembus pepohonan tapi tak mampu menembus ketegangan di dalam kabin. Haeun menatap lurus ke depan, tangan menepuk-nepuk lututnya sendiri, berusaha menenangkan detak jantungnya.

Seol-ah, yang duduk di depan, memutar wajahnya sesekali ke belakang, tatapannya tajam dan dingin. Suaranya pelan tapi penuh ketegasan ketika ia akhirnya bertanya, “Haeun… kamu di mana semalam? Kenapa tidak datang ke alamat yang kuberikan?”

Haeun menelan ludah, suaranya hampir berbisik. “Eomma… aku… aku tidak tahu… aku tersesat… aku…”

Seol-ah menghela napas panjang, matanya menatap Haeun dengan intensitas yang menusuk. “Dan lelaki itu… siapa dia? Jangan dekat-dekat dengannya. Aku tahu ada sesuatu yang tidak baik tentang dia. Kau harus menjauhinya, Haeun.”

"Haeun terdiam, hatinya campur aduk antara ketakutan dan bingung. Kata-kata ibunya seperti badai yang menerpa hatinya, menekan dan sekaligus membuatnya bertanya-tanya. “Eomma… tapi aku merasa… dia… dia melindungiku…”

Seol-ah menepuk setir perlahan, suaranya rendah namun dingin seperti bayangan yang menelan cahaya siang. “Haeun… perlindungan itu belum tentu aman. Ada kekuatan yang kau tidak mengerti. Kau harus mengikuti jalanku, bahkan jika hatimu menentang.”

"Haeun menunduk, membiarkan kata-kata itu bergema di hatinya. Di luar, jalanan siang tampak biasa, tapi di dalam mobil, setiap kata Seol-ah seperti misteri yang membayangi, mengikat, dan memperingatkan.

"Jae-hyun berdiri di lorong sekolah, genggaman ponselnya kaku namun tegas. Suara panggilan terhubung, dan dari ujung sana, eomma Jae-hyun mengangkat telepon dengan tatapan serius, matanya menyipit.

“Omma… Ha-eun sedang menuju rumah tua itu. Aku tidak bisa ikut… tapi kau bisa melindunginya, kan?” suara Jae-hyun rendah, bergetar sedikit oleh kekhawatiran yang ia sembunyikan di balik ketenangan dinginnya.

Eomma Jae-hyun menutup mata sejenak, menarik napas dalam. Suaranya terdengar berat, berlapis misteri, namun lembut menembus jarak. “Aku tahu… Aku akan membuka pintu barat, tempat para leluhur menunggu. Dari sana, mereka akan mengawasinya. Jangan khawatir, anak itu akan aman… jika kekuatan kuno itu tetap setia.”

Di rumah Jae-hyun, pintu barat yang selalu diingatkan agar tidak dibuka bergetar perlahan. Lilin-lilin menyalakan cahaya yang menari di dinding, aroma dupa menutupi setiap sudut. Bayangan panjang bergelombang di lantai, membentuk sosok-sosok yang menunggu perintah.

“Para leluhur… lindungi Ha-eun. Jagalah dia dari bayangan yang mengintai, dari kegelapan yang tak terlihat. Jangan biarkan apa pun mendekatinya.” Suara eomma Jae-hyun lembut tapi tegas, menembus dingin malam, memanggil kekuatan kuno yang tak terlihat.

Jae-hyun menunduk, matanya menatap ponsel seakan bisa merasakan Ha-eun di rumah tua itu. “Dia tidak tahu bahaya yang mengintai… tapi kau, eomma… kau akan membuatnya aman,” gumamnya, dingin namun penuh kecemasan yang tertahan.

Di rumah tua, Ha-eun belum sadar. Tapi perlindungan mulai menyelimuti dirinya. Aura lembut namun tegas dari ritual di pintu barat rumah Jae-hyun bergerak menembus jarak, menahan ancaman yang ingin mengganggunya. Dunia tampak normal, tapi di antara bayangan dan cahaya lilin, kekuatan kuno menjaga setiap napas Ha-eun, menahan kegelapan agar tidak menelan anak itu.

Ha-eun menatap rumah tua itu dari luar, tubuhnya berhenti sejenak di depan gerbang yang berderit kecil oleh angin siang. Meski matahari masih tinggi di langit, rumah itu memancarkan aura yang dingin dan menakutkan,dindingnya yang pudar, jendela-jendela yang retak, dan atap yang tampak seperti menelan bayangan.

“Kita… kenapa kesini, Eomma?” suara Ha-eun lembut namun penuh rasa takut, bibirnya bergetar. Ia menatap Seol-ah dengan mata yang mencoba mencari jawaban di balik wajah dingin ibunya.

Seol-ah tetap diam. Tidak ada jawaban yang keluar dari bibirnya. Namun, tatapannya yang tajam dan gerak tubuhnya yang mantap memberi perintah tersirat: masuklah. Tanpa kata lain, Seol-ah membuka gerbang dan berjalan menuntun Ha-eun menuju pintu rumah yang retak, langkahnya tegas, tanpa ragu.

Ha-eun menelan ludah, perasaan aneh merayap di punggungnya. Rumah tua ini… sesuatu tentangnya terasa hidup, seakan menatap dan menilai setiap gerakan. Hawa dingin meski matahari bersinar, aroma tanah lembap dan kayu tua yang hangus tipis, membuat jantungnya berdebar.

Di dalam rumah, cahaya siang masuk melalui jendela-jendela yang kotor, memantul di lantai kayu yang berderit. Seorang wanita tua, dukun itu, berdiri di tengah ruangan, matanya setengah terpejam, wajahnya dipenuhi keriput pengalaman dan rahasia kuno. Ia merasakan kehadiran Ha-eun bahkan sebelum gadis itu melangkah lebih dalam.

“Ada yang melindunginya,” pikir dukun tua itu dalam hati, alisnya berkerut tipis. Namun ia tidak berkata apa-apa. Ia tahu, memberi tahu Seol-ah hanya akan menimbulkan pertanyaan dan kekhawatiran yang sia-sia. Perlindungan itu… terasa kuat, namun tak terlihat, sebuah kekuatan yang hanya bisa dirasakan oleh mereka yang memiliki mata untuk melihat.

"Seol-ah menarik Ha-eun lebih dekat ke dalam rumah, tatapannya tetap dingin namun penuh ketegasan. “Masuk, Ha-eun. Tidak ada waktu untuk ragu,” ucapnya, suaranya seperti bisikan angin yang menuntun ke kegelapan.

"Ha-eun melangkah masuk, setiap derap kakinya terdengar di lantai kayu yang retak, suara itu bergema di ruang besar dengan bayangan yang menari di dinding. Ia merasa ada sesuatu yang mengawasinya, namun sekaligus merasa aman, seperti ada perlindungan tak terlihat menyelimuti tubuhnya.

"Dukun tua itu memutar pandangannya sebentar ke arah bayangan Ha-eun. “Perlindungan… dia tidak sendiri,” gumamnya dalam hati, menyesap udara yang berat dan penuh aroma dupa. Ia menunduk sejenak, seperti berbicara dengan roh-roh yang menghuni rumah tua itu. “Biarkan ia melangkah, biarkan ia merasakan apa yang harus dirasakannya. Tapi jangan lengah.”

"Ha-eun menelan ludah, hatinya campur aduk antara takut dan penasaran. Suara angin menembus jendela yang retak, mengelus pipinya, seolah rumah itu sendiri berbicara. Ia menoleh ke Seol-ah, mencari petunjuk atau jawaban—tapi hanya mendapatkan tatapan dingin yang memerintah. Ia mengangguk pelan, menerima bahwa malam ini, dan mungkin hari ini, adalah permulaan dari sesuatu yang lebih besar dari dirinya.

"

"Cinta bisa menjadi cahaya di tengah kegelapan… atau justru memandu kita pada bayangan yang menakutkan."

1
Ngực lép
Bikin klepek-klepek!
Zhunia Angel
Gemes deh!
Kakashi Hatake
Bagus banget thor, jangan lupa update terus ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!