seorang kakek yang awalnya di hina, namun mendapat kesaktian
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri muda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12
Kakek Surya terbangun dari tidurnya pagi itu, dia langsung keluar dari gudang itu, untuk menuju kamar mandi. Di saat kakek Surya keluar, dia melihat Joko sebentar, dia terlihat akan berangkat kerja, istrinya sedang memeluk suaminya di depan kos kosan, sambil melirik kakek Surya. Namun, Kakek Surya tak sempat melihat mereka lebih lama karena buru-buru ingin ke kamar mandi untuk membasuh muka dan buang air kecil.
Setelah selesai, Kakek Surya lalu duduk di teras depan kos-kosannya. Dan Joko sudah tak ada, karena sudah berangkat kerja. Tak beberapa lama kemudian, Ratna keluar dari kamar kosnya sambil sebentar menatap kakek Surya dengan sedikit tersenyum. Lalu, Ratna melangkah ke kamar mandi sambil membawa pakaian yang tadi dipakainya, yang sepertinya dia akan mencuci pakaian itu. Kini, Ratna sudah berganti pakaian dengan busana rumahan yang terlihat lebih santai, dibandingkan dengan yang dikenakannya saat melepas suaminya kerja tadi.
Kakek Surya terus memperhatikan Ratna hingga perempuan itu masuk kamar mandi. Namun, belum lama dia masuk, tiba-tiba Ratna muncul kembali dan melambaikan tangan ke arah Kakek Surya.
"Ada apa Mbak?" teriak Kakek Surya setelah mendapat panggilan dari Ratna.
"Sini sebentar Mas. Tolong mas, ada tikus! Saya sangat takut!" Teriak Ratna lirih, dengan suaranya tak terlalu keras.
Mendengar teriakan Ratna yang seolah-olah ketakutan, Kakek Surya buru-buru bangun dari duduknya dan mendekat ke arah Ratna yang masih berdiri di depan pintu kamar mandi.
"Mana tikusnya mbak?" tanya Kakek Surya setelah dia dekat dengan Ratna.
"Di dalam Mas," ucap Ratna dengan wajah ketakutan sambil menunjuk ke dalam kamar mandi.
Kakek Surya pun langsung masuk, ingin mengusir tikus itu. Namun, saat dia hendak bertanya lagi, di mana tikus tersebut, karena terlihat tak ada tikus, di kamar mandi yang cukup bersih ini, tiba-tiba Ratna langsung masuk dan memeluk Kakek Surya dari belakang.
Kakek Surya dapat merasakan dada milik Ratna yang menempel di belakangnya, terasa hangat di punggung lelaki itu. Pelukan Ratna semakin erat, lalu perlahan-lahan Ratna memutari tubuh Kakek Surya dengan masih memeluknya erat.
Ratna tersenyum sambil memeluk kakek Surya dari depan, “mungkin tikusnya udah pergi mas.”
Tak lama kemudian, Ratna perlahan mendekatkan wajahnya ke arah kakek Surya dan mereka pun berbagi kecupan ringan. Namun, ciuman itu tidak berlangsung lama karena kakek Surya belum membalasnya dengan penuh.
Ratna kembali mendekatkan wajahnya, kali ini dengan mata terpejam, ingin merasakan setiap detik bersama kakek Surya. Kakek Surya, yang tadinya terkejut, perlahan mulai membalas ciuman tersebut dengan lembut.
Sementara itu, tangan Ratna bergerak memegang tangan kakek Surya dan mengarahkannya ke pinggangnya yang ramping. Kakek Surya, yang mengerti maksud Ratna, dengan lembut menempatkan tangannya di pinggang Ratna sambil terus membelai dengan halus.
Kakek Surya merasakan kelembutan kulit Ratna yang hanya terhalang oleh kain baju yang tipis. Setelah tangan kakek Surya sudah ada di tempat yang seharusnya, di dada, lalu tangan Ratna melepas tangan kakek Surya dan perlahan bergerak turun. Hingga, entah sengaja atau tidak, tangan Ratna bersentuhan dengan pistol milik si kakek, yang kelihatannya mulai aktif, dengan gerakan mulai berdiri.
Saat tangan Ratna bersentuhan, Ratna merasa terpesona dengan pistol yang dipegangnya, karena terasa besar dalam genggamannya. Ratna menghentikan pertemuan bibirnya, lalu berkata,
"Wow, sangat besar mas,, keren," bisiknya.
Lalu Ratna kembali mendekatkan wajahnya dan kecupan pada kakek Surya, sambil terus bermain dengan pistol itu. Pun kakek Surya, dua tangannya terus memainkan dada itu, namun kakek Surya tidak berusaha memasukkan tangannya ke dalam.
Aksi mereka berlangsung cukup lama dan makin ganas, hingga tiba-tiba terdengar teriakan Aulia dari luar.
"Pak Surya, Pak Surya!"
Mendengar teriakan itu, Ratna langsung menghentikan serangannya, juga melepas pistol itu, dan mendorong tubuh kakek Surya hingga menyentuh tembok kamar mandi.
"Cepat Jawab!, itu mas dipanggil mbak Aulia." bisik Ratna.
"Pak Surya, Pak Surya!" panggil Aulia lagi.
"Ya sebentar Neng?" jawab kakek Surya setelah keluar dari kamar mandi.
Dan kakek Surya perlahan keluar kamar mandi, meninggalkan Ratna di dalam.
"Pak, saya sudah buatin kopi," ucap Aulia, setelah Melihat kakek Surya keluar, dan terlihat Dion perlahan melangkah ke arahnya.
Melihat Dion mendekat. Kakek Surya pun menutup pintu kamar mandi.
"Makasi neng, tadi Bapak lagi membasuh muka," jawab kakek Surya dengan gugup.
"Oh, ini saya sudah buatin kopi, biar Bapak tidak perlu beli keluar," jawab Aulia lalu meletakkan gelas di tempat biasa kakek duduk.
Perempuan ini memang baik dan cukup perhatian pada Kakek Surya, mungkin karena dia teringat sosok ayahnya yang ada di kampung.
"Terima kasih, Neng," jawab Pak Surya lalu mendekat dan mengambil Dion dan memangkunya.
"Sini, kita ditunggu papa, ayo masuk.," ujar Aulia pada Dion, sambil mengambil anaknya dari pangkuan Kakek Surya.
"Silakan Pak, diminum. Nanti kalau ingin pergi, taruh saja di sini gelasnya. Biar saya ambil," tambah Aulia.
"Iya, makasi neng," jawab Pak Surya sambil berusaha tampak tenang.
Baru saja Aulia masuk kamar, tiba-tiba Ratna keluar dari kamar mandi, terlihat wajahnya sedikit gugup, sambil Dia tersenyum tipis saat melirik Kakek Surya, sambil menggoda, dengan lidahnya menjulur keluar sejenak. Dengan langkah cepat, Ratna masuk ke kamarnya.
Tak lama kemudian, Ratna kembali keluar dan menuju kamar mandi lagi, sambil memegang pakaian lagi. Terlihat Ratna seperti orang salah tingkah saat itu, karena bolak balik begitu.
Ratna lalu masuk kamar mandi dan kembali keluar, lalu dia berjongkok di tempat cucian, mencuci pakaian yang tadi dibawanya, sambil sesekali menatap kakek Surya.
Kakek Surya terus melihat tingkah laku perempuan cantik itu, sambil sesekali minum kopi, yang dibawakan Aulia tadi.
Setelah selesai mencuci, Ratna kembali masuk kamar mandi. Namun tak lama kemudian dia keluar lagi.
“ada tikus mas,,,,,.” ucap Ratna lirih, dengan sedikit berteriak, sambil melihat kakek Surya.
Baru saja Kakek Surya bangun mau menyusul Ratna, untuk melanjutkan yang tadi, namun tiba-tiba Aulia keluar kamar kos, dengan memangku Dion, dan di belakangnya ada suaminya, yang sudah berpakaian kerja.
Melihat pasangan ini keluar, kakek Surya kembali duduk, membatalkan niatnya ke kamar mandi.
Melihat kakek Surya membatalkan niatnya, membuat Ratna terlihat kecewa. Dan langsung keluar mau masuk ke kosnya, namun baru beberapa langkah, dia malah melihat Aulia dan suaminya. Lalu Ratna berbalik lagi, masuk ke kamar mandi.
Dan Ratna sekarang mengerti, kenapa Kakek Surya membatalkannya tadi.
Kakek Surya lalu menoleh ke arah Aulia, terlihat suami Aulia memeluk istrinya, lalu mencium Dion, sebelum berangkat kerja.
Tak lama kemudian, terlihat suami Aulia berangkat kerja. Setelah Aulia melepas suaminya pergi, kakek Surya lalu berdiri sambil memegang gelas, mau mengembalikan pada Aulia sebelum perempuan muda itu masuk kos.
“Ini Neng gelasnya, makasi kopinya.” ucap kakek Surya, sambil menyodorkan gelas itu pada Aulia.
“Sama-sama Pak.” jawab Aulia, lalu mengambil gelas itu.
“Saya masuk dulu Pak.” pamit Aulia.
“Silakan Neng,” sahut kakek Surya.
Setelah Aulia masuk kos, kakek Surya dengan sedikit buru-buru melangkah ke kamar mandi, karena sudah ditunggu Ratna. Kakek Surya langsung membuka pintu, dan mendapati Ratna di sana berdiri sambil tersenyum. Sengaja atau tidak, Ratna seperti menunggu kedatangan kakek Surya.
Setelah kakek Surya menutup kamar mandi, Ratna langsung memeluk kakek Surya, dan Ratna mulai melakukan serangan yang cukup ganas.
Kembali gerakan tadi terulang, dan sekarang tangan keriput kakek Surya sudah masuk ke dalam, hingga tangan kasar kakek pencari rumput itu menyentuh kulit mulus dada itu.
Pun demikian dengan Ratna, tangannya sudah masuk juga, menyerang dan memegang utuh pistol yang sudah aktif sepenuhnya, sambil terus beradu wajah.
Beberapa saat kemudian, kakek Surya membuka kain penutup bagian atas, hingga sekarang jelas terpampang di depan wajahnya bentuk dan kehalusan benda di dada itu, yang membuat pistol tua itu makin keras.
Kembali kakek Surya memegang dan memainkan dada itu. Juga Ratna perlahan menurunkan kain bagian bawah, hingga pistol sang kakek sekarang terlihat jelas. Dan hal itu membuat Ratna makin bersemangat memainkan pistol itu.
Setelah beberapa saat mereka beraktivitas seperti itu, Ratna seperti sudah tak sabar, karena dia langsung menurunkan kain bagian bawah, dan langsung menyerang saat sudah tak ada penghalang lagi.
Tangan kakek Surya yang tadi asyik memainkan dada, sekarang malah turun ke sarung pistol, sambil memainkan yang ada di sana. Sambil tangan keriput itu terus memainkan sarung pistol itu.
Sekarang, sengaja atau tidak, setelah Ratna melepas ciumannya, langsung membalikkan tubuhnya dengan sedikit membungkuk, menyerang hingga pistol tepat ke area sarungnya. Ratna sangat ganas memainkan pistol yang terus dipegangannya,
“Ayo mas…,” bisik Ratna lirih, karena sarungnya sekarang sudah cukup basah.
Baru saja kakek Surya mau mendorong masuk, tiba-tiba Ratna menghindar, lalu berbalik, dan menempelkan jari telunjuknya di bibir, mengisyaratkan untuk diam.
Lalu kakek Surya sangat kaget, sebab dia sudah sangat siap tadi masuk. Bahkan sudah menempelkannya di bibir benda itu. Itu membuat kakek Surya mengangguk sedikit, yang mengisyaratkan dia ingin bertanya,
“Kenapa?”
Bersambung....
Bersambung....