NovelToon NovelToon
Transmigrasi Menjadi Gundik

Transmigrasi Menjadi Gundik

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Fantasi Wanita / Era Kolonial
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: indah yuni rahayu

Kembali hidup setelah dirinya mati terbunuh. Itulah yang dialami gadis jenius bisnis bernama Galuh Permatasari. Ia bertransmigrasi ke era kolonial menjadi seorang gundik dari menheer tua bernama Edwin De Groot. Di era ini Galuh bertubuh gendut dan perangainya buruk jauh dari Galuh yang asli.

Galuh memahami keadaan sekitarnya yang jauh dari kata baik, orang - orang miskin dan banyak anak kelaparan. Untuk itu ia bertekad dengan jiwa bisnisnya yang membludak untuk mengentaskan mereka dari keterpurukan. Memanfaatkan statusnya yang sebagai Gundik.

Disaat karirnya berkembang, datanglah pemuda tampan yang tidak lain adalah anak dari menheer tua bernama Edward De Groot. Kedatangannya yang sekedar berkunjung dan pada akhirnya jatuh cinta dengan gundik sang ayah.

Lantas, bagaimana kisah kelanjutannya ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah yuni rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keluarga Yang Memprihatinkan

Kemudian Sukri menyalakan lampu minyak yang sudah hampir kehabisan minyaknya, cahaya lembut dari lampu itu menerangi ruangan kecil yang sederhana. Terlihat bayangan mereka bergerak-gerak di dinding, cahaya lembut dari lampu minyak menciptakan siluet yang mengagumkan.

Galuh menatap isi rumah reyot milik Sukri yang sangat sederhana, hanya ada beberapa perabotan tua dan lusuh, tidak ada kemewahan sedikit pun di dalamnya.

"Kalian tinggal berdua di sini ?" tanya Galuh kemudian.

Sukri menjadi heran, wanita gendut yang singgah di rumahnya ini bukanlah Galuh yang dulu suka menghinanya dan kini tampak berbeda, ia berubah lebih ramah dan penuh perhatian, seolah-olah ada sesuatu yang telah mengubahnya secara drastis.

"Bapak, Ibu, kalian sudah pulang!" suara gadis kecil berusia 10 tahun terlihat bangun dari persembunyiannya.

Karena takut membuat Galuh tersinggung, Sukri menjawab jujur. "Aku tinggal dengan isteriku dan seorang anak." Sukri melambai ke arah putrinya yang sudah bangun.

"Ibu kenapa Pak ?" Sri ketakutan melihat ibunya yang tergeletak di atas tikar.

Mendengar suara putrinya, Sarinah membuka mata, "Sri!"

"Ibumu pingsan tadi di kebun kopi." jelas Sukri singkat.

"Aku luwe, Kang Sukri," Sarinah merengek menatap Sukri dengan mata besar dan mengharapkan sambil meremas-remas tangan Sukri, berharap bisa mendapatkan perhatian dan makanan yang diinginkan.

"Aku juga pak." Sri menekan perutnya yang tipis.

Mendengar rengekan sang istri, Sukri menjadi bingung harus berbuat apa, tidak ada makanan tersisa di rumah, semua bahan makanan sudah diambil paksa oleh kompeni Belanda yang kejam.

Galuh tak salah mendengar dengan apa yang dikatakan oleh wanita itu. Dengan melihat jelas gelagat bocah kecil itu, ia tahu mereka sedang kelaparan. "Luwe \= lapar."

Sukri sebenarnya ingin mengusir Galuh yang merupakan gundik Belanda itu, tapi mengingat kebaikannya barusan, ia merasa ragu dan tidak tega untuk melakukannya.

" Kalian berdua Lapar ?" Sukri lalu beralih menatap istrinya, Sarinah. "Sarinah, malam ini kita tidak punya bahan makanan lagi." Lalu beralih menatap Sri. "Sri, bersabarlah menunggu hari esok," hibur Sukri dengan lembut, sambil mengelus kepala Sri dan Sarinah bergantian.

Sarinah hanya menunduk, perutnya terus berbunyi keroncongan, menandakan rasa laparnya yang semakin menjadi-jadi, seolah kalimat Sukri belum cukup untuk menenangkannya.

Galuh yang melihat kehidupan Sukri merasa kasihan, "Aku punya makanan, sebentar ...." katanya sambil beranjak pergi. Wajah Sri seketika bersinar bagaikan bulan purnama.

"Nyai Galuh," panggil Sukri membuat wanita bersanggul itu berhenti melangkah.

"Nyai tidak salah dengan apa yang barusan Nyai katakan ?" ujar Sukri seolah tidak mau menambah beban penderitaaan.

Nyai Galuh terkenal sebagai Gundik Belanda dengan perangainya yang buruk, sombong, dan angkuh. Ia sering kali memperlakukan orang-orang di sekitarnya dengan tidak baik, menunjukkan sikap yang tidak pantas dan arogan. Jadi, tentu sikapnya ini terasa aneh dan berkebalikan.

"Tentu tidak. Itu kan hanya makanan." sahut Galuh cepat. Lalu ia sadar jika dirinya bukanlah Galuh yang sebenarnya. Yang ada dalam benaknya sekarang.

"Entah bagaimana penilaian kalian terhadapku yang jelas aku tulus membantu tidak ada niatan buruk sedikitpun terhadap kalian." Galuh bergegas pergi pulang menuju rumah Edwin De Groot.

"Kang, sikap Nyai Galuh berubah baik." ujar Sarinah menilai.

"Hm, entah itu pura - pura atau tulus. Kita terima saja niat baiknya."

Galuh pulang ke rumah kebetulan juga Edwin belum tiba dirumah jadi, ia aman. Dilihatnya makanan di atas meja berupa semangkuk nasi hangat dan lauk-pauk mewah, cukup untuk keluarga Sukri.

"Bungkus makanan ini, Mbok !" ujar nyai Galuh pada Kamini pembantu di rumah seraya menunjuk piring.

"Dibungkus, nyai ?" Kamini menjadi heran, "Bukankah itu makanan untuk tuan dan nyonya ?" tanya Kamini dengan rasa penasaran dan sedikit curiga.

"Iya, tolong kamu ambil untuk bagian makan malamku saja. Aku mau membaginya dengan tetangga kita." jelas Galuh.

Kamini semakin heran, "Tetangga yang mana yang mau dibagi makanan?" tanya Kamini lagi, sambil memandang Galuh dengan rasa tidak mengerti, "Bukankah kita yang harus makan dulu?"

" Sukri dan keluarganya sedang kelaparan, aku tidak tega melihat mereka, cepatlah Mbok!"

Kamini terhenyak, sejak kapan majikannya ini berubah menjadi lebih peduli terhadap sesama. Tanpa banyak bertanya lagi Kamini segera membungkus makanan itu.

Galuh berpapasan dengan Wilda, istri sahnya meneer, ketika akan membawa makanan. "Hei, mau kamu bawa kemana semua makanan itu ?" tanya Wilda dengan nada tidak suka, matanya menyipit mencurigai niat Galuh. Ia menghadang.

" Itu bukan urusanmu, minggir! Lagi pula ini adalah jatahku kan ?" Sentak Galuh dengan nada keras, sambil mendorong Wilda dengan kasar, membuat Wilda terhuyung ke samping.

Merry datang dan langsung menahan bahu ibunya, "Mami tidak apa - apa ?"

"Iya mami tidak apa - apa, wanita ini mencuri makan malam kita." adu Wilda pada putrinya. Merry menatap geram.

"Kembalikan makanan itu !" ucap Marry dengan kasar.

Galuh bersikukuh mengamankan makanan itu dalam dekapannya. Tangan Marry dan Wilda menarik kebaya Galuh dari kedua sisi. Karena kalah tenaga dengan sekali hempasan mereka langsung ambruk. Galuh bergegas pergi membawa makanan itu.

"Aw, pantatku sakit !" Wilda mengaduh kesakitan. Marry segera bangkit lalu membantu ibunya berdiri. Marry tidak kuat karena beban berat ibunya, ia berteriak sampai Kamini datang membantu.

"Gundik sialan, kemana dia pergi membawa makanan itu Mbok!"

"Ampun Nyonya, saya tidak tahu kemana Nyai Galuh membawa makanan itu," kata pembantu itu dengan nada rendah dan mata yang menunduk penuh hormat. Padahal ia tahu kemana Galuh membagi makanan itu. Sengaja tidak berbicara jujur yang nantinya malah membuat suasana menjadi kacau. Kamini tahu itikad baik dari seorang nyai Galuh jadi ia secara sembunyi mendukungnya.

"Sri !" panggil Galuh pada gadis kecil itu ketika tiba di rumah Sukri. "Ini aku bawakan makanan." Sri bangkit dan menghampiri nyai Galuh yang hanya berdiri di ambang pintu.

"Sembah nuwun, Nyai!" ucap gadis kecil itu sambil membungkuk hormat dengan wajah berseri.

Galuh segera pergi sementera keluarga Sukri membongkar isi bungkusan yang masih mengepul asapnya. Mereka makan dengan begitu lahap dan penuh kenikmatan.

Nyai Galuh merasa puas dan bahagia karena telah melakukan sesuatu yang baik untuk orang lain. "Semoga ini bisa membantu mereka," pikir Galuh dengan senyum lembut.

Suasana ketika makan malam di kediaman Edwin De Groot.

Edwin tiba di rumah selang beberapa menit dengan Galuh.

Galuh menyambut suaminya dengan suka cita, "Tuan Edwin, Anda sudah pulang ? Mau saya buatkan secangkir kopi ?" mungkin strategi ini bisa membantu menyelamatkannya dari aduan Wilda soal makanan tadi.

Edwin terhenyak, tidak biasanya Nyai Galuh menawarkan kopi untuknya, setahunya nyainya ini tidak bisa memasak ataupun merebus air. "Tawaran yang bagus, tentu saja aku mau."

Wilda keduluan nyai Galuh ketika menyambut suaminya, ia pun tidak mau tinggal diam. "Papi, ini gawat. Nyai Galuh baru saja mencuri makan malam kita."

1
Yusni
mengerikan jmn belanda dulu ...semoga galuh bisa membantu kaum pribumj
Yusni
kapok edwin...hhhrhrhf
Yusni
menunggu aksi galuh yg bikin org melonggo..buat galuh jg nelayani sii edwin thor
Yusni
mgk galuh akan bukin kejutan lainnya
Kam1la
terima kasih, tolong dukungan nya...😍
Yusni
jg smpe ngk tamat thor..asliiii ceritanya kerennnnnnn
Yusni
tambah apik ceritanya
Yusni
suka cerita seperi ini....semangat thor
Yusni
keren ceitanya tpi kok sepi yg baca ...
Yusni
mampir baca semoga semakin menarik
Kam1la
selamat datang reader, semoga terhibur dengan cerita tentang nyai Galuh. sekian lama up, belum ada komentar nih dari kalian. Yuk, dukung terus author tercinta ini dengan memberi like, subscriber, hadiah dan yang paling ditunggu komentar kalian.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!