"Persahabatan adalah ikatan yang tak terpisahkan, hingga cinta datang dan menjadikannya sebuah pilihan."
Kisah ini berputar di sekitar dinamika yang rapuh antara dua sahabat karib yang datang dari kutub kehidupan yang berbeda.
Gabriella, gadis kaya raya dengan senyum semanis madu, hidup dalam istana marmer dan kemewahan yang tak terbatas. Namun, di balik sampul kehidupannya yang sempurna, ia mendambakan seseorang yang mencintainya tulus, bukan karena hartanya.
Aluna, gadis tangguh dengan semangat baja. Ia tumbuh di tengah keterbatasan, berjuang keras membiayai kuliahnya dengan bekerja serabutan. Aluna melihat dunia dengan kejujuran yang polos.
Persahabatan antara Gabriella dan Aluna adalah keajaiban yang tak terduga
Namun, ketika cinta datang mengubah segalanya
Tanpa disadari, kedua hati sahabat ini jatuh pada pandangan yang sama.
Kisah ini adalah drama emosional tentang kelas sosial, pengorbanan, dan keputusan terberat di antara cinta pertama dan ikatan persahabatan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon JM. adhisty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SENTUHAN KECIL
Setelah Justin memberikan pujian heboh, Kevin dan Jay ikut mengerubungi, meminta daging panggang buatan Aluna. Sementara Aluna sibuk mengoleskan sausnya pada daging-daging lain yang disiapkan Arjuna, matanya tertuju pada Yoga.
Yoga adalah satu-satunya yang tidak bergerak, tidak bicara, namun mengamati setiap detail.
Aluna merasa harus mendapatkan persetujuan dari Gunung Es itu.
Aluna Mengambil potongan daging kecil lain, yang sudah matang sempurna dengan sausnya. Dia memberikannya ke arah Yoga "Yoga. Coba ini. Aku penasaran dengan pendapatmu yang jujur."
Yoga, yang biasanya menghindari kontak fisik atau hal-hal santai seperti ini, seharusnya mengambil potongan daging itu sendiri. Namun, yang terjadi selanjutnya membuat Aluna sedikit membeku.
Alih-alih mengambil daging itu, Yoga mencondongkan tubuhnya sedikit. Ia tidak mengambil garpu atau piring.
Dengan tatapan matanya yang intens, Yoga langsung memakan potongan daging kecil itu dari tangan Aluna.
Bibirnya yang hangat menyentuh ujung jari Aluna saat ia menggigit daging itu. Kontak fisik yang tak terduga itu hanya berlangsung sepersekian detik, tetapi terasa seperti keabadian bagi Aluna.
Aluna terkejut dan merasakan pipinya memanas. Ia segera menarik tangannya, berpura-pura sibuk membalikkan daging.
Yoga mengunyah perlahan, merasakan perpaduan rempah dan rasa manis yang kaya.
Yoga Menatap Aluna, dia berbicara dengan tenang "ini Enak. Kau memang punya bakat. Jauh lebih baik dari chef vila ini."
Pujian itu tulus, tetapi cara penyampaiannya—yang begitu intens dan intim—membuat jantung Aluna berdebar tak karuan.
Apakah dia sengaja melakukannya? Atau hanya malas menggunakan tangan? Aluna bingung.
Di dekat mereka, Arjuna melihat interaksi singkat itu dan tersenyum geli. Ia tahu adiknya, Yoga, jarang menunjukkan sisi impulsif seperti itu, terutama pada seorang gadis.
Sementara itu, Kevin dan Jay yang sibuk berebut daging, sama sekali tidak menyadari momen kecil yang sarat makna itu.
Momen kecil itu menguatkan Yoga. Ia tahu aksinya tadi adalah sebuah slip, sebuah dorongan yang berasal dari rasa penasaran dan ketertarikan yang semakin kuat. Di malam yang hangat itu, Yoga telah mengambil langkah kecil yang berani, melanggar batas yang ia tetapkan sendiri, dan membuat Aluna merasakan getaran yang berbeda, bukan dari Axel, tetapi dari Yoga yang pendiam..
*
Semua sisa barbeque telah dibersihkan, dan mereka kini duduk melingkar di depan api unggun, siap untuk menikmati malam. Suasana sangat akrab, tetapi posisi duduk yang baru menciptakan ketegangan tersembunyi.
Arjuna dan Alana yang duduk bersebelahan terlihat bercanda mesra ala pengantin baru. Arjuna sesekali menyuapi Alana, dan tawa manis mereka terdengar tulus.
Momen itu tertangkap oleh Gabriella. Ia menatap kehangatan mereka, terharu dan membayangkan apakah dirinya juga akan merasakan kebahagiaan yang sama nanti. Senyum lembut di wajahnya perlahan beralih ke Axel yang duduk di sebelahnya. Harapannya pada Axel semakin besar.
Jay, yang paling bersemangat, langsung menyalakan suasana. "Justin! Sudah waktunya gitar baru ini benar-benar bersuara. Ayo, kasih kami satu lagu lagi! Vibes pantai ini sempurna!"
Justin menyambut tantangan itu dengan senang hati. Ia mulai memetik gitar barunya, memainkan melodi yang syahdu dan lembut.
Saat lagu Justin selesai, keheningan menyelimuti. Dokter Leon yang duduk persis di samping Yoga tersenyum licik. Ia telah mengamati Yoga yang sedari tadi selalu menatap Aluna saat Aluna lengah. Nalurinya bekerja untuk menguji batasan kelompok ini.
Dokter Leon Berbicara santai, sambil menatap ke arah Aluna) "itu Lagu yang bagus, . Tapi aku lebih suka saat kalian berduet. Suara kalian berdua malam ini akan memenangkan hati semua orang."
Seketika, suasana pecah. Semua orang bingung. Yoga yang tadinya bersandar, kini duduk tegak, matanya menajam menatap Leon.
Kevin menoleh. "Duet? Kapan?"
Leon tersenyum puas karena berhasil memancing reaksi. "Tadi sore, saat aku datang. Aku beruntung mendengarnya. Aluna, ayo jangan sembunyikan bakatmu. Suaramu terlalu indah hanya untuk didengar pasir. nyanyikanlah satu lagu bersama Justin sekarang."
Aluna langsung panik. Wajahnya memerah. Ia hanya bisa bertukar pandang dengan Justin. Justin berusaha keras menahan tawanya melihat kepanikan Aluna dan drama yang diciptakan Leon.
semua menatap ke arah Dokter Leon dan Aluna dengan ekspresi terkejut, menuntut jawaban.
Aluna merasa panik. Wajahnya memerah karena malu. Ia Berusaha terlihat tenang, meski nada suaranya bergetar sedikit "Siapa yang bisa bernyanyi, Dokter Leon? Aku hanya bersenandung dengan adikku, sambil mencoba gitar barunya. Itu saja, kok."
Ia memberikan senyum kaku, lalu segera menciptakan alasan untuk pergi "Aku... Aku haus sekali. Aku akan ke vila mengambil air sebentar."
Dengan cepat, Aluna berpura-pura untuk mengambil air dan segera bangkit. Ia tahu itu adalah cara terbaik untuk menghindar dari tekanan dan tatapan penasaran yang intens dari semua orang. Justin hanya menggelengkan kepala, terhibur melihat kepanikan kakaknya.
Saat Aluna berlalu, rasa penasaran Gabriella jauh lebih besar daripada rasa kesalnya pada Dokter Leon. Gaby penasaran setengah mati tentang apa yang dikatakan Dokter Leon barusan.
Gabriella Spontan, tanpa sengaja menarik lengan Dokter Leon "Tunggu! Dokter Leon, apa kau serius? Aluna benar-benar bernyanyi? Bagaimana suaranya? Dari mana dan kapan kau mendengarnya?" " Matanya berbinar karena antusiasme.
Pemandangan itu terlihat langsung di depan mata Axel. Gaby, gadis yang ia cintai dalam diam, kini memegang lengan pria lain, memantik api cemburu dihatinya.
Dokter Leon sedikit terkejut dengan sentuhan Gaby. Ia menatap lama pada Gaby. Gadis ini, yang tadi memukulnya dengan kemoceng, kini terlihat berbeda. Di bawah cahaya api unggun, wajahnya yang penuh semangat dan lembut terlihat sangat cantik. Leon merasakan ada ketertarikan yang tak terduga muncul.
Namun, ia memilih untuk menyangkalnya. Ia masih kesal.
Dokter Leon Menarik lengannya pelan "Kau terlalu berisik, Gaby. Ya, aku serius. Aku mendengarnya bernyanyi tadi sore, saat kau memarahiku! Kau temannya, tidak tahu? Sekarang lepaskan tanganku."
Dokter Leon tidak ingin terlibat lebih jauh dan segera berlalu dari lingkaran api unggun, berjalan menuju vila.
Axel menyaksikan seluruh interaksi itu. Jantungnya terasa panas dan sesak. Ia cemburu. Cemburu karena Gaby memberikan perhatian yang begitu besar pada Dokter Leon, bahkan menyentuh lengannya, ia kini disibukkan oleh rasa cemburunya pada Gaby dan Leon. Pergulatan perasaannya semakin dalam: ia mencintai Gaby, tetapi Gaby kini menaruh perhatian pada pria baru.
Setelah Dokter Leon berlalu menuju vila, Gabriella masih terpaku. Ia tak percaya mendapat jawaban yang ketus seperti itu dari pria yang baru saja ia buat terkesan—dan lebih buruk, ia disebut "berisik".
Keheningan dipecah oleh Jay dan Kevin, yang lebih fokus pada informasi tentang Aluna.
Jay Menatap Justin dengan mata berbinar "Justin, serius? Apa kata Dokter itu benar?"
Kevin Menimpali " Kami tidak pernah mengetahui nya"
Justin tersenyum, ia Mengangguk "Iya, benar. Kakakku memang punya suara yang merdu. Aku berani jamin. Hanya saja, dia tidak mau melakoninya. Dia lebih suka bermain di dapur. Cita-citanya adalah jadi koki, bukan penyanyi. Jadi, sudahlah, biarkan dia dengan resep rahasianya."
Pengakuan Justin ini disambut decak kagum dari Big Five lainnya. Yoga hanya mendengarkan, senyum tipis tersungging di wajahnya.
Gabriella, yang masih kesal dengan Leon, memutuskan untuk masuk ke villa . Ia Berdiri "Aku akan masuk, Aku akan menyusul Aluna ke dalam ." Gaby pun melangkah cepat menuju vila.
Momen kepergian Gaby menciptakan kembali ketegangan di hati Axel. Axel hanya melihat Gaby mengejar Aluna karena ucapan Dokter Leon. Axel merasakan panas dalam hatinya, bukan karena Aluna, melainkan karena Gaby memberikan perhatian penuh pada topik yang diangkat oleh Leon. Ia cemburu pada pria baru itu, yang entah bagaimana berhasil membuat gadis yang ia cintai begitu heboh.