Lian shen ,seorang pemuda yatim yang mendapat kn sebuah pedang naga kuno
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dwi97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Panggilan Ujian Pertama
Pagi di Perpustakaan Abadi terasa berbeda. Udara dipenuhi keheningan yang menekan, seolah seluruh ruang menahan napas. Liang Shen terbangun dari tidur singkatnya, tapi begitu membuka mata, ia sadar bahwa dirinya tidak lagi berada di ruangan biasa.
Sekelilingnya berubah menjadi padang kabut tak berujung. Awan kelabu melayang rendah, dan tanah di bawah kakinya bergetar seakan hidup. Dari dalam kabut, suara berat bergema.
“Pewaris pedang naga… saatnya tiba untuk menempuh ujian pertama. Apakah kau siap menghadapi dirimu sendiri?”
Shen menggenggam pedang erat. “Aku siap!”
Kabut bergulung, dan dari dalamnya muncullah sosok yang membuat darah Shen berdesir. Itu adalah dirinya sendiri—namun wajahnya penuh kebencian, matanya hitam pekat, dan auranya memancarkan kebiadaban. Sosok itu mengangkat pedang naga, identik dengan yang ia pegang.
“Apakah kau pikir kau bisa melindungi semua orang? Pada akhirnya, kau hanya akan gagal, sama seperti saat desamu terbakar.” Suaranya dingin, penuh ejekan.
Shen mengertakkan gigi. “Kau hanyalah bayangan masa laluku. Aku tidak akan membiarkanmu menguasai diriku.”
Pertarungan pun pecah. Dua Shen beradu cepat, cahaya pedang memecah kabut berkali-kali. Setiap tebasan membawa ingatan: wajah ibunya yang menangis, jeritan tetangga yang terbakar, tawa kejam para musuh. Setiap kenangan itu menusuk jantung Shen, melemahkan ayunan pedangnya.
Bayangan dirinya tertawa. “Kau terlalu lemah! Bahkan Lin Feng terluka karena ketidakmampuanmu. Berapa lama lagi kau akan membiarkan orang mati demi ambisimu?”
Tubuh Shen mulai goyah. Lututnya hampir menyentuh tanah. Pedangnya terasa berat, seolah menolak dipegang. Dalam keputusasaan, ia berteriak.
“Aku tahu aku lemah! Aku tahu aku gagal! Tapi aku tidak akan berhenti!”
Cahaya dari pedang naga tiba-tiba berdenyut. Dalam kilatan cahaya itu, Shen mendengar suara Roh Longyuan.
“Anak manusia, kekuatan pedang ini bukan untuk mereka yang sempurna. Hanya mereka yang berani mengakui luka dan tetap maju yang layak menggunakannya.”
Semangat Shen bangkit kembali. Ia berdiri tegak, menatap bayangan dirinya dengan mata penuh tekad. “Aku memang membawa dosa masa lalu. Tapi aku tidak akan lari! Aku akan melangkah maju, meski harus terluka ribuan kali!”
Dengan teriakan keras, ia mengayunkan pedangnya. Cahaya naga meledak, menelan sosok bayangan itu hingga kabut berguncang hebat.
Saat kabut mereda, bayangan dirinya hilang, hanya menyisakan suara samar: “Kau menang kali ini… tapi aku akan selalu ada di dalam hatimu.”
Shen terengah-engah, keringat bercucuran. Lalu tanah bergetar, dan kabut membentuk pintu cahaya. Dari balik pintu itu, suara bergema lagi.
“Ujian pertama telah kau lalui. Tapi ini baru permulaan. Tiga ujian menantimu, masing-masing lebih berat dari yang terakhir.”
Shen melangkah keluar dari kabut, dan seketika ia kembali terbaring di dalam perpustakaan. Nafasnya berat, tubuhnya lemah, tapi matanya bersinar berbeda—lebih dalam, lebih tegas.
Lin Feng yang duduk di dekatnya menatap cemas. “Shen! Kau pingsan tadi. Apa yang terjadi?”
Shen menatap sahabatnya lama, lalu tersenyum tipis. “Aku bertemu dengan diriku sendiri… dan aku menang.”
Lin Feng tak mengerti sepenuhnya, tapi ia bisa melihat perbedaan dalam tatapan Shen.
Dari kejauhan, Penjaga Perpustakaan memperhatikan mereka. Suaranya rendah namun penuh makna. “Jalanmu baru saja dimulai. Bayangan Sekta masih memburumu, dan masa depanmu dipenuhi darah. Bersiaplah, Liang Shen. Ujian kedua akan datang lebih cepat dari yang kau kira.”