NovelToon NovelToon
Obsesi Sang Ceo

Obsesi Sang Ceo

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Obsesi / Diam-Diam Cinta / Dark Romance
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Biebell

Camelia tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam satu malam.
Hanya karena hutang besar sang ayah, ia dipaksa menjadi “tebusan hidup” bagi Nerios—seorang CEO muda dingin, cerdas, namun menyimpan obsesi lama padanya sejak SMA.

Bagi Nerios, Camelia bukan sekadar gadis biasa. Ia adalah mimpi yang tak pernah bisa ia genggam, sosok yang terus menghantuinya hingga dewasa. Dan ketika kesempatan itu datang, Nerios tidak ragu menjadikannya milik pribadi, meski dengan cara yang paling kejam.

Namun, di balik dinding dingin kantor megah dan malam-malam penuh belenggu, hubungan mereka berubah. Camelia mulai mengenal sisi lain Nerios—sisi seorang pria yang rapuh, terikat masa lalu, dan perlahan membuat hatinya bimbang.

Apakah ini cinta… atau hanya obsesi yang akan menghancurkan mereka berdua?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Biebell, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20 — Dinner

Sore itu, suasana rumah besar keluarga Miller mendadak sibuk. Nerios memutuskan sesuatu yang jarang sekali ia lakukan—menyulap area kolam renang pribadi menjadi tempat makan malam romantis. Semua persiapan dilakukan dengan cepat, namun penuh kehati-hatian.

Penyesalan terus hadir di hati Nerios, ia terus terbayang darah yang mengalir dari kaki Camelia dan penyebabnya bukan orang lain, tapi dirinya sendiri. Maka dari itu Nerios berencana untuk membuat acara dinner di rumah untuk menebus kesalahannya pada Camelia. Karena tidak memungkinkan jika mereka berdua dinner di luar, jadilah Nerios membuatnya di rumah, agar Camelia tidak perlu berjalan.

Nerios telah meminta saran pada Rayhan tentang kira-kira dinner seperti apa yang cocok untuk permintaan maaf, dan mungkin barang apa yang bagus untuk diberikan pada Camelia.

Setelah meminta saran, Nerios langsung saja mengerahkan seluruh pelayan di rumahnya untuk mengatur area pinggir kolam renang dengan sedemikian rupa agar terlihat begitu cantik, indah dan mewah. Sedangkan pekerjaan kantor Nerios serahkan terlebih dahulu pada Rayhan, kebetulan hari ini tidak ada rapat atau pun hal penting yang harus dilakukan langsung oleh dirinya.

Dua pelayan dan dua satpam yang dipercaya mengatur dekorasi bergerak cekatan sesuai instruksi Tuan muda mereka.

Barjo dan Hasan sibuk menata meja bundar elegan di sisi kolam, menutupinya dengan kain putih satin yang licin berkilau. Mereka menata dua kursi berhadapan, menambahkan vas kristal kecil berisi mawar merah segar sebagai hiasan tengah. Piring porselen putih, gelas kristal, serta peralatan makan berlapis perak satu per satu dipoles hingga berkilau sebelum diletakkan rapi.

Sementara itu, Rani menyalakan deretan lilin kecil yang telah dipasang mengelilingi kolam. Cahaya temaram mulai memantul indah di permukaan air biru, menciptakan suasana hangat nan mewah. Ia juga menggantung lampu-lampu bohlam kecil di antara pepohonan taman, membuat area itu seakan dipayungi bintang buatan.

Bu Retno sibuk menata bunga mawar putih dan merah di sepanjang jalan menuju kolam. Kelopaknya ditebar halus di lantai kayu decking, membentuk jalur romantis yang akan dilalui Camelia. Tak lupa, ia menaruh aroma diffuser dengan wangi lembut vanilla dan rose agar suasana terasa lebih tenang.

Nerios sendiri berdiri di sisi kolam, mengamati setiap detail dengan tatapan serius. Sesekali ia memberi perintah singkat, suaranya dalam tapi tenang.

“Taruh lilinnya agak jauh dari tepi, aku tak mau ada asap berlebihan.”

“Gelasnya harus menghadap ke kanan, bukan ke kiri.”

“Lampunya redupkan sedikit lagi, biar pantulan air lebih terlihat.”

Bu Retno dan yang lain mengangguk patuh, segera memperbaiki sesuai perintah.

Saat semua sudah hampir selesai, Nerios berjalan mendekati meja, tangannya menyusuri permukaan halus taplak putih itu. Ia menarik kursi dengan perlahan, seakan membayangkan Camelia yang akan duduk di sana. Hatinya berdesir—ini bukan sekadar makan malam, ini adalah permintaan maafnya yang tulus.

Dari kejauhan, aroma steak dan pasta yang sedang dimasak di dapur mulai tercium samar. Hidangan utama pun sedang dipersiapkan untuk dihidangkan sesempurnanya.

Ketika semua pelayan mundur memberi hormat, area kolam renang itu telah berubah total—dari sekadar tempat santai biasa menjadi lokasi dinner romantis yang berkelas, berhiaskan cahaya, bunga, dan suasana yang menenangkan.

...———...

Camelia tampil anggun dengan gaun panjang berwarna merah marun satin, yang jatuh mengikuti lekuk tubuhnya dengan elegan. Potongannya berbentuk off-shoulder sehingga menonjolkan bahu jenjangnya, sementara bagian pinggang dibuat ramping dengan aksen pita tipis, memberi kesan feminin sekaligus mewah.

Di bagian bawah, gaunnya menjuntai lembut hingga menyapu lantai, sedikit flowy sehingga setiap langkahnya terlihat anggun dan berkelas. Potongan slit di sisi kiri memberi kesan berani namun tetap sopan, memperlihatkan kaki jenjangnya saat berjalan.

Camelia melengkapi penampilannya dengan sepatu hak tinggi berwarna nude glossy, anting panjang berbentuk tetes kristal, serta gelang tipis berlapis emas putih di pergelangan tangan kanannya. Rambutnya ditata gelombang besar natural lalu disisir ke samping, membuat leher jenjangnya semakin indah terlihat.

Riasan wajahnya tidak terlalu tebal—lipstik merah klasik, sentuhan shimmer di kelopak mata, dan highlight tipis di tulang pipi cukup membuatnya akan tampak bersinar di bawah cahaya lilin dan pantulan air kolam.

Camelia awalnya menolak dengan keras ide Nerios yang ingin mengajaknya makan malam romatis, dirinya tidak perlu diperlakukan seperti itu hanya karena Nerios ingin meminta maaf padanya. Toh, selama ini pria itu selalu berperilaku kasar padanya, sudah berapa kata maaf dikeluarkan olehnya, tapi ia tidak pernah benar-benar memaafkannya.

Akan tetapi Nerios terus memohon padanya, mata penuh penyesalan pria itu menggoyahkan hatinya. Jadi dengan sedikit terpaksa Camelia menyetujui untuk makan malam bersama Nerios. Ia memakai gaun yang dipesankan khusus untuknya dari boutique langganan Nyonya Miller.

Lama melamun di depan cermin membuat Camelia tidak sadar jika kini Nerios sudah berdiri di belakangnya. Menatap kagum pada penampilannya, mata Nerios terlihat begitu berbinar seakan memuji kecantikan Camelia biar pun bibirnya hanya diam.

Dengan perlahan Camelia membalikkan tubuhnya, berhadapan dengan Nerios yang tampil memikat dengan setelan jas hitam klasik yang jatuh sempurna membalut tubuh tegapnya. Potongan slim fit pada jas itu semakin menonjolkan bahunya yang bidang dan postur tegaknya. Di balik jas, ia mengenakan kemeja putih polos dengan kerah tegak, kancing bagian atas sengaja dibiarkan terbuka sehingga memberi kesan sedikit santai namun tetap berkelas.

Alih-alih dasi formal, Nerios memilih tampilan tanpa dasi agar tidak terlalu kaku, cocok dengan suasana romantis outdoor. Celana panjang hitamnya jatuh rapi hingga menutupi bagian atas sepatu kulit hitam mengilap yang dipoles sempurna.

Rambutnya disisir rapi ke belakang dengan sentuhan pomade tipis, memperlihatkan rahang tegasnya. Jam tangan berlapis stainless steel di pergelangan tangan kirinya menjadi satu-satunya aksesori yang ia kenakan, mempertegas aura pria mapan.

"Kau sudah siap?" tanya Nerios dengan lembut, bahkan tatapan pria itu terasa hangat, berbeda dari biasanya.

Camelia mengangguk dengan kaku, ia tidak terbiasa dengan perlakuan Nerios yang seperti ini. "Ya, aku sudah siap," lirihnya.

Biar pun pelan, tapi Nerios dapat mendengar ucapan Camelia, jadi ia tersenyum lembut terlebih dahulu sebelum sedikit membungkuk hendak menggendong Camelia.

"Mau ngapain?" Camelia dengan cepat menahan tangan Nerios.

Nerios kembali menegakkan tubuhnya, ia menatap Camelia bingung. "Tentu saja menggendong dirimu, kan, kakimu masih sakit."

"Tidak perlu," tolaknya dengan halus, ia melirik kakinya yang mengenakan heels. "Kakiku sudah lebih baik dari sebelumnya, jadi sudah bisa berjalan walau pun dengan perlahan."

Pria itu mengikuti arah pandang Camelia, dan dahinya sedikit mengerut mendapati wanita itu sudah berani memakai heels. "Mengapa pakai heels? Kakimu belum sepenuhnya sembuh, kau bisa menggunakan flat shoes."

Camelia menatap Nerios yang kini sudah menatapnya dengan bingung, ia ragu untuk mengatakannya. "Em ... Gaun ini akan terlihat lebih bagus jika aku menggunakan heels."

Senyum kembali terbit di bibir Nerios, kemudian dengan perlahan ia mengarahkan tangan Camelia untuk mengapit tangan kirinya. "Baiklah, aku tidak akan melarangmu, jadi berjalan dengan perlahan saja, jadikan aku tumpuanmu."

Camelia mengangguk kecil sebagai jawaban. Lalu Nerios mulai melangkah dengan perlahan, mengikuti langkah kecil Camelia, ia begitu sabar hingga membuat Camelia merasa bahwa pria itu baru saja terjatuh dan kepalanya membentur sesuatu atau semacamnya yang membuat otak pria itu bermasalah.

Karena mereka harus melewati anak tangga, jadi Nerios meminta izin pada Camelia untuk menggendong wanita itu sampai lantai dasar saja, ketika mendapat persetujuan barulah ia melakukannya.

Malam itu, suasana villa terasa berbeda bagi Camelia. beberapa lampu sengaja diredupkan, digantikan oleh ratusan lilin kecil yang berjejer rapi di sekitar kolam renang. Cahaya temaramnya memantul di permukaan air yang berkilau, memberi kesan hangat dan mewah. Di tengah-tengah, sebuah meja bundar berlapis kain putih elegan sudah tertata rapi. Dua kursi dengan sandaran tinggi saling berhadapan, dihiasi bunga mawar merah segar yang menjuntai sebagai center piece.

Camelia berjalan perlahan ke arah kolam dengan tangannya yang masih menggandeng tangan Nerios, gaun yang dikenakannya bergoyang lembut diterpa angin malam. Matanya menyapu pemandangan di depannya, sedikit terkejut, sedikit bingung. Ia tahu Nerios sudah menyiapkan makan malam romantis, tapi tak menyangka jika hasilnya akan seindah ini.

"Kau menyiapkan ini hanya karena ingin menerima maaf dariku?" Suara Camelia pelan, nyaris berbisik.

Nerios sedikit menunduk, biar pun wanita itu sudah mengenakan heels tapi tingginya masih di bawahnya. "Tentu saja, ini semua aku lakukan agar mendapatkan maaf darimu ..."

Camelia diam sejenak, lalu melepaskan tautan tangan mereka untuk melangkah mendekat. Hatinya bergetar melihat detail yang begitu indah—lampu-lampu gantung kecil di atas meja, musik klasik yang samar terdengar dari speaker tersembunyi, dan aroma vanilla yang lembut juga mawar yang menenangkan.

Nerios tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya karena Camelia terlihat begitu menyukai rancangan dinner ini.

Ia berjalan menunju salah satu kursi, lalu menariknya untuk Camelia. "Silahkan duduk."

Camelia duduk dengan hati-hati, masih menahan perasaan yang bercampur aduk. Nerios ikut duduk di depannya, lalu menatap lurus ke mata wanitanya.

“Aku tahu satu malam romantis seperti ini tidak akan bisa menghapus semua sakitmu. Tapi izinkan aku untuk mencoba menebus kesalahanku, sedikit demi sedikit …” ucap Nerios lirih.

Camelia menggenggam gelas wine yang sudah disediakan, menatap pantulan lilin di permukaan air. “Kau tahu, Nerios? Aku tidak butuh kemewahan seperti ini. Karena aku sadar dengan posisiku di sini."

"Aku tau sulit untukmu untuk menerima aku dengan cepat." Nerios mengulurkan tangannya untuk mengenggam salah satu tangan Camelia yang ada di atas meja. "Tapi posisimu di sini bukanlah jaminan, kau adalah wanitaku."

"Aku ingin kita sama-sama belajar untuk menerima satu sama lain. Kau mencoba untuk menerimaku, dan aku mencoba untuk tidak lagi melukai dirimu, menahan temperamen buruk dalam diriku."

Nerios hanya ingin mereka hidup berdampingan tanpa ada yang terluka, entah secara fisik atau pun secara psikis. Nerios juga ingin Camelia berhenti berkata bahwa dirinya hanya seorang jaminan, karena Nerios tidak pernah menganggapnya sepeti itu, Nerios selalu menganggap Camelia sebagai wanitanya.

"Aku tidak bisa menjamin bahwa aku bisa belajar menerimamu." Dengan perlahan Camelia melepaskan tangannya dari tangan Nerios, ia tersenyum kaku. "Karena aku terus berpikir bahwa aku harus cepat melunasi hutang Ayahku agar aku bisa terlepas dari dirimu."

Pria itu terdiam sesaat, perasaan sakit kembali menghantam hatinya begitu mendengar kalimat terakhir yang Camelia ucapkan, tapi ia tetap berusaha menahan semuanya dengan tetap tersenyum lembut pada Camelia.

"Aku tau kau pasti akan terus berkata seperti itu, karena sikapmu sudah menjelaskan semuanya." balas Nerios dengan lembut, berbeda jauh dari nada bicara yang biasanya. "Tapi kali ini aku meminta untuk kamu terus menuruti keinginan aku selama kamu masih bersamaku, jangan pancing semua amarahku. Dan aku pun akan berusaha menahannya."

Camelia mengerti maksud Nerios yang ingin berinteraksi dengannya tanpa ada amarah, dendam atau apa pun yang buruk. Nerios ingin hal-hal normal terjadi di dalam hidup mereka berdua layaknya seorang kekasih.

"Jika bertingkah seakan sepasang kekasih, aku tidak bisa." ungkap Camelia dengan jujur. "Tapi jika dengan normal seakan atasan dan bawahan, atau seperti seorang teman—aku bisa."

Kenyataan pahit kembali ditelan oleh Nerios. Wanitanya benar-benar membatasi dirinya, Camelia tidak bisa menerimanya sebagai seorang kekasih dan itu begitu terasa menyakitkan. Tapi ia sudah bertekad untuk mengubah semuanya agar Camelia tidak tersakiti saat bersamanya.

"Baiklah, aku setuju berperilaku layaknya seorang teman saja, untuk saat ini. Karena setelahnya aku ingin berusaha mendekatimu agar kau mau menjadi pasanganku. Apa kau setuju?"

Camelia menatap tatapan mata Nerios yang terlihat seperti orang yang sedang memohon, lalu kemudian ia mengangguk kecil. "Ya, aku setuju."

Ya, setidaknya Camelia setuju dengan rencana Nerios yang berusaha mendekati Camelia agar wanita itu menjadi pasangannya.

Dan kini, mereka mulai menikmati hidangan yang sudah disiapkan dengan obrolan ringan walau pun masih sedikit ada rasa canggung.

Berikan dukungan kalian teman-teman!

Jangan lupa like dan komen

Koreksi aja kalau ada kesalahan kata atau typo ya!

Salam cinta, biebell

1
Satsuki Kitaoji
Gak nyangka bakal se-menggila ini sama cerita. Top markotop penulisnya!
Alucard
Baca sampe pagi gara-gara gak bisa lepas dari cerita ini. Suka banget!
MilitaryMan
Ceritanya bikin saya ketagihan, gak sabar mau baca kelanjutannya😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!