NovelToon NovelToon
The Path Of The Undead That I Chose

The Path Of The Undead That I Chose

Status: sedang berlangsung
Genre:Iblis / Epik Petualangan / Perperangan / Roh Supernatural / Kontras Takdir / Summon
Popularitas:259
Nilai: 5
Nama Author: Apin Zen

"Dalam dunia yang telah dikuasai oleh iblis, satu-satunya makhluk yang tersisa untuk melawan kegelapan… adalah seorang yang tidak bisa mati."



Bell Grezros adalah mantan pangeran kerajaan Evenard yang kini hanya tinggal mayat hidup berjalan—kutukan dari perang besar yang membinasakan bangsanya. Direnggut dari kematian yang layak dan diikat dalam tubuh undead abadi, Bell kini menjadi makhluk yang dibenci manusia dan diburu para pahlawan.

Namun Bell tidak ingin kekuasaan, tidak ingin balas dendam. Ia hanya menginginkan satu hal: mati dengan tenang.

Untuk itu, ia harus menemukan Tujuh Artefak Archelion, peninggalan kuno para dewa cahaya yang dikabarkan mampu memutuskan kutukan terkelam. Dalam perjalanannya ia menjelajah dunia yang telah berubah menjadi reruntuhan, menghadapi para Archfiend, bertemu makhluk-makhluk terkutuk, dan menghadapi kebenaran pahit tentang asal usul kekuatannya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Apin Zen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kabut yang Menelan

Ketukan itu berhenti.

Hening merayap, namun Bell masih memandang ke arah pintu seakan menunggu sesuatu.

Eryndra menggenggam tombaknya, Lythienne menunduk sambil merapal mantra pelindung yang nyaris tak terdengar.

Tiba-tiba…

Kayu pintu berderit, bukan karena dibuka dari dalam, melainkan dari luar—seolah kuncinya tak pernah berarti.

Celah gelap menganga, dan udara dingin seperti mengisap cahaya lampu di ruangan.

Di ambang pintu berdiri sosok anak kecil… atau setidaknya, awalnya terlihat begitu.

Rambutnya hitam kusut menutupi sebagian wajah, kulitnya pucat nyaris abu-abu, dan matanya… tidak ada pupilnya, hanya putih susu yang berkilau samar.

> "Kunci itu... milikku," bisiknya lagi, namun suaranya kini berlapis—ada gema berat yang tak mungkin keluar dari tenggorokan manusia kecil.

Bell bangkit perlahan.

> Bell: “Bukan milikmu… dan kau tahu itu.”

Anak itu menunduk, lalu tertawa kecil.

Tawa itu berubah menjadi suara retakan tulang, tubuhnya memanjang dan membengkok tak wajar.

Dari punggungnya muncul sayap tipis seperti kulit kelelawar yang robek-robek.

Bentuknya kini mirip makhluk iblis kecil yang Bell lawan di masa lalu—tapi matanya… mata itu pernah ia lihat di medan perang ketika Evenard runtuh.

Eryndra melangkah maju, namun Bell mengangkat tangan, menghentikannya.

> Bell: “Makhluk ini… bukan musuh biasa. Ia adalah utusan.”

Utusan itu tersenyum lebar, giginya tajam.

> Utusan: “Kau bisa menyerahkan fragmen itu sekarang… atau menunggu seluruh desa ini menjadi bagian dari neraka.”

Di luar, langkah-langkah kaki mulai terdengar, banyak sekali, mengitari rumah.

Suara pintu-pintu rumah lain dibuka, dan setiap “penduduk” desa keluar—mata putih susu yang sama, wajah tanpa emosi, semua menatap ke arah rumah Bell.

Kabut mulai menebal, menyelimuti segala arah.

Bell tahu, satu-satunya jalan keluar hanyalah menerobos sebelum kepungan mengunci rapat—atau menunggu dan menghadapi sesuatu yang jauh lebih buruk.

Udara terasa berat.

Kabut mengental begitu cepat hingga nyala obor Eryndra hanya membentuk lingkaran cahaya kecil di sekeliling mereka.

Langkah kaki para “penduduk” desa terdengar mendekat, serempak, tanpa irama manusiawi.

Bell mencabut pedangnya—bilah gelap yang memantulkan sedikit cahaya merah dari fragmen yang ia simpan di dalam jubah.

Eryndra berdiri di sisi kirinya, tombak terangkat, sementara Lythienne sudah mempersiapkan mantra penghalang yang berpendar samar seperti jaring tipis di udara.

> Bell: “Kita bergerak sekarang. Jangan berhenti.”

Dari kabut, sosok-sosok pucat mulai muncul.

Wajah mereka tak lagi menyerupai manusia—mulut menganga lebar, rahang terpisah hingga ke telinga, dan lidah panjang berwarna hitam menjulur keluar, meneteskan cairan yang mendesis saat menyentuh tanah.

Eryndra melangkah maju, memutar tombaknya sekali.

> Eryndra: “Biar aku buka jalan.”

Ia menghantam dada salah satu makhluk itu, menghancurkannya hingga tubuhnya terlempar ke belakang.

Tapi kabut menelan tubuh itu, dan dari arah lain, dua makhluk baru muncul.

Lythienne memejamkan mata, lalu melemparkan mantra ke tanah.

Lingkaran sihir menyala, dan tiba-tiba tanah di depan mereka merekah, memuntahkan cahaya ungu gelap yang membuat makhluk-makhluk itu terhenti sejenak.

> Lythienne: “Cepat! Cahaya ini tak akan bertahan lama!”

Bell maju, mengiris makhluk yang menghalangi jalan dengan gerakan presisi.

Namun setiap kali satu roboh, kabut berbisik di telinganya—suara-suara dari masa lalunya, jeritan rakyat Evenard, tawa sang iblis yang mengutuknya.

Ketika mereka hampir mencapai batas desa, kabut di depan berputar seperti pusaran air.

Sosok tinggi dengan mantel panjang keluar dari sana.

Topeng logam menutupi wajahnya, tapi Bell mengenal energi itu—serupa dengan iblis yang memberinya keabadian.

> Sosok Bertopeng: “Kau tidak akan pergi, Bell Grezros. Jalanmu berakhir di sini.”

Udara di sekeliling mereka menjadi lebih dingin, dan kabut mulai membentuk tangan-tangan besar yang meraih dari segala arah.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!