Nania, seorang wanita pekerja kantoran yang tengah merantau di Kota B, tinggal sendirian di sebuah apartemen. Meski berasal dari keluarga berada di sebuah desa di S, ia memilih hidup mandiri. Namun, kemandirian itu tak menutupi sisi lugu dan cerobohnya.
Suatu pagi, saat bersiap menuju kantor, mood Nania langsung terganggu oleh suara musik metal yang keras dari apartemen sebelah. Kesal, ia memutuskan mengetuk pintu untuk menegur tetangganya. Tapi alih-alih menemukan seseorang yang sopan, yang muncul di depannya,muncul seorang lelaki dengan telanjang dada dan hanya mengenakan boxer membuka pintu dan memandangnya dengan acuh tak acuh.
Akankah pertemuan pertama yang tak terduga ini justru menjadi awal dari sesuatu yang manis?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Messan Reinafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan
Ciiit....
Rem mobil Kai tepat berhenti didepan Nania yang menunggu di depan Kantornya.
" Ayo masuk " ajak Kai dari dalam mobilnya.
Ia pikir Kai akan membukakan pintu seperti sinetron yang pernah ia tonton.
Nania mendengus kecil membuat pria itu keheranan.
"Kita mau kemana? " tanyanya.
"sstt..." Kai meletakkan telunjuk dibibirnya. Matanya berbinar.
Mobil yang membawa mereka melaju santai melewati keramaian kota.
Jalanan yang tadi ramai kini berganti melewati jalan dua arah yang lumayan sempit.
ia menelusuri sepanjang jalan hingga berhenti di sebuah restaurant di tengah pepohonan.
Pemandangannya sangat asri meski dibawah sinar senja.
Satu persatu lampu taman di halaman restaurant nyala, menandakan sudah memasuki waktu malam.
Kai memberhentikan mobilnya tepat di parkiran yang lumayan luas tidak jauh dari arah masuk restaurant.
Nania berbinar dengan restaurant konsep alam tempat Kai membawanya.
Kai turun dari mobilnya, lalu menghampiri Nania dan mengajaknya untuk masuk.
Nania membalas dengan senyum mengulurkan tangannya ke genggaman Kai.
Mereka berdua memasuki pintu masuk restaurant yang dilewati anak tangga kecil yang menghubungkan dua kolam. Kolam nya sangat bersih.
Nania kembali merapikan tas sandang nya di pergelangan tangan kirinya, Namun Kai menarik tangan itu menuju ke dalam restaurant..lurus diruangan paling dalam.
Dan saat ia mengambil tempat duduk, mata Nania berbinar seketika menikmati pemandangan di depannya. Gemerlap lampu kota dari atas, pantulan-pantulan cahaya ke dinding-dinding rumah seperti kilauan warna warni yang memanjakan mata. ditambah suasana malam ini yang cerah, cahaya pertengahan bulan yang semakin menambah riuh malam itu.
Ia menatap Kai lembut. "Makasi Kai!"
"Kai? Sayang dong!" selanya
"sejak kapan?" Ucap Nania lagi dengan nada mengejek
Kai mencium kening Nania tiba-tiba membuat ia terkejut.
Suara pelayanan membuyarkan kemesraan mereka.
"Maaf...mau pesan apa mas, mbak?" suaranya memecah suasana.
malam itu terasa indah bagi Kai, bisa bersama dengan pujaan hati nya. Namun apakah Nania sudah memiliki perasaan yang sama?
***
Dua hari kemudian ...
" Udah ready ya Na? " tanya Artha meyakinkan sahabatnya itu untuk mempersiapkan presentasi di hadapan Harvan Wijaya.
Nania menarik nafas dalam, ia menjelaskan dengan lancar presentasi nya kali ini dan juga menyerahkan portofolio design nya. Saat ia serius menjelaskan
Seorang wanita masuk keruangan meeting.
"Sorry Dad, apa ini proyek kerjasama dengan perusahaan in-Tech" tanya nya tiba-tiba.
"Hanny, Daddy sedang ada meeting kamu bisa tunggu diluar dulu" ujar pria yang sedang duduk di ujung meja dihadapan Nania.
Hanny? apa dia Hanny wijaya? gumam Nania dalam hati.
"Kalau benar, please Daddy aku juga mau handle proyek nya" ucapnya manja.
Kini ia menarik lengan Harvan Wijaya, yang dipanggil Daddy itu dengan manja.
"Dad, fashion itu passion aku, please let me come in ya? rayunya.
mereka semua yang diruangan hanya memperhatikan tingkah manja seorang wanita hamil yang ada didepan mereka.
Hanny Wijaya putri semata wayang Harvan Wijaya, ia akan mendapatkan apapun yang dia mau.
Nania melirik ke arah bu Amira yang mulai gelisah melihat tingkah wanita itu. Ia melihat tajam, pandangan tidak suka yang coba sembunyikan tetap saja lolos dari sorot matanya.
"Maaf bu Amira, saudari Artha dan saudari Nania. Perkenalkan ini anak saya. Hanny"
"Mulai sekarang Hanny akan ikut menghandle proyek ini" Harvan Wijaya menatap kami satu persatu tanpa ingin dibantah.
begitu juga dengan Hanny ia tersenyum melihat kami satu persatu, terutama ibu Amira. Senyum seolah-olah ia memenangkan sesuatu.
Siang itu Nania melanjutkan presentasi nya, ia gelisah tak mau ikut campur urusan orang-orang yang di dekatnya sekarang, ia menatap Ibu Amira yang terlihat santai seolah tidak tahu menahu mengenai anak yang dikandung wanita di depannya sekarang adalah anak dari suaminya sendiri.
Sedangkan Hanny tatapan nya dari tadi seperti merendahkan kepada kami diruangan itu. Entah apa yang akan direncanakannya sehingga sangat ingin bergabung di proyek ini bersama.
" Perkenalkan Ibu Hanny, Saya Artha Manager di perusahaan In-Tech, ini Nania Web Designer kami dan ini adalah Ibu Amira Investor utama perusahaan kami". Artha memperkenalkan satu per satu.
"Senang bertemu kalian semua" ucapnya manja tapi tetap dengan pandangan tidak suka.
ting...ting...
Notif panggilan ibu Amira berbunyi,
"Ya, Mas... saya masih diruangan meeting, baik saya akan segera kesana" terdengar balasan suara seorang pria di seberang telpon.
"Maaf boleh dilanjutkan lagi meeting nya buk Artha, saya punya waktu 30 menit karena suami saya menunggu dilobi"
" Baik buk..." Artha mempersilahkan
"hmm.. Daddy aku izin ke toilet sebentar" Hanny memotong pembicaraan.
" Silahkan sayang..." ucap pria setengah baya itu kepada Hanny.
Nania gelisah, apa yang di rencanakan Hanny begitu mendengar Gerard Kusuma di lobi.
Ia mencoba menghilangkan kecurigaannya, dan tidak ingin ikut campur.
***
Hanny berjalan ke arah lobi menyusuri setiap tempat duduk mencari keberadaan Gerard Kusuma, namun tidak ad seorangpun yang sedang menunggu disana.
Ia susuri jalan ke arah toilet pria, dan benar saja. Pria umur 50 tahun itu mengenakan jas dongker baru saja keluar dari toilet pria, walau umurnya sudah 50 tahun tapi badannya masih atletis khas sugar daddy,
Dari jauh Hanny memberikan isyarat padanya berhenti dan menarik pria itu ke dalam toilet disabilitas yang ada di pintu keluar.
Dengan cepat ia rangkul leher pria itu.. dan mencium bibirnya. Perutnya yang buncit menyentuh perut Gerard Kusuma dan mendorong nya sedikit ke tembok.
"Hanny, apa yang kamu lakukan?" tanyanya
" Sayang, aku kangen.." ucapnya manja
Ia celingukan meraba situasi diluar.
" Hanny, ini pasti rencana kamu kan?"
"Rencana apa?" ujarnya mendesah di telinga pria itu.
" bekerja sama dengan in-tech?, Aku sudah bilang tolong menjauh dari kehidupanku?" suara pria itu mulai meninggi berusaha melepaskan rangkulan hanny yang menggelayutinya.
Hanny terlihat marah, rahangnya bergetar " Gerard aku cinta sama kamu, ini balasan kamu?, aku udah rela menjaga anak ini" hardiknya.
" sstt.. pelankan suaramu Hanny!, itu belum terbukti anakku! kau juga suka bermain dengan banyak lelaki, kenapa kau menyeretku kedalam masalah mu sendiri"
" Ini anakmu Gerard! waktu itu aku hanya melakukannya dengan kamu! Mata Hanny berkaca-kaca memukul-mukul dada pria itu.
Gerard mendekap wanita muda didepannya..
"Pelankan suaramu Hanny, nanti suaramu terdengar keluar" Pria itu mulai cemas.
" Ceraikan istrimu! aku mencintaimu Gerard" dia menyerobot bibir pria itu lagi, mencium nya dengan ganas.
Gerard Kusuma pria paruh baya itu tidak berkutik, apalagi menerima perlakuan agresif wanita muda di depannya.
Ia membalas ciuman itu sejenak melupakan pertengkaran mereka barusan.
" Bug..." suara benda terjatuh dibalik pintu.
Ciuman yang membara tadi seketika terputus..
Dengan perasaan cemas Hanny perlahan membuka pintu dan diam-diam ia melihat ke kiri dan ke kanan namun tidak ada orang.
Pintu ditutup kembali, nampak sesosok siluet di pembatas dinding toilet bergidik tak percaya, merangkul laptop yang barusan jatuh saat ia mendengar desahan dibalik pintu.
Itu Nania!