Menikah dengan pria yang membuat hidupnya bagai di Surga membuat Ayu benar-benar bucin dan berjanji untuk tidak akan menikah lagi jika suaminya meninggal dunia duluan atau sebaliknya ia tidak akan membiarkan suaminya menikah lagi jika ia yang meninggal duluan. Namun apa boleh di kata kebahagiaannya tak berlangsung lama, Ayu meninggal setelah melahirkan putri pertamanya. Seperti Janjinya ia pun menjadi arwah penasaran untuk menjaga suaminya dari godaan wanita lain. Namun siapa sangka bayi mungilnya masih membutuhkan kasih sayang seorang ibu membuat ia harus merelakan suaminya untuk menikah lagi dengan adiknya Hera. Awalnya ia tidak keberatan karena ia tahu benar Hera, pribadinya yang sangat baik bagai malaikat membuatnya mengikhlaskannya hingga ia rela melepaskan suami tercintanya. Namun kehadiran seorang wanita tua di rumahnya membuatnya sadar jika Heralah penyebab kematiannya???, lalu bagaimana kelanjutan hubungan Hera dan suami Ayu??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Its Zahra CHAN Gacha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melindungi Ayank
Ayu duduk termenung duduk di samping Reina yang tertidur pulas. Wajahnya terlihat muram. Sesekali ia mengusap wajah mungil Reina. Ada surat kesedihan yang dalam saat menatap bayi itu.
"Kasian anak gue, dia belum sempat tahu wajah emaknya, minum asinya, eh gue udah mati aja!" sesalnya
"Udah jangan sedih, lama-lama juga dia akan terbiasa, apalagi kalau ada mama baru, fix lo pasti di lupain!" sahut Mardi
"Gak boleh, gak boleh ada yang gantiin gue buat jadi emaknya Reina apalagi jadi istri Mas Adi, gue gak rela. Pokoknya selama ada gue siapapun yang mendekati Mas Adi pasti akan ku hantui!"
"Dih jahara!"
"Bodo amat, gue gak peduli!" Ayu tertawa ala-ala kunti membuat Reina bangun dan menangis
"Tuh kan nangis!"
Ayu semakin panik melihat Reina menangis, Ia berusaha untuk menggendong putrinya itu untuk menenangkannya, namun sayangnya ia tak bisa menyentuh bocah itu.
"Duh, gimana ya, mana gue gak bisa megang dia lagi, terus gimana dong bikin dia diam?"
"Apa gue nyanyiin aja ya,"
"Gak usah!" sela Mardi
Namun Ayu tak mengindahkannya, ia tetap menyanyi sehingga membuat Reina menangis semakin keras.
"Duh mending diem aja deh lo, suara lo itu fals Ayu. Bukannya lo diemin dia, yang ada malah makin kejer kan tuh bocah!"
Ayu muram.
"Masa sih, perasaan pas gue jadi penyanyi suara gue bagus deh, gak ada fals-fals gini, kenapa setelah mati jadi fals gini ya??"
"Tergantung amal perbuatan Yu!"
Tidak lama mbak Yati masuk dan menggendong Reina, namun bayi itu terus menangis.
Mardi hanya menghela nafas saat melihat Ayu yang berusaha menenangkan buah hatinya dengan memasang wajah lucu.
"Dimana-mana hantu itu serem Yu, bukan lucu, semakin lo pasang wajah lucu makin serem di lihatnya tahu!"
Suara bel pintu berbunyi, Mbak Yati buru-buru meletakkan Reina dan bergegas keluar untuk melihat siapa yang datang.
Sementara itu Mardi berjalan menuju lemari pakaian ia kemudian masuk kedalam lemari dan mengambil daster milik Ayu dan menaruhnya di samping Reina. Ajaib, seketika bayi itu langsung diam.
"Wah, kok bisa sih Rei langsung diem?"
"Dia kangen sama lo, makanya gue kasih baju daster lo, setelah nyium bau ketek Lo yang ketinggalan di baju itu langsung diem kan dia,"
"Iya bener, kamu pinter Di!"
"Udah dari dulu ye!"
Kedua hantu itu seketika terdiam saat melihat kedatangan Hera. Mardi menatap sinis kedatangan wanita itu. Sementara Ayu begitu bahagia melihat kedatangan adiknya itu sampai ia menangis.
Hera segera menggendong Reina dan menina bobokannya hingga tidur. Ia terlihat begitu telaten saat menidurkan Reina membuat Mbak Yati dan Ayu begitu kagum melihatnya.
Hera pun pamit pulang setelah Reina tidur.
"Makasih ya mbak Hera sudah mau bantuin Yati jagain dedek Rei,"
"Sama-sama Mbak, kalau ada apa-apa telpon aku aja ya,"
"Baik, mbak?"
Ayu pun ikut mengantar Hera sampai di depan rumah.
"Terimakasih ya Ra, kamu emang adik ku yang paling baik,"
Ayu termangu menatap kepergian Hera. Tidak lama Adi pun pulang, Ayu begitu sumringah menyambut kedatangan suaminya. Ia bahkan berusaha memeluknya saat ia keluar dari mobil. Namun tubuhnya yang transparan tidak bisa merengkuhnya.
"Sedih deh, gak bisa meluk ayank,"
"Mas Adi,"
Terdengar suara wanita memanggil Adi membuat Ayu langsung menoleh kesamping. Seorang wanita cantik berhijab panjang berjalan menghampiri Adi.
"Mala?, ngapain dia kemari, tumben amat??" Ayu tampak penasaran hingga berdiri di tengah-tengah mereka.
"Iya Mal ada apa?"
Mala menghampiri Adi.
"Tadi aku dengar Reina menangis terus, mungkin dia itu kangen sama mamanya. Kalau kata orang dulu sih buat nenanginnya di kasih aja baju mbak ayu kalau dia rewel. Pasti diem,"
"Oh gitu, makasih ya Mal infonya,"
"Sama-sama Mas, oh iya, tadi aku masak Rawon banyak jadi saya ingin membaginya sama Mas, pasti Mas belum makan kan??"
Seketika wajah Ayu langsung cemberut melihat perhatian Mala. Matanya melotot saat melihat wanita itu terus mengumbar senyum kepada suaminya.
"Duh, perhatian banget!" celetuk Ayu
"Makasih Mal, tahu aja kesukaan ku," jawab Adi sumringah
"Semoga suka ya Mas,"
"Yaudah kalau gitu Mala pamit ya Mas, assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam,"
"Awas ya Kalau lo mau deketin Mas Adi, gue hantuin!" seru Ayu
"Dasar hanjura!" seru Mardi
"Apa itu Hanjura??"
"Hantu jelous gak kira-kira!" sahut Mardi
"Sue lo!"
Keesokan Harinya Adi di undang di acara Arisan keluarga.
Waktu itu Ibunya sengaja mengenalkan ia dengan seorang wanita yang masih kerabatnya.
"Namanya Meisya, dia baru lulus kuliah, semoga aja cocok ya Di, jadi ada yang ngerawat Reina," ucap Mega ibunda Adi
"Aduh mah tar aja apa, lagian kan belum 40 hari, Ayu pasti masih ngikutin Adi?" jawab Adi
Mega dan Meisya seketika langsung mengusap tengkuknya yang tiba-tiba meremang.
"Jangan percaya mitos, kalau cowok mah bebas Di, gak usah nunggu 40 hari, udah boleh nikah lagi!" sahut Mega
"Ih mami kok tega sih, aku hantuin juga nih!"
Ayu langsung memasang wajah seram di depan ibu mertuanya itu.
Sementara itu Adi yang sudah kelaparan segera mengambil makanan dan duduk di sudut ruangan. Meisya yang memang sudah terpincut dengan ketampanan Adi pun langsung mengikutinya.
Gadis itu duduk manis di sebelah Adi, mulai bicara sok lembut. Ayu yang melihatnya benar-benar kesal, ia pun meminta tolong Mardi untuk memberikan pelajaran kepada Meisya. Mardi pun menggerakkan tangannya, seketika lipstik merah Meisya tiba-tiba meleleh kayak lilin kena panas kompor. Gadis itu panik, lari ke kamar mandi dengan wajah belepotan mirip badut sirkus gagal.
“Eh… itu… kenapa ya?” Adi bengong sambil ngelap keringat.
Di sudut ruangan, Ayu yang melayang sambil nyender ke plafon cuma nyengir puas.
“Kurangin gaya lebay loh kalau mau deketin suami orang!” gerutunya, lalu ngakak sendiri.
"Makasih ya besti?" Ayu begitu senang karena ia bisa menghalau Meisya mendekati suaminya.
Mati satu tumbuh seribu. Baru dua cewek yang mundur tiba-tiba datang lagi seorang wanita mendekati Adi.
Kali ini seorang kenalan Hanin mencoba mengenalkan sepupunya kepada Adi. Si perempuan tampil glamor, rambut panjang terurai indah. Baru juga dia nyengir manis ke arah Adi, tiba-tiba terdengar suara jeritan wanita itu.
Rambut hitam panjang kejatuhan sop iga panas. Ia berteriak dan menarik rambutnya hingga lepas.
"Oo...." Ayu tertawa geli melihatnya
Semua orang berteriak, “WIG?! Astaga, wig nya copot!”
Adi cuma bisa bengong. “Loh… rambut bisa jatuh gitu ya?”
Ayu melayang di belakang perempuan itu, tangannya masih pegang karet rambut yang tadi ditariknya. Dia ketawa cekikikan, sampai hampir nabrak kipas angin gantung.
“Duh, enak banget nariknya! Kayak main tarik tambang versi salon.”
Di hari berbeda Mala mencoba mengambil hati Adi lagi, dengan membawakan nasi goreng spesial. Dari luar aromanya sedap banget. Tapi begitu ditaruh di meja dan tutupnya dibuka, semua orang kaget.
Nasi goreng itu mendadak basi. Warnanya pucat kehijauan, dan baunya busuk kayak kaus kaki habis main bola kehujanan seminggu nggak dicuci.
Mala pucat pasi, “Sumpah tadi masih enak, Mas Adi!”
Adi melotot. “Loh kok bisa gini? Tadi katanya baru masak?” Adi sedikit keki melihatnya
Ayu melayang sambil tepuk tangan.
“Horeee berhasil, eh, maaf ya Besti, bukan salah gue, tapi salahin Mardi yang sudah menukar nasinya. Soalnya gue nggak rela kalau Mas Adi makan masakan wanita lain. Masih ada gue ya??. Eh, tapi gue kan udah… meninggal. Ya udah, intinya gue gak rela kamu godain suami gue!"
Setiap kejadian itu membuat Adi semakin curiga.
“Masa iya, tiap kali ada cewek deketin gue, pasti ada aja musibah?” gumamnya sambil garuk kepala.
"Apa Ayu jadi hantu penasaran dan ganggu cewek-cewek itu???"
mgkin klo udh nemu yg pas dan ccok agak nya ayu akan tenang dan g gentanyangan lagi
apa setiap kali dpt lwt makanan apa ya jd ceoet kena juga itu si adi
rasuki suster itu
dan bilang jauhi dia serta menarik apa yg sudah di kirimkan sm hera wow keren dehh
jgn biarkan dia sng dan jgn birkan dia mengiasi semuanya
lawan ayuu
hera aq juga g iklas klo sam hera deh
ayu lawan hera aq suka itu apa misteri ya knp ayu ttp gntanyangan gtu
moga aja ini lekas terungkap knp ayu masih saja bisa kalyapan sdkn hanin g
adi ceoetan sadar yaaa