NovelToon NovelToon
Dia Milikku

Dia Milikku

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Idola sekolah
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: Caca99

Kisah perjalanan sepasang saudara kembar memiliki sifat yang berbeda, juga pewaris utama sebuah perusahaan besar dan rumah sakit ternama milik kedua orang tuanya dalam mencari cinta sejati yang mereka idamkan. Dilahirkan dari keluarga pebisnis dan sibuk tapi mereka tak merasakan yang namanya kekurangan kasih sayang.

Danial dan Deandra. Meski dilahirkan kembar, tapi keduanya memiliki sifat yang jauh berbeda. Danial yang memiliki sifat cuek dan dingin, sedangkan Deandra yang ceria dan humble.

Siapakah diantara dua saudara kembar itu yang lebih dulu mendapatkan cinta sejati mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caca99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34 Dendeng Balado

"Kok berhenti sih kak?." Tanya Meldy, tiba-tiba saja Danial berhenti dipinggir jalan.

"Lo tunggu disini." Ucap Danial. Dia menyeberangi jalan, menghampiri seorang nenek-nenek yang terlihat sedang duduk lesu dipinggir jalan.

Meldy memperhatikan dari jauh apa yang akan dilakukan Danial kepada nenek-nenek itu. Meldy melihat Danial mengeluarkan beberapa lembar uang dari sakunya lalu diberikan kepada nenek itu.

"Ngapain kak?." Tanya Meldy, pura-pura tak melihat yang Danial lakukan tadi.

"Minta nomor WhatsApp nenek itu." Jawab Danial ngasal, kembali naik keatas motor nya.

"Iiih, orang nanya baik-baik juga." Meldy memukul lengan Danial.

"Jangan dipukul, jatuh gimana. Yang ada gue dimarahin bunda karena menantu kesayangannya lecet." Ucap Danial.

"Biarin......"

"Ngambek nih ceritanya?."

"Nggak, jangan sok tau deh."

"Gue tadi ngasih uang buat nenek itu. Kasihan belum makan, udah tua, nggak ada tenaga lagi buat kerja." Akhirnya Danial menjawab pertanyaan Meldy.

"Lihat kok." Jawab Meldy ketus.

"Kalau udah lihat kenapa nanya."

"Pengen aja." Meldy menyilangkan tangannya didada.

"Pegangan Meldy, suka banget sih ngebahayain diri sendiri." Ucap Danial. Bilang aja modus Dan.....

"Nggak, lo modus."

"Ya udah." Gruunggggg..... Danial menarik gas motor nya, lagi.

"Kak Danial. Jangan sengaja deh." Meldy memukul punggung Danial.

"Nggak sengaja." Ucap Danial, tersenyum dibalik helm nya.

Sesampainya dirumah, mereka langsung masuk kekamar masing-masing. Baru saja hendak mengganti pakaiannya, mbak Siska mengetuk pintu kamar Meldy dari luar.

"Non, mbak Siska boleh masuk?." Tanya mbak Siska setelah mengetuk pintu.

"Masuk aja mbak, nggak Meldy kunci kok." Saut Meldy dari dalam.

"Ini non, mbak Siska mau naro baju non Meldy yang kemaren mbak Siska cuci." Mbak Siska membuka pintu lemari Meldy, untuk meletakkan beberapa baju Meldy didalam nya.

"Tunggu mbak....." Melihat baju ditumpukkan lipatan paling atas, Meldy mengingat kejadian waktu dia ketiduran waktu pulang dari rumahnya.

"Baju ini, mbak Siska dapat dari mana?." Tanya Meldy. Semua baju kotor Meldy diletakkan dikamar dikeranjang khusus sebelum dicuci. Itu pun Meldy yang meletakkan sendiri ketempat laundry. Tapi baju itu, setelah hari dia pulang malam dan ketiduran waktu itu, Meldy tak melihat lagi.

"Ooh baju ini. Ini kan baju yang non Meldy pake waktu ketiduran malam itu. Selesai gantiin baju non, mbak Siska langsung bawa ke ruangan laundry buat di cuci. Emangnya kenapa non?."

"Jadi? Malam itu yang gantiin baju Meldy mbak Siska?."

"Ya iya non, siapa lagi kalau bukan mbak Siska. Nggak mungkin kan den Danial."

"Jadi?......" Meldy bengong. Salah dia salah telah menuduh Danial.

"Kenapa non?." Mbak Siska heran melihat sikap Meldy.

"Nggak, nggak apa-apa kok mbak. Kalau udah selesai, mbak Siska boleh keluar kok."

"Ya sudah. Mbak Siska mau lanjutin kerjaan yang lain dulu."

"Jadi? Gue udah salah sangka dong sama kak Danial. Bod*h banget sih lo Meldy....." Meldy merutuki dirinya sendiri.

"Dosa nggak ya, suuzan sama suami sendiri." Gumam Meldy sendiri. "Aaaah, bodo lah." Meldy mengacak-acak rambutnya sendiri.

"Apa gue minta maaf aja ya? Nggak lah, gengsi benget. Kalau dia tau pikiran buruk gue gimana? Bisa malu lah. Tapi, gue udah salah sama dia.... Aaaaah, gimana dong?." Nah loh Mel, jadi bingung sendiri kan...

"Gue masakin aja kali ya. Tapi dia suka nya apa? Yang gue tau cuma cumi asam pedas. Masa sih harus masak itu lagi. Baru kemaren dimasakin bunda. Apa dong?. Tau deh, pusing." Pusing sendiri, memikirkan bagaimana caranya minta maaf sama Danial.

"Ha? Kenapa nggak tanya aja langsung. Iya, pinter banget lo Mel." Meldy mengganti pakaiannya, lalu menuju kekamar Danial.

"Kak, halooo ada orang didalam." Meldy mengetuk-ngetuk pintu kamar Danial.

"Haloooo.... spada.... apakah ada orang didal...." Belum sempat melanjutkan kalimatnya, pintu sudah terbuka.

"Apa? Berisik tau, gue mau tidur." Tanya Danial, berdiri didepan pintu kamarnya sambil bersedekap dada.

"Tidur? Jam segini lo tidur? Nggak ada kerjaan lain apa, selain tidur. Nggak guna banget waktu lo."

"Terserah gue lah, waktu waktu gue, kenapa lo yang sewot. Mau ngapain lo?."

"Mau dimasakin sesuatu nggak?."

Danial mengerutkan keningnya. "Tumben? Kesambet apa lo?."

"Tinggal jawab aja apa susahnya sih. Anggap aja ini ucapan terimakasih gue karena tadi si sekolah lo udah lindungin gue."

"Hmm, oke. Gue mau lo masakin dendeng balado. Rasanya harus sama dengan yang ada dirumah makan Padang."

"Ha? Sehat lo? Nggak nggak nggak. Yang lain."

"Gue mau nya itu gimana dong. Kalau mau berterimakasih itu yang ikhlas."

"Tapi gue nggak bisa masak itu, yang lain kan bisa. Sop ayam kek, nasi goreng, atau cumi asam pedas kesukaan lo."

"No! Gue maunya dendeng balado. Nggak mau yang lain."

"Rendang deh, kan sama-sama dari Padang." Meldy mencoba bernegosiasi. Rendang, dia sudah pernah memasaknya, dan kata papa Hendra dan Melvin rasanya enak.

"Perasaan lebih ribet masak rendang deh."

"Tapi gue belum pernah coba masak dendeng."

"Mana gue tau, gue maunya makan dendeng."

"Gimana gue masak, kalau caranya aja gue nggak tau."

"Eh neng, sekarang tahun 2025. Teknologi sudah canggih, jangan belagak hidup zaman purba deh. Gue nggak mau tau, gue mau nya dendeng balado." Danial menutup pintu kamar nya.

"Iihhh, ngelunjak. Kalau tau gini nggak gue tawarin tadi." Kesal Meldy.

Meldy kembali kekamar untuk mengambil hp, melihat bagaimana step step memasak dendeng balado yang diinginkan Danial.

Dengan cermat Meldy memperhatikan step by step tutorial memasak dendeng itu. "Oooh, gini aja toh. Gini gue juga bisa." Beberapa kali melihat, Meldy langsung paham.

Menuju kedapur, Meldy melihat isi kulkas. Untungnya, pas belanja kemaren Meldy membeli semua bahan-bahan yang akan dia butuhkan untuk memasak dendeng request-an Danial.

Mengikuti step by step yang dia pelajari tadi, Meldy mulai kegiatan memasaknya. Tak ada satu step pun yang Meldy lewatkan. Selain tak mau mengecewakan Danial dengan hasil masakan nya yang tak enak, memasak juga salah satu kegemaran Meldy. Jadi dia melakukan semuanya dengan senang hati.

"Wiiiidih, kelihatan nya enak tuh." Danial duduk dimeja pantry dapur. Melihat bagaimana Meldy memasak.

"Dari pada lo duduk aja disana, mending bantuin gue."

"Ya udah, karena hari ini suasana hati gue lagi bagus, lo beruntung. Apa nih yang perlu gue bantu." Danial masuk ke area dapur.

"Pake dulu celemek nya." Ucap Meldy.

"Yang mana?." Tanya Danial, sama sekali tau tau mana benda yang namanya celemek itu.

"Itu, digantung samping kulkas." Jawab Meldy, fokus memasak cabe hasil ulekan nya sendiri. Cabe kalau di ulek sendiri akan jauh lebih enak dibanding digiling dengan mesin. Apalagi untuk memasak dendeng, cabe nya hanya perlu diulek kasar, tak harus sampai halus.

"Gimana pake nya ini?."

Meldy mematikan kompor nya, membantu Danial memasang celemek nya. "Ini aja nggak bisa." Netra mereka bertatapan saat Meldy mengikat tali celemek dipinggang Danial. Saling tatap beberapa detik, sampai mereka menemukan kembali kesadaran masing-masing.

"A-apa nih yang mau gue bantu?." Tanya Danial gugup. Jantung nya berdetak tak karuan.

"Lo geprek daging yang udah gue goreng." Jawab Meldy salah tingkah. Hal serupa juga dirasakan Meldy, jantung nya berdetak tak karuan ditatap Danial dalam jarak sedekat itu.

"Ini?." Tanya Danial, menunjuk daging yang ada didalam piring.

"Iya, lo geprek, tapi jangan sampai hancur ya." Jawab Meldy, berusaha menetralkan kembali degup jantung nya.

"Dimana?."

"Itu kan ada ulekan disamping nya."

"Oooh, bilang dong." Danial mengangguk.

Cabe yang digoreng Meldy sudah mateng, begitu juga dengan daging nya yang sudah di geprek Danial semua.

Meldy menyiram cabe itu keatas daging nya. "Siap deeh." Ucap Meldy, kerja kerasnya akhirnya selesai.

"Coba cicip deh kak." Ucap Meldy.

Danial mengambil sebuah sendok untuk mencicipi dendeng balado hasil karya Meldy yang terlihat enak.

"Gimana?." Tanya Meldy begitu daging itu masuk kedalam mulut Danial.

"Enak, enak banget." Puji Danial.

"Nggak bohong kan lo?." Tanya Meldy kurang yakin, karena ini percobaan pertama nya.

"Enak, coba deh kalau nggak percaya." Danial menyuapkan sepotong daging kedalam mulut Meldy. "Enak kan?."

Meldy mengangguk-anggukan kepalanya. "Lumayan sih."

"Lumayan lo bilang, ini enak Meldy. Ayo kita makan." Danial dan Meldy makan bersama, mereka juga mengajak mbak Siska untuk ikut makan bersama mereka dimeja makan yang sama. Walaupun berstatus sebagai asisten rumah tangga, tapi baik Meldy atau pun Danial tak pernah membedakan mbak Siska. Mereka sudah menganggap mbak Siska seperti kakak sendiri.

1
Irha Sila
Luar biasa
sjulerjn29
masa bundanya cemburu liat anak sama bapaknya sih🤭
sjulerjn29
seru ya punya sodara kembar
Mericy Setyaningrum
suka nih kalo yg bawa bawa motor sport
cetom😘😘
bunda dian siapa torrr
Eca99: bunda Kanaya maksudnya kak, typo😁😁
total 1 replies
Ritsu-4
Keren thor, jangan berhenti menulis! ❤️
Eca99: terimakasih support nya🤗
total 1 replies
Alhida
Aduh, hatiku berdebar-debar pas baca cerita ini, author keren abis!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!