NovelToon NovelToon
One Night Stand

One Night Stand

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / One Night Stand / Hamil di luar nikah
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Fatzra

Aruna terjebak ONS dengan seorang CEO bernama Julian. mereka tidak saling mengenal, tapi memiliki rasa nyaman yang tidak bisa di jelaskan. setelah lima tahun mereka secara tidak sengaja dipertemukan kembali oleh takdir. ternyata wanita itu sudah memiliki anak. Namun pria itu justru penasaran dan mengira anak tersebut adalah anaknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fatzra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

Selama perjalanan pulang Charles menyadari kalau mobil mereka di buntuti seseorang di dari belakang. Ia memutuskan untuk berputar-putar saja dan menjelaskannya kepada Aruna.

Wanita itu sempat terkejut, benar saja saat ia menoleh ke belakang mobil sedan hitam terus mengikuti mobil Charles. "Siapa mereka, Charles?" tanyanya sedikit khawatir.

Pria itu menggeleng pelan. "Tidak tahu. Tapi dia membuntuti kita dari restoran. Apa kau sempat melihat orang yang mencurigakan?" tanyanya.

Aruna berpikir sejenak, sepertinya di luar restoran ia sempat melihat dua orang asing yang sempat mondar-mandir. "Iya, kau benar. Ada dua orang asing di luar restoran hari ini."

Charles menoleh cepat ke arah Aruna. "Kau serius?" tanyanya panik.

Aruna menganggukkan kepalanya. "Iya, perhatikan jalanmu," ucapnya memperingatkan saat kendaraannya hampir oleng.

"Jangan-jangan ada yang mengawasimu," ucap Charles.

Aruna membelalakkan mata, siapa yang mengawasinya, untuk apa? "Kau jangan membuatku takut," ujarnya.

"Ini baru dugaanku. Bagai mana kalau kita pulang saja, apakah mobil itu masih membuntuti kita atau tidak," ucapnya seraya memandangi belakang dengan kaca mobilnya.

Aruna menganggukkan kepalanya. "Tapi malam ini kau menginap, ya. Biar aku yang izin dengan bibi," ucap Aruna, ia merasa khawatir.

Dengan terpaksa ia menginap untuk malam ini. Ia juga mengkhawatirkan Aruna dan keponakannya. Beruntung mobil tadi sudah tidak membuntuti mereka. Charles bernapas lega.

Ternyata anak buah Julian mengetahui kalau mobil Charles sengaja berputar-putar karena tahu telah di ikuti. Untuk menghindari ke curigaan mereka kembali ke hotel menemui Julian.

Julian berdecak kesal. Informasi yang didapatkan bukan tentang menjawab rasa penasarannya. Ia memikirkan cara agar bisa menemui Aruna. Tiba-tiba ia menarik sudut bibirnya. "Raven. Anak kecil mana yang tidak tergiur dengan mainan," ucapnya, lalu terkekeh.

Pagi harinya Julian melancarkan aksinya pergi ke toko mainan. Ia membeli beberapa mainan mahal edisi terbaru. Anak kecil mana yang tidak tergiur dengan itu. Ia yakin Aruna belum pernah membelikan mainan mahal seperti itu. Kali ini ia berusaha mengambil hati Raven. Ia tidak perduli jika harus berhadapan dengan ibunya terlebih dahulu. Pertemuannya beberapa waktu yang lalu dengan anak laki-laki itu, membuatnya menyayangi anak itu. Padahal selama ini ia tidak tertarik dengan anak-anak. Tapi saat bersama Raven perasaannya berbeda.

"Selamat pagi, Nona cantik. Aku boleh memesan makanan?" tanyanya setengah berbisik di telinga Aruna.

Aruna menoleh dengan cepat, "Kau!"

Julian mengedikkan bahunya. "Aku hanya ingin makan," ucapnya, lalu duduk. Ia meletakkan paperbag besar berisi mainan ke atas meja.

Aruna melipat tangannya ke dada, menatap lekat pria itu. "Kau bilang makanan di sini tidak enak, terus kenapa masih ke sini!" bentak Aruna, tersulit emosi.

"Ya, setidaknya masih bisa tertelan," ucapnya seraya menaikan satu alisnya.

Aruna semakin geram di buatnya. "Lebih baik sekarang kau pergi dari sini, dan jangan pernah menampakkan wajahmu di hadapanku lagi! Sekarang pergi!" ucapnya dengan nada tinggi.

Semua orang memusatkan pandangan ke arah mereka. Orang-orang itu bertanya-tanya kenapa Aruna mengusir pelanggan. mereka jadi berpikir dua kali untuk makan di restorannya.

"Mama," Raven berlari ke arah Aruna.

"Hai, Raven," ucap Julian menyapa bocah kecil itu.

Namun, Raven sudah berjanji dengan ibunya, tidak akan bertemu Julian lagi. walaupun ia ingin sekali memeluk pria itu. seperti ada ikatan batin antara anak dengan ayah. Tapi ia harus menahannya.

Kali ini Aruna tidak mau egois lagi ayy. "Kau boleh ngobrol dengan paman ini, tapi sebentar saja, ya," ucap Aruna, lalu meninggalkan mereka.

Raven mengangguk dengan wajah ceria. Aruna membiarkan mereka mengobrol berdua. Mungkin hanya ini cara untuk menebus keegoisannya selama ini. Ia tidak perlu khawatir lagi, bagai manapun mereka adalah anak dan ayah. wanita itu tidak mau semakin menyalahkan dirinya sendiri.

"Paman datang untuk makan?" tanya Raven dengan polos.

Julian tersenyum, mengusap pucuk kepala Raven. "Tentu, kau mau makan denganku?" Ia balik bertanya.

Raven menganggukkan kepalanya, lalu tersenyum. "Paman kenapa baik sekali padaku, padahal semua orang menjauhi kita," tutur Raven dengan nada sedih.

Julian memalingkan wajahnya sejenak, lalu kembali menatap Raven seraya menggenggam tangannya. "Siapa yang tidak baik denganmu?"

"Semua orang, kecuali Paman Charles dan Paman Tampan ini," ucap Raven, lalu tersenyum.

Julian membelalakkan matanya, kenapa Raven memanggil Charles dengan sebutan paman? Bukankah itu ayahnya? "Bagus, dia banyak menipuku," ucapnya dalam hati.

"Em, ini untukmu, hadiah kecil dariku," ucap Julian seraya menyodorkan paperbag berisi mainan yang sudah di belinya.

"Wah, terima kasih banyak, Paman. Tapi aku tidak ulang tahun hari ini," ucap Raven polos. ia terkesima melihat paperbag besar itu.

Julian tersenyum, reflek ia mencium kepala Raven. Entah kenapa ia begitu menyayangi anak itu, setelah melihatnya bahagia diberi hadiah. Ia merasakan ada perasaan yang aneh saat menatap anak itu.

Dua piring nasi dan lauk di sajikan oleh Aruna. "Silakan di makan selagi hangat," ucapnya, lalu pergi ke belakang untuk membatu para karyawannya.

Membiarkan Raven dan Julian bersama bukanlah hal buruk, mungkin selama ini ia hanya terlalu khawatir. Bagai manapun Raven butuh sosok ayah. Bukannya Aruna tidak mau mencarikan ayah yang lain, tapi baginya ayah Raven hanyalah Julian.

Kejadian lima tahun yang lalu banyak memberinya pelajaran hidup, bahkan sampai sekarang Aruna merasa masih di hukum oleh Tuhan, dengan mempersulit hidupnya. Kalau boleh kembali ke masa lalu, ia tidak akan melakukan hal bodoh, bersama pria itu maupun pria mana, pun.

Raven tersenyum bahagia, ia berinisiatif menyuapi Julian. Menyodorkan sendok pertamanya untuk pria itu. "ayo, Paman cicipi makananku," pintanya dengan ekspresi wajah yang menggemaskan.

Julian tidak menolak dan langsung melahapnya. "Em... Ini sangat enak," ucapnya dengan sumringah. Begitu juga dengan Raven, ia tidak berhenti tersenyum.

Raven dan Julian bercanda tawa dengan riang. Aruna hanya mengintip dari balik pintu dapur. rasanya begitu bahagia melihat anak itu tertawa lepas, rasanya sudah lama ia tidak melihat anaknya seperti itu.

"Aku senang, hari ini bisa bertemu dengan, Paman," ucap anak laki-laki itu, lalu menyuapkan makanannya ke mulut.

"Wah, sungguh? Aku terkesan," ujar Julian, dengan ekspresi terkejut, untuk menghibur Raven.

Namun Raven justru menekuk wajahnya. "Soalnya kemarin mama melarangku untuk bertemu dengan Paman lagi. Dia memarahiku habis-habisan," ucapnya mengadu.

"Apa!" Julian tidak menyangka, anak sekecil itu, pun kena marah. "Sebenarnya ada apa dengan dia? Kenapa berusaha memisahkanku dengan Raven," batinnya.

Jangan-jangan kecurigaannya selama ini benar, dan Aruna berusaha memisahkan mereka karena ia membenci pria itu. Tapi kenapa harus anak sekecil itu yang jadi korban egonya?

Julian menatap nanar ke arah Raven, lalu memeluknya dengan erat. Anak itu bingung dengan tindakannya yang tiba-tiba. Pria itu membisikan sesuatu di telinganya. "Kalau aku adalah ayahmu, apa kau akan membenciku?"

Raven terkejut, lalu terdiam sejenak memandangi wajah Julian dengan lekat. "Mata kita sama, hidung, mulut, bahkan bentuk wajah kita memang mirip, kalau Paman adalah ayahku, aku akan sangat menyayangi, Paman. Karena Ayahku mungkin tidak sebaik, Paman," jawab anak itu dengan air mata yang mengembun hampir jatuh.

Julian memeluk Raven semakin erat, "Kau boleh memanggilku ayah, aku sangat bahagia jika kau mau," ucapnya dengan nada bergetar.

Sayangnya Aruna melewatkan momen itu, ia terlalu sibuk dengan para karyawannya, karena hari ini restoran sangat ramai. Ia membiarkan Raven berlama-lama dengan pria itu, walaupun ia sebenarnya tidak suka.

"Ayah,"

1
Fatzra
Halo semuanya, terima kasih yang sudah membaca cerita ini. jangan lupa follow + like+ komen, ya. biar Author semangat updatenya 🥰
Terima kasih.
Ritsu-4
Datang ke platform ini cuma buat satu cerita, tapi ternyata ketemu harta karun!
Sterling
Asik banget bisa nemuin karya yang apik seperti ini.
Murasaki Kuhouin
Jauh melebihi harapanku.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!