Saat semua mahasiswi mencari muka di hadapan Revan, si dosen tampan tapi dingin. Ayunda justru sudah kehilangan mukanya. Setiap kali bertemu Revan, Ayunda selalu dalam masalah yang membuatnya malu di hadapan dosennya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadis Scorpio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Setelah membereskan pakaiannya di kamar, Ayunda kembali ke luar. Ibu pemilik rumah sudah pergi dan tinggal pak Revan yang hanya duduk di teras sambil memainkan ponselnya.
"Em pak, apa benar saya harus pindah?" tanya Ayunda memastikan.
Dia masih ragu dengan keputusan dosennya yang tiba-tiba itu. Mungkin saja pak Revan mengatakan itu hanya untuk menggertak ibu pemilik rumah. Iya kan ?
Namun dosennya dinginnya itu tidak langsung menjawab pertanyaan Ayunda.
"Apa kamu sudah selesai berkemas ?" tanya Revan dan Ayunda hanya menjawab dengan anggukan.
"Ayo, pergi." perintah Revan kemudian berdiri untuk menuju ke mobilnya.
Akhirnya dengan pasrah Ayunda membawa dua tas jinjing buluk miliknya.
Sampai saat ini Ayunda masih belum tau kemana pak Revan akan membawanya. Otaknya masih linglung karena baru saja di tinggal mati sang ibu.
Bagai mana jika pak Revan ingin menjual ku. Dia kan sudah banyak mengeluarkan uang membantu ku. Pikiran buruk tiba-tiba melintas di benak Ayunda. Memaksa Ayunda untuk bertanya lagi.
"Bapak akan membawa saya ke mana?" tanya Ayunda penasaran.
"Bapak tidak bermaksud menjual saya kan ?" tanyanya lagi.
Di zaman sekarang sudah banyak kasus human trafficking. Bahkan ada yang sampai di jual ke luar negeri untuk di jadikan pela*ur. Hhiiiihh mengerikan.
Revan menghentikan mobilnya mendengar pertanyaan Ayunda.
kltak!
Revan menjentik kening Ayunda untuk menyadarkan mahasiswanya itu dari pikiran yang tidak-tidak.
"Aduh!" Ayunda mengusap keningnya yang terasa berdenyut.
"Turun!" perintah Revan yang kemudian langsung keluar dari mobil.
Ayunda pikir pak Revan akan menurunkannya di jalanan. Karena begitu sibuk dengan pikirannya, Ayunda sampai tidak sadar jika saat ini ternyata mereka sudah berada di sebuah tempat parkir gedung.
Ayunda pun segera turun dan tak lupa membawa tas buluk miliknya. Lalu Ayunda pun mengikuti pak Revan masuk ke dalam lift. Mereka naik ke lantai empat.
"Untuk sementara kamu bisa tinggal di apartemen saya." kata Revan sambil membuka sebuah pintu.
Mendengar itu Ayunda pun jadi ragu. Tidak mungkin dia akan tinggal bersama dosennya itu. Meskipun kata teman-temannya pak Revan adalah seorang impoten, tapi kan dia tetap saja seorang pria.
"Saya tidak tinggal disini. Saya tinggal di rumah orang tua saya." kata Revan yang melihat Ayunda masih berdiri di depan pintu.
Revan mengerti dengan kekhawatiran Ayunda.
Setelah itu barulah Ayunda berani masuk. Kemudian Revan membuka sebuah pintu yang ada di apartemennya.
"Ini kamar mu."
"Terima kasih, pak." ucap Ayunda dan Revan hanya mengangguk.
"Ini kartu akses apartemen." Revan memberikan sebuah kartu dan Ayunda langsung menerimanya.
"dan ini untuk membeli keperluan mu." kemudian Revan memberikan beberapa lembar uang kepada Ayunda.
Tadi Revan melihat jika semua uang Ayunda di ambil oleh ibu pemilik rumah kontrakan. Jadi Revan pikir mungkin Ayunda tidak punya uang lagi. Namun Ayunda langsung menolaknya.
"Ah, tidak pak. Saya tidak bisa menerima ini. Bapak sudah mengeluarkan banyak uang untuk membantu saya." kata Ayunda.
Ayunda yang terbiasa bekerja keras untuk memenuhi kebutuhannya terlalu malu untuk menerima uang lagi dari dosennya itu. Dia tidak ingin selalu bergantung pada orang lain. Apa lagi Pak Revan bukanlah siapa-siapa untuknya.
Revan kemudian menyimpan kembali uangnya. Dia tidak akan memaksa Ayunda untuk menerima uang darinya karena mungkin itu bukan sesuatu yang penting bagi Ayunda. Tidak seperti untuk biaya operasi atau pembayaran uang kuliah.
Lalu Revan mengeluarkan sebuah kartu dan memberikan kepada Ayunda.
Revan pasti mau melanjutkan pengobatan kakinya apabila Ayunda sudah bersamanya...
ko pindah kota macam mana cerita ma dosennya