Sinopsis:
Liora, seorang gadis muda, dipaksa menjadi pengantin pengganti tanpa mengetahui siapa calon suaminya. Namun saat tirai pernikahan terbuka, ia terseret ke dalam Azzarkh, alam baka yang dikuasai kegelapan. Di sana, ia dinikahkan dengan Azrakel, Raja Azzarkh yang menakutkan, dingin, dan tanpa belas kasih.
Di dunia tempat roh jahat dihukum dengan api abadi, setiap kata dan langkah bisa membawa kematian. Bahkan sekadar menyebut kata terlarang tentang sang Raja dapat membuat kepala manusia dipenggal dan digantung di gerbang neraka.
Tertawan dalam pernikahan paksa, Liora harus menjalani Upacara Pengangkatan untuk sah menjadi selir Raja. Namun semakin lama ia berada di Azzarkh, semakin jelas bahwa takdirnya jauh lebih kelam daripada sekadar menjadi istri seorang penguasa neraka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EP: 17
Liora duduk termenung di taman yang ada di kediamannya. Dia merasa rindu pada ayahnya. Sudah lama sejak dia datang ke Azzarkh, dia tak pernah bertemu ataupun melihat ayahnya. Dia memang sering bolak-balik dua dunia, tapi tak pernah ia pulang ke rumah, dia hanya ke kampus, lalu kembali ke Azzarkh.
“Yang Mulia…” panggil Liora pada Raja Azrakel, tentunya mereka sedang dalam jarak yang jauh.
“Ada apa?” tanya Raja Azrakel yang berada di kediamannya.
“Apa hari ini kita bisa bertemu? Ada yang ingin aku minta.” Ia ingin mengutarakan permintaannya untuk pulang ke rumahnya dan bertemu ayahnya.
“Kapan kau ingin bertemu?” tanya Raja Azrakel.
“Sekarang.”
“Aku tidak bisa, ada roh yang harus kuhakimi.”
Raja Azrakel pun mengatakan agar Liora menyampaikan apa yang ingin ia minta sekarang, karena seharian ini ia akan sangat sibuk.
“Aku ingin bertemu ayahku. Bolehkah aku pulang ke rumah? Aku rindu padanya.” Liora pun mengutarakan keinginannya.
“Baiklah, aku mengizinkanmu, Putri Liora.” Izin Raja Azrakel, dan Liora begitu senang mendengarnya.
“Terima kasih, Yang Mulia.” ucap Liora sebelum mereka mengakhiri obrolan batin itu.
“Kau telah meninggal dua puluh tahun lalu. Penyebab kematianmu, kau dibunuh oleh suamimu sendiri.”
Kaelith membacakan penyebab kematian hantu jahat berkuku panjang yang hampir saja membunuh Liora saat kemunculan hantu Arwen.
Saat mendengar Kaelith membacakan penyebab kematiannya, seketika wajah hantu itu berubah, memancarkan kebencian yang besar.
“Sekarang jawablah pertanyaanku. Kenapa ingin membunuh Putri Liora?” tanya Kaelith dengan wajah serius.
“Dia memiliki bunga kematian.”
Mendengar jawaban hantu jahat itu membuat Kaelith kaget, dan ekspresi wajah Raja Azrakel sulit digambarkan.
“Dari mana kau tahu aroma itu?” tanya Kaelith menyelidiki.
“Aku pernah bertemu dengan roh yang telah hidup ratusan tahun. Dia mengatakan, aku bisa hidup kembali jika aku memakan jiwa manusia yang memiliki aroma itu, bahkan aku bisa hidup abadi. Manusia yang memiliki aroma itu mempunyai darah berbeda dari manusia lainnya, karena darahnya telah tercemar oleh darah dari penguasa Azzarkh. Aku ingin hidup kembali dan membalas laki-laki terkutuk itu!” jelas hantu jahat itu.
Kaelith melirik Raja Azrakel yang terlihat begitu serius. Ia lalu mempersilahkan Raja Azrakel untuk menjatuhkan keputusan pada hantu yang hampir saja membunuh istrinya itu.
“Kau tahu siapa wanita yang hampir kau bunuh itu?” tanya Kaelith pada hantu itu. Hantu jahat itu hanya diam, mungkin ia tak tahu bahwa wanita yang hampir ia bunuh itu adalah istri Raja Azrakel, penguasa Azzarkh.
“Dia adalah Putri Liora, selir dari Raja Azrakel.” sambung Kaelith, membuat hantu jahat itu terkejut dan langsung bersujud, memohon ampun.
“Yang Mulia… tolong ampuni aku,” mohon hantu itu dengan tubuh bergetar ketakutan.
“Silakan, Yang Mulia,” ujar Kaelith, memberi kesempatan pada Raja Azrakel untuk memutuskan apakah hantu itu akan diberi kehidupan kedua, atau dihancurkan menjadi debu tanpa reinkarnasi.
Hantu jahat berkuku panjang itu terus menyembah Raja Azrakel dengan penuh pengharapan agar ia diampuni dan bisa bereinkarnasi. Saat hidup, ia sudah begitu malang, suaminya berselingkuh dengan perempuan muda, lalu membunuhnya dan merampas semua hartanya.
Dan sekarang, saat menjadi hantu pun, apakah ia masih harus bernasib sama? Tak diizinkan bereinkarnasi dan dihancurkan menjadi debu?
“Persidanganmu kutunda sampai Putri Liora kembali,” ujar Raja Azrakel akhirnya. Ia menunda putusan untuk hantu jahat itu sampai Liora kembali dari rumah ayahnya.
“Dia yang akan memberikan keputusan atas apa yang akan kau dapatkan,” sambungnya. Liora lah yang akan memutuskan nasib hantu itu, karena dialah yang menjadi korbannya.
Tok! Tok! Tok!
Liora mengetuk pintu rumah ayahnya. Tadi Dreya dan Vaelis mengantarnya sampai di depan rumah. Sebenarnya, bisa saja ia langsung muncul di dalam rumah atau bahkan di kamarnya, tapi jika melakukan itu, ibu tirinya dan ayahnya pasti akan keheranan, dan melayangkan banyak pertanyaan padanya.
“Liora…” ucap ibu tirinya, yang membuka pintu dan terkejut melihat gadis itu berdiri di hadapannya.
“Tante…” sahut Liora datar.
“Siapa, Mah?” tanya ayah Liora, yang baru keluar menyusul istrinya.
“Papa…” seru Liora. Begitu melihat sang ayah, ia langsung berlari dan memeluknya erat, sosok yang begitu ia rindukan selama berada di Azzarkh.
Ayahnya membalas pelukan Liora, mungkin ia juga rindu pada anak perempuannya itu, anak yang pernah ia korbankan demi anak sambungnya.
“Drama deh,” rungut ibu tirinya, lalu berjalan masuk meninggalkan keduanya yang masih larut dalam pelukan. Atau mungkin hanya Liora yang benar-benar larut.
Kini Liora berada di kamarnya, kamar yang dulu menjadi tempatnya tidur sejak kecil. Rindu menyeruak di dadanya. Meski kamarnya di Azzarkh berkali lipat lebih besar dan megah, kamar sederhana ini terasa jauh lebih hangat.
Namun, debu menumpuk di mana-mana. Tampaknya tidak ada yang masuk atau membersihkannya selama ini.
Liora mulai membersihkan kamar itu. Ia tak ingin tidur bersama debu malam nanti.
“Loh, kamu kok di sini?” tanya Serena, yang hendak ke kamarnya dan terkejut melihat Liora sedang menyapu.
“Kenapa memangnya kalau aku di sini?” sahut Liora santai.
“Mah! Mama!” teriak Serena memanggil ibunya.
Ibu tirinya datang tergesa. “Kenapa sih, Sayang, manggil-manggil Mama?”
“Mah, kok Liora ada di sini, sih, Mah?” tanya Serena.
“Mana Mama tahu! Tadi dia ketok-ketok pintu, Mama kirain paket pesanan Mama yang datang, eh enggak taunya anak sial ini!” ujar ibu tirinya tanpa menyaring ucapannya.
Liora memutar bola matanya jengah, lalu melempar sapu yang sedang ia pegang ke arah ibu tirinya dan Serena.
“Apaan sih, Lio!” marah Serena, karena sapu itu mengenai wajahnya.
“Kurang ajar kamu, ya!” bentak ibu tirinya, ikut marah.
“Aduh, maaf, aku kirain sampah!” jawab Liora sinis, lalu masuk ke kamar dan menutup pintunya keras-keras hingga membuat keduanya terkejut.
“Anak kurang ajar!” teriak ibu tirinya di luar kamar, benar-benar murka.
Di dalam kamarnya, Liora menahan tawa. Rasa puas menyelinap di dadanya.
Sudah seharusnya ia melakukan itu sejak dulu, karena bagi Liora, ibu tirinya dan Serena memang sampah yang mencemari rumah ayahnya. Mereka berdua telah meracuni pikiran ayahnya dengan kebusukan mereka, dan Liora tidak akan tinggal diam lagi.
krn di dunia nyata kamu g diperhatikan, g disayang
apa mungkin bgmn cara'a spy kembali ke dunia sebenar'a, bgtukah thor🤭💪